Detak ritme rintik gerimis di siang hari membuat Nanon lebih memilih menyusupkan badan di selimut tebal ketimbang berlalu lalang tak jelas di apartment-nya sendirian. Lagi pula di trimester ketiga kandungannya ia mulai sering merasa lelah serta malas, padahal aktivitasnya tak seberapa.
Marc datang sekitar dua jam lalu, mengantar vitamin dan makan siang untuknya. Mild sedang sibuk menemani suaminya meeting di resort tepi pantai sekalian liburan katanya. Ck, masa bodoh. Nanon sudah tak peduli apa yang mau dua orang itu lakukan, asal pundi di rekeningnya terus mengalir deras.
Ngomong-ngomong soal Marc, si pemuda meninggalkan sepucuk amplop berlogo rumah sakit di atas meja dapur tadi yang sudah dipindahkan Nanon ke nakas kamar tanpa membuka isinya. Lagi-lagi tak peduli. Meski sejak kemarin pulang periksa kandungan-pun Marc sudah beberapa kali menggiring obrolan mereka pada hasil pemeriksaan tersebut, tapi Nanon selalu acuh dan memilih memasang headset menyumpal telinga.
"Tuan muda bakal nyesel kalau nggak baca hasil pemeriksaan itu." Ujar Marc sebelum ia meninggalkan apartment Nanon.
Terdengar seperti peringatan, namun Nanon tetaplah Nanon. Keras kepala terlalu mendarah daging pada dirinya, padahal ibunya saja tidak begitu. Ibunya seorang penyabar dan berhati lembut. Lalu dari mana sikap keras kepalanya berasal? Sang ayah? Ayahnya seperti apa saja Nanon tak pernah tahu.
Titik air yang awalnya hanya tetesan kecil berangsur deras diiringi gemuruh menyambar. Meski masih jam setengah dua siang, namun pekatnya langit macam menjelang petang. Membuat Nanon mengeratkan selimut, sembari jemari dalam kain hangat tersebut mengelus perutnya di mana si janin bergerak tak tenang, seolah memberi tahu jika dalam dingin kala itu ibunya tak sendirian. Paling tidak mereka berdua.
Ibu -gumam Nanon tanpa suara
Teringat satu sosok yang membawanya hadir ke dunia. Sosok manis yang jadi panutannya sejak awal ia mengerti kehidupan. Manusia paling berharga yang ia kecewakan dengan kelakuannya belakangan ini.
Ya, Nanon beberapa waktu memikirkan bagaimana cara ia memulai cerita pada New kelak tentang cara kotornya menghidupi sang bunda. Haruskah ia cerita semuanya? Tentang jabatan sebagai simpanan pengusaha kaya yang ia sandang, tentang ia yang hamil demi si pengusaha? Tapi toh buat apa? Ceritapun percuma karena akhirnya bayi dalam kandungannya akan direnggut setelah lahir. Biar saja New tak tahu sekalian tentang si bayi adanya.
Juga tentang kehidupannya setelah melahirkan. Apa Tay masih akan mempertahankannya jika kelak Mild dan si bayi di rumah akan lebih menarik perhatiannya? Kalau tidak, apa yang harus ia lakukan nanti? Melanjutkan kuliah dengan bayaran yang ia dapat? Atau pulang ke rumah melupakan semua kesahnya di sini? Entah.
"Ssshhh, kamu kenapa sih? Jangan rewel dong.." Nanon bangkit, duduk bersandar di kepala ranjang. Mengelus perutnya lagi sambil mengajak bicara jabang bayinya yang bergerak semakin aktif saja. Beberapa kali perut bawahnya seolah dipukul dari dalam.
Dada si manis naik turun, napasnya memburu menahan sakit. Bermodal elusan menenangkan, serta menarik napas dalam berharap anaknya bisa tahu keadaan.
"Ayahmu punya watak keras, semua keinginannya harus terpenuhi bagaimanapun caranya. Begitu juga wanita yang akan jadi ibumu nanti. Aku harap kamu jangan ikuti sifat mereka. Jadi anak baik ya? Pakai saja harta orang tuamu untuk membantu orang-orang miskin macam aku ini. Atau kamu bawa lari saja sekalian harta mereka." Mengoceh tak jelas, mensugesti macam-macam pada manusia kecil yang bahkan belum terlahir ke dunia.
Nanon mendengus kecil menyadari kebodohannya. Diajari sekarang bukannya akan percuma? Kelak si bayi dewasa juga ajaran ayahnya-lah yang dipastikan bakal melekat.
Samar di sela rinai suara hujan terdengar bel pintu nyaring dibunyikan. Nanon mengernyit, siapakah gerangan? Tak mungkin sang Tuan karena Tay akan langsung masuk tanpa perlu pintunya ia bukakan. Marc? Mungkin saja ia kembali karena perintah Nyonya-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CATASTROPHE
FanfictionTay Tawan tak pernah menyangka, jalang kecil yang disimpannya sebagai penghilang penat ternyata berpengaruh besar dalam kehancuran hidupnya. Warning : *Boys Love *BXB, BXG relationships *Mpreg *Sensitive issue *Don't like don't read (as simple as th...