"Kamu ingin sesuatu, baby bitch?" Suara rendah Tay menyapa pendengaran Nanon yang masih setia berbaring diam memunggunginya.
Tay menyadari sejak awal ia datang sikap si manis memang berbeda. Nanon begitu diam, bias rona di wajah tak ada hanya menyisa pucat pasi, serta sikap yang terlihat menghindari kontak dengannya.
"Sayang, kamu kenapa?" Tay yang sudah berbaring di belakang Nanon memegang pundak si manis, namun ditepis dengan gerakan kecil dari pundak ringkih tersebut.
"Nanon.." si lelaki yang lebih tua menggumam berat dengan memandang telapak tangan yang menggantung di udara.
Sial, Nanon tahu ini bukan pertanda baik baginya. Aura dominasi milik sang Master sudah menguar mengisi setiap jengkal deru nafasnya.
Brukk..
Tanpa aba-aba badan Nanon dibalik kasar hingga pemuda yang berselimut sampai leher itu kini berbaring terlentang menatap sang Tuan. Raut ketakutan yang sedang coba ditutupi langsung terlihat jelas ketika jemari kanan Tay mencengkram kedua pipinya agar pandangannya terkunci.
Namun Nanon masih saja menghindar. Si manis mendongakkan tatapan, bahkan coba terpejam. Sayangnya hal itulah yang membuat Tay semakin bersikap kasar.
Jemari yang tadi di pipi kini berpindah ke rambut tebal Nanon untuk dijambak keras.
"Ashhhh, sakiit Masshhh.." rengek Nanon mulai menangis.
"Dasar jalang. Begini saja baru mau bicara." Suaranya rendah, namun nadanya tajam. Dengan sorot mata yang terhalang amarah.
Bagai kesetanan, Tay melempar ke sembarang arah selimut yang Nanon kenakan. Dilanjutkan melucuti kaos dan celana training si pemuda.
"Ngghhhh, Massshh..." Nanon melenguh tak kuat ketika Tay mulai mendaratkan bibir di bilah kenyal miliknya, menyesap kasar.
Tangan kanan Tay juga bergerak masuk ke dalam celana dalam hitam yang masih Nanon kenakan. Bermain sejenak, mengocok serta meremas junior kecil si pemuda yang cepat menegang.
"Diam dan cukup nikmati." Desis Tay makin naik ke atas tubuh Nanon.
"Uhhh.." telapak tangan Nanon sontak menahan ketika tubuh Tay makin rendah menindihnya.
"Kenapa? Keberatan?"
Si manis menggeleng takut takut.
Tay mulai menjauhkan badan, melucuti kemejanya sendiri lalu mengambil sesuatu dari kantung celana kain yang ia kenakan.
"M...mm mass ...." Nanon makin gugup melihat sebungkus kondom yang Tay pegang. Kini si lelaki malah menyeringai sambil membuka kemasan plastik tersebut dengan giginya.
"Anggap ini hukuman kamu."
"Jangan, Mas!!!"
Tay mengernyit heran. Mengapa Nanon malah bergerak takut, duduk menggulung di pojok ranjang? Bukankah mereka biasa melakukan seks dengan kasar?
"Kenapa kamu yang atur? Kamu lupa siapa Masternya di sini?"
Deru nafas Nanon makin putus-putus, takut. Dadanya juga bergemuruh riuh. Tatapannya sendu berharap Tay bisa sedikit menaruh iba.
"M..mmaaf, Master. Tapi aku......."
"Banyak omong!!" Kaki Nanon ditarik paksa dua-duanya sehingga si manis kini ada tepat di depan Tay dengan wajah merahnya.
"Tolong jangan, Mas.. jangan dulu....." Air matanya mengalir bercampur keringat di wajah.
Tay mendengus. "Aneh. Jalang sepertimu nggak punya hak untuk menolak keinginan Masternya kan? Aku yang membelimu. Aku yang memberimu uang. Apalagi yang perlu aku ingatkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CATASTROPHE
FanfictionTay Tawan tak pernah menyangka, jalang kecil yang disimpannya sebagai penghilang penat ternyata berpengaruh besar dalam kehancuran hidupnya. Warning : *Boys Love *BXB, BXG relationships *Mpreg *Sensitive issue *Don't like don't read (as simple as th...