Meninggalkan makan siang yang baru separuh jalan, New kini menatap lurus sosok pemuda yang duduk di kursi rotan tua yang telah puluhan tahun menghias ruang tamunya.
Pemuda berwajah asing, rasanya tak sekalipun New pernah bersua dengannya sebelum ini.
"Jadi, Nak Ohm ini temannya Nanon?" New mengulang pernyataan si pemuda tadi menjadi pertanyaan.
Ohm, nama yang sempat si pemuda lontarkan dengan label teman Nanon di kota. Raut muda yang sepertinya berusia sepantar sang putra membuat New mulai percaya.
Mungkin teman kampusnya -batin New
"Iya. Saya temannya Nanon."
"Lalu apa maksud Nak Ohm dengan mengatakan Nanon dalam bahaya?" Inilah yang sedari tadi New pikirkan. Ibu mana yang tak akan mengurai khawatir mendengar kabar buruk soal buah hatinya?
Sosok tegap Ohm mengulur nafasnya, membiarkan Pluem yang datang dari arah dapur meletakkan dua cangkir teh di hadapan mereka.
"Ini tentang Bos Nanon, Tay Tawan."
Deg.
"Kak, maaf aku harus kembali ke balai desa. Waktu istirahatku sudah habis." Pluem pamit undur diri. Raut tenang yang sedari tadi dipertahankan luruh sudah disapu gelisah. Beruntung New tak menyadari itu.
"Iya. Hati-hati di jalan, Pluem."
"Baik, Kak."
Sepeninggal Pluem, tersisa Ohm yang masih memandang New dengan bias datar tanpa ekspresi berarti. Pemuda yang rambutnya mulai panjang menutup dahi tersebut tak membiarkan yang lebih tua menebak tujuan sebenarnya.
"Jadi Bos Nanon adalah...... Tay Tawan?" Ragu. Kelu membuat dua kata terakhir diucap New teramat lirih.
"Hm." Ohm mengangguk dengan gumaman. "Maaf sebelumnya, tapi Tuan Tay beberapa kali menyebutkan tentang orang tua Nanon. Apa kalian pernah kenal sebelumnya?"
Debar di hati New memburu seru. Memutar kilasan masa lalu yang membuat hidupnya jatuh jungkir balik ke dasar hulu. Tubuh rapuh itu hampir tergugu, beruntung kehadiran Ohm membuat ia sedikit banyak mengingat rasa malu untuk tak menangis saat itu.
"Apa yang orang itu katakan tentang orang tua Nanon?" Tanya New setelah mampu menguasai dirinya lagi.
"Tak banyak. Hanya kata jalang, yang begitu saya ingat." Ohm sengaja mengucap frontal, berharap kebenaran segera ia dapatkan.
Jemari kurus New makin mengepal di atas lutut. Buku-bukunya memutih di setiap ruas dengan mulut terkatup rapat menahan luap amarah yang siap terlontar.
"Kita harus segera menolong Nanon. Kalau terlalu lama bersama Tuan Tay, Nanon bisa semakin bahaya."
"Apa??"
"Tuan Tay berniat menyakiti Nanon."
"Bajingan!!!!! Nanon itu anak kandungnya!!!
....
Dengan kemeja yang digulung sesiku, dasi kendor berantakan serta jas tersampir di lengan kanan, Tay memasuki kediamannya di tengah malam. Aroma white musk yang disemprot asal menguar menutup bau sisa pelepasan Nanon yang tadi tak sengaja mengenai ujung celananya.
Lampu-lampu telah padam berganti remang karena larut telah menjelang. Tapi suara kecil dari arah kamar utama membuat Tay tak heran menemukan Mild masih terjaga bahkan dengan lampu kamar masih semua menyala.
"Lembur lagi?" Mild berbalik menatap Tay ketika si lelaki masuk membuka pintu kamar mereka. Meninggalkan kegiatannya membuka paket-paket dengan kardus besar yang bercecer di lantai kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CATASTROPHE
FanficTay Tawan tak pernah menyangka, jalang kecil yang disimpannya sebagai penghilang penat ternyata berpengaruh besar dalam kehancuran hidupnya. Warning : *Boys Love *BXB, BXG relationships *Mpreg *Sensitive issue *Don't like don't read (as simple as th...