Fiya pulang telat malam ini. Karna ada rapat di Madrasah untuk acara imtihan nanti di bulan Rajab. Jam 22.00 wib. Fiya dan yang lain baru keluar dari kantor.
"Fi. Kamu pulang pakai apa..??" Tanya Haqi saat mereka hanya berdua di lapangan sekolah.
"Jalan kaki kang. Tadi nggak tahu kalau ada rapat. Jadi nggak bawa motor." Jawab Fiya
"Aku antar ya..." tawari Haqi.
"Nggak usah kang. Aku bisa pulang sendiri. Lagian jam segini juga masih rame jalanan. Nggak apa apa. Makasih buat tawarannya.. permisi kang Assalamu'alaikum."
Entah kenapa semenjak Haqi mengutarakan perasaannya setahun yang lalu. Haqi masih mondok saat itu, tapi Fiya baru saja boyongan. Fiya jadi menghindari Haqi. Ia tidak mau Haqi berharap lebih kepadanya.
"Fi. Aku nggak mau dijodohin sama wanita pilihan abi. Karna aku cuma sayang sama kamu." Kata Haqi.
"Maaf kang. Aku nggak bisa.." jawab Fiya kemudian meninggalkan Haqi sendirian
Bagaimana mungkin Fiya yang hanya gadis biasa ini pantas bersanding dengan Haqi lelaki sempurna yang ada dikampung Fiya.
Wajahnya tampan, ilmu agamanya tidak diragukan lagi dan juga dia seorang Khafidz Qur'an. Sungguh... siapalah Fiya dibandingkan dengan Haqi. Ia sangat tidak pantas untuk mendapat gelar Nyonya Haqi.
Fiya menahan hatinya untuk tidak berharap pada siapapun termasuk Haqi. Karna ia tahu, pria seperti Haqi pasti sudah disiapkan jodohnya yang setara dengannya juga. Buktinya orang tua Haqi sudah menjodohkan dengan seorang wanita. Kabar beritanya beredar bahwa wanita itu adalah seorang Khafidzoh juga. Cocok sekali bukan..??
Fiya berjalan menyusuri jalanan yang sudah lumayan sepi. Untung tadi Haqi tidak mengejarnya. Karna Ustadz Hamdan sempat memanggilnya untuk masuk ke kantor lagi.
Tiba tiba ada segerombolan laki laki yang terlihat sempoyongan. Mereka berjalan mendekat kearah Fiya.
"Eh... neng Fiya... cantik banget sih..." goda salah satu dari mereka.
"Bagi duit dong neng... buat minum ini (sambil menunjuk botol minuman haram yang dipegangnya) kami haus neng.." kata pria kedua.
Tubuh Fiya sudah gemetar dan berkeringat dari tadi. Fiya berjalan mundur sedikit demi sedikit kemudian dia berbalik dan berlari dengan sekuat tenaga. Ingin sekali ia berteriak minta tolong. Tapi jalanan sawah ini benar benar sangat sepi sekali.
"Ya Allah... tolongim Fiya..." doanya sambil masih terus berlari.
"Hei... jangan lari lo..!!" Teriak pria ketiga. Mereka juga mengejar Fiya. Walau sempoyongan tapi mereka tetap bisa berlari cepat.
"Ya Allah.. ku pasrahkan semuanya kepadamu..." lagi lagi Fiya hanya bisa berdoa.
Samar samar ia melihat cahaya lampu sebuah motor. Ia tersenyum dan berharap orang itu mau menolongnya. Fiya mencoba berlari lebih cepat lagi untuk bisa meminta bantuan orang itu.
"Toloooong..." teriak Fiya akhirnya.
Beruntungnya sipengendara motor ternyata mau berhenti didepan Fiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love (END)
Romance"Kamu...??? Siapa..??" Tanya seorang pria pada Fiya yang baru saja keluar dari toilet rumah temannya. "Maaf mas.. saya Fiya mas. Guru ngaji Aziz." Jawab Fiya gerogi melihat tatapan tak terbaca dari pria didepannya. Seperti apa kisahnya... mari kita...