Chapter 8

2K 231 52
                                    

Jemari halus Nanon meraba sesuatu yang ia simpan rapi di balik kantung celana jeans. Sesuatu pemberian Mild yang awalnya biasa saja namun tiba-tiba membuatnya resah ketika eksistensi sang Tuan datang di hari petang.

Masih jam tujuh malam, begitu awal. Dan Nanon tak menyangka Tay yang sedang marah padanya malah datang dengan aura cuek yang kebangetan.

"Mau disiapin air anget buat mandi, Mas?" Nanon mendekati Tay yang duduk angkuh menatap siaran berita di layar televisi.

Tay mendengus dengan gelengan.

"Atau mau aku masakin makan malam? Mas lagi pengen makan apa?" Si manis menyirat satu raut takut-takut.

"Begini juga yang kamu lakukan untuk menyambut Ohm di sini?" Pertanyaan Tay keluar konteks.

"Maksud Mas?"

Yang lebih tua berdecak sambil memutar mata. "Nggak perlu berlaga bodoh. Percuma saya sudah tau semuanya."

Si manis hanya menunduk, menatap lantai mengkilat yang baru ia pel sore tadi. Membersihkan sisa darah kering Ohm yang tercecer di sana.

Tay bangkit dari duduknya. Berdiri tepat di depan Nanon untuk kemudian menangkup wajah si pemuda dengan tangan kanannya.

Nanon dipaksa mendongak. Mengadu caramel hangatnya pada tatap tajam milik sang Tuan.

"Saya akan bikin kamu semenderita mungkin." Tanpa suara dan langsung meraup bibir Nanon dengan miliknya.

Kasar, gerakan bibir Tay mengulum bilah bawah dan atas Nanon bergantian. Penuh saliva mengalir, diselingi darah dan erang kesakitan Nanon yang digigit kasar ujung bibirnya oleh Tay Tawan.

"Shh..Masss.. sakww..it.."

Tapi Tay mana peduli. Lidah Nanon bahkan sudah diajak bergelut dengan miliknya beradu gerakan sensual.

Hampir sepuluh menit, sampai Tay berbesar hati melepaskan ciumannya. Membuat Nanon dengan segera meraup nafas, mengisi oksigen di relung dada yang hampir tak bersisa.

"Hahh.. hahh.. hah.." nafas Nanon memburu cepat.

Sedang Tay hanya tersenyum misterius sembari menepuk pelan pipi bulat Nanon. "Kopi hitam tanpa gula, saya tunggu di kamar."









....










Remang mengisi ruang kerja Tay di rumah Vihokratana yang kini diisi Mild di singgasana sang suami. Mild duduk sendirian, sesekali berdecak memperhatikan gambar demi gambar yang tertera di layar macbooknya.

Di sana muncul video yang menayangkan bagaimana suaminya mencium kasar si pemuda jalang simpanan. Panas, dan sensual. Mild bahkan meremas dada ketika melihat tangan Tay bertengger mesra dan mengelus pinggang ramping Nanon mempertahankan ciuman mereka.

Ya, sore tadi selain mengutarakan tujuan langsungnya menemui Nanon pada si pemuda, Mild juga sempatkan menyuruh Marc untuk memasang perlengkapan CCTV yang ia letakkan secara tersembunyi di ruang tengah dan kamar Nanon.

"Baik kamu maupun jalang itu, nggak akan ada yang menang, Tay. Semua bakal berjalan sesuai rencanaku dan akulah yang akan jadi pemenang."

Tangan Mild meraih bingkai foto di atas meja di sudut kanan. Foto yang menunjukkan ia dan sang suami berpose mesra saling berpelukan.

Takk..

Bingkai foto dibalikkan dengan kasar sehingga gambarnya tak kelihatan. Beruntung kacanya tak pecah, hanya retak secuil di sisi saja.

"Jalang itu bakal hamil darah daging kamu. Dan setelah anak itu lahir akan aku singkirkan Nanon dari kehidupan kita. Atau dari dunia saja sekalian? Dan aku akan jadikan anak itu alat agar kamu nggak bisa ninggalin aku gitu aja. Kalaupun kamu pergi, harta kamu akan tetap jadi milik anak itu, anak kandung kamu." Dan Mild mengakhiri kalimatnya dengan suara tawa bak orang kesetanan.










CATASTROPHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang