Chapter 6

2.1K 257 77
                                    

Jarum pendek jam dinding sudah ada di angka sebelas, hampir menyusul jarum panjangnya yang nyaman di posisi angka dua belas. Tay Tawan melirik seraut manis wanita di sampingnya yang sudah tertidur nyenyak sejak satu jam belakangan.

Kulit seputih susu Mild makin nampak cerah diterpa sinar purnama dari jendela yang sengaja mereka buka tirainya. Bercak keunguan meraja, mengintip lewat selimut turun yang menampakkan bahu dan punggung mulusnya.

"Hahh..." Tay mendesah nafas.

Tiga ronde penuh ia bermain dengan sang istri. Dari tenaga Mild masih di awang, menggodanya lewat beberapa sentuhan. Hingga kini istrinya terkapar tak berdaya setelah pelepasannya yang entah ke berapa.

Tay ingat ia punya janji dengan Nanon untuk bertemu di apartment si manis malam ini. Namun ternyata godaan sang istri menahannya untuk menepati. Harusnya bisa saja ia tidur dan mengistirahatkan lelah fisiknya. Sayang, bayangan Nanon selalu menghantui.

"Ck. Holly shittt!!" Mengumpat kasar kemudian bangkit meraih pakaian yang berceceran di lantai kamar.

Dengan gerakan sehalus mungkin Tay keluar, menutup pintu tanpa suara. Berharap satu eksistensi di dalam sana tak menyadari akan kepergiannya.

Menyusur malam, mengendarai sendiri Porsche mahal yang selalu jadi alat kemudi. Tay yakin Nanon sudah ada di apartment karena bodyguard kepercayaannya, Ohm Pawat sudah mengirimkan laporan padanya sore tadi.

Berkendara di jalanan sepi, Tay membuka lebar kaca jendela mobilnya. Membiarkan angin malam menerpa sisi wajahnya mengais kewarasan.

Ya, Tay sedang mengharap kewarasannya. Bagaimana bisa setelah tahu jika Nanon adalah anak New, cinta pertamanya dan Earth, seorang lelaki yang dianggapnya saingan yang amat dibencinya mengapa Tay tetap membayang puja pada paras ayu Nanon? Harusnya Tay membenci Nanon. Harusnya Tay melaksanakan rencananya untuk balas dendam lewat Nanon.

"Nanon..... Pantes gue kaya ngerasa familiar sama wajahnya waktu pertama lihat di Aftermath. Ternyata anak New."

Satu sisi otak Tay tertawa atas kebodohannya. Seleranya tak pernah berubah ternyata. New dan Nanon, dua persona beda namun punya rasa yang hampir sama.







....








Hari sudah berganti ketika Tay sampai di apartment Nanon. Bukan masalah, karena satpam di sana toh sudah kenal ia karena sering bolak-balik mengunjungi simpanannya.

Tujuannya jelas, apartment nomor 312 yang langsung dibuka tanpa perlu mengetuk pintunya terlebih dahulu. Tay punya kuncinya tentu saja.

Cklek..

"Ahhhhh.. masukkinhh lagi.."

Dahi Tay mengernyit dalam. Baru langkah pertama kakinya menjejak lantai apartment, suara desah kenikmatan mengisi jelas ruang dengarnya.

"Oughh.. kamu selalu nikmathh.." Plak !! "Balik badan, Non."

Suara ini, Tay begitu hafal pemilik suara yang baru saja menyebut nama kekasihnya tersebut. Dengan mengendap, Tay berjalan maju sembari mengepal tangan kuat menahan amarah.

Sial beribu sial, pintu kamar Nanon terbuka lebar tanpa aling-aling. Di depan matanya jelas Tay lihat Nanon tanpa sehelai benang sedang bertumpu lutut dan tangan dibatas ranjang dengan seorang lelaki memompanya dari belakang. Doggy style.

"Ohm Pawat, brengsek!!" Umpat Tay dengan urat di pelipis sudah terlihat, sangat marah.

Di sana baik Ohm maupun Nanon tak ada yang menyadari. Bahkan telapak tangan Ohm semakin menahan perut Nanon, menjaga agar si manis tak ambruk begitu saja di tengah kegiatan mereka.

CATASTROPHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang