02

167 13 0
                                    

Sudah sebulan lebih Fiya mengajari Aziz mengaji. Mereka sudah terbiasa dengan satu sama lain.

"Wah... sudah jauh yah halamannya. Kalau kak Aziz 1 hari bisa lancar baca 2 atau 3 halaman. nanti cepet naik jilid 2 dong yak...?" Itu suara Fiya. Ia menyemangati Aziz seperti biasa.

Aziz mulai belajar mengaji huruf hijaiyyah yang disambung setelah ia sudah lancar dengan bacaan sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aziz mulai belajar mengaji huruf hijaiyyah yang disambung setelah ia sudah lancar dengan bacaan sebelumnya.

"Bu Fiya... kakak nanti bisa jadi kaya om Zain nggak...??" Tanya Aziz pada Fiya setelah ia menyelesaikan bacaannya..

"Om Zain siapa sayang..??" Tanya Fiya bingung. Ia jarang sekali bertetangga meski sudah setahun ia boyongan. Fiya dan Nadia masih satu Kampung. Namun berbeda RT. Dan RW. nya, ia juga tidak terlalu mengenal warga di kampungnya.

"Om Zain abinya Haikal. Kata Haikal abinya suka ngaji dirumah orang terus pake mic. Haikal pernah ikut sama abinya terus makanannya enak enak katanya." Cerita Aziz lagi.

Fiya mengerutkan keningnya beberapa saat. Sekarang Ia mulai mengerti maksud ceritanya Aziz.
"Oh... itu namanya Khafidz Qur'an, khafidz Qur'an itu orang yang menghafal Al - Qur'an 30 juz. Kak Aziz mau jadi Khafidz Qur'an juga...???" Tanya Fiya

Aziz mengangguk semangat. Fiya tersenyum melihatnya.

"Kakau begitu, kenapa kak Aziz nggak coba sekolah di TPQ saja...? Kalau di TPQ kan ramai, banyak teman trus juga kalau sudah khatam, nanti dapat ijazah bisa buat daftar jadi Khafidz di pondok pesantren nanti.." usul Fiya.

"Pondok Pesantren itu apa bu ..??" Tanya Aziz dengan bahasa khas anak kecil.

"Pondok pesantren itu sama kaya sekolah. Tapi bedanya. Kita banyak belajar ilmu agama disana. Terus kita nginep disana. Pulang kerumahnya kalau puasa atau pas maulidan." Cerita Fiya panjang lebar. Ia berusaha mencari kata yang pas agar bisa dipahami oleh Aziz.

"Kalau kakak nggak mau TPQ gimana bu..? Brati nggak bisa masuk Pondok Pesantren...??" Tanya Aziz sedikit kecewa.

Fiya tersenyum lebar.

"Kata siapa..?? Tentu saja boleh. Tapi kalau kita TPQ lebih dahulu sebelum masuk pondok itu bisa jadi lebih baik lagi. Kita bisa belajar berteman dulu saat kita di TPQ atau di sekolah TK. Soalnya kan kalau di pondok pesantren kita tidur dan makan serta belajar bareng teman teman kita terus. Memangnya kak Aziz nggak mau sekolah TPQ dulu..??? (Aziz mengangguk) loh... kenapa memangnya..??" Mungkin sudah saatnya Fiya menanyakannya.

Beberapa detik Aziz hanya terdiam. Ia enggan untuk menjawab pertanyaan Fiya.

"Ya sudah. Lain kali saja ceritanya. Oh iya kak. Bu Fiya boleh minta izin ke toilet sebentar...??" Tanya Fiya saat ia sudah merasa tidak nyaman dengan rasa yang ia tahan dari tadi.

"Boleh bu." Jawab Aziz

"Toiletnya dimana kak...??" Tanya Fiya. Ia memang tidak tahu letak setiap ruangan dirumah Nadia. Karna ia jarang sekali main kerumah Nadia. Dan walaupun sudah sebulan lebih ia bolak balik kerumah ini. Baru kali ini ia minta izin ke toilet. Makanya ia tidak tahu letaknya.

True Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang