Pagi-pagi sekali Janu datang ke rumah Ai seperti biasa. Tapi kali ini ia membawa kabar berita mengenai meninggalnya founder Teman Peduli Bapak Ishak Santosa.
"Jadi hari ini kita melayat dulu," kata Ai.
"Ok. Tapi kamu pergi sama Dira aja, ya," saran Janu.
"Kamu?"
"Hari ini kan istriku datang, jadi aku harus jemput mereka,"
"Udah kangen banget, nih, kayanya," ledek Ai.
"You know, lah. Gimana bucin-nya aku sama si Lita," balas Janu.
"Oh iya, Nu. Tolong perhatikan berita hari ini, rekam jejak masa hidup, karir dan semua hal positif tentang Beliau akan diberitakan, ada kemungkinan donatur akan goyah dengan persetujuan mereka akan pengelolaan uang amal mereka yang sudah kita pindahkan tanggung jawabnya pada RUMAH BAIK," jelas Ai, antisipatif.
"Siap," kata Janu. "Oh iya, hasil pertemuan kamu sama Bu Runa kemarin, gimana?" Tanya Janu.
"Dia bukan penakut, tapi belum cukup berani. Usianya bahkan masih di bawah Dira," jawab Ai.
"Tentu saja lebih muda, dia kan teman Nami," balas Janu. "Ya udah, aku jalan dulu, ya," lanjutnya.
Hari itu Ai pergi melayat bersama Dira. Sesampainya di rumah duka tanpa diduga ia bertemu dengan Nami di parkiran.
"Nami, kamu di sini juga?" Sapa Dira.
Entah pura-pura atau sengaja tampak tak melihat Nami, Ai langsung masuk mobil
"Hey, iya. Almarhum itu mertuanya Runa," balas Nami.
***
Sekali lagi Kim mencoba berbicara pada Gani. Kali ini ia tak main-main, ia sudah putuskan untuk mengembalikan mahar yang telah diberikan oleh Gani sepuluh tahun lalu. Itu sebagai tanda bahwa ia minta khulu' (ialah permohonan pembebasan oleh pihak istri dengan tebusan.)
"Semua ini saya kembalikan padamu, tidak kurang sedikit pun," kata Kim, sembari memberikan sejumlah uang dan perhiasan yang dulu Gani berikan untuk mahar.
"Apa yang sudah kuberikan tak kan kuambil lagi," balas Gani. "Kita tak boleh bercerai, apa kamu tidak tahu, bahwa perceraian itu dilaknat?" Imbuh Gani, memulai dengan ceramah agamanya.
"Ini khulu' mas. Aku minta pembebasan dengan tebusan. Ini langkah awalku, yaitu mengembalikan mahar secara utuh," Kim masih fokus pada tujuan awal pembicaraannya.
"Apa kamu yakin, alasan kamu mengajukan khulu' ini diperbolehkan oleh agama? Apa alasannya? Aku setia, aku selalu menjaga pandanganku, aku selalu mengizinkanmu bekerja hingga pencapaianmu saat ini. Alasan khulu' harus lah kuat," kali ini Gani sudah semakin emosi. "Lagi pula sekarang ini aku sangat mencintaimu. Jika ibuku tahu betapa besarnya cintaku saat ini padamu, dia pasti akan sangat cemburu," imbuhnya.
"Harusnya aku tersanjung atas ucapan itu. Tapi sepuluh tahun ini aku melayanimu tanpa jeda, baik secara materialis maupun biologis. Setiap aku bertanya apakah kamu sungguh mencintaiku? Kamu selalu menjawab, bahwa kita sudah sah dalam ikatan syariat, maka membahas cinta hanyalah semacam drama yang dibuat sendiri oleh manusia. Maaf, mas, kurasa orang terlaknat pun masih berhak atas pilihan hidupnya sendiri." Kemauan Kim tampak tak bisa lagi dihentikan.
"Pulanglah pada ibumu. Aku sudah tak sanggup," imbuhnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG TANPAMU vol.02
RomanceBarangkali kamu, adalah salah satu dari mereka. Maka jangan pernah berpikir bahwa dirimu adalah produk gagal.