Chapter 7

1.9K 238 58
                                    

Lelah. Masih dengan air mata kering di sisi wajah. Nanon menuruti permintaan sang Tuan. Merenung, mencari setiap jengkal letak kesalahan.

Ohm Pawat. Pria berwajah rupawan yang belakangan jadi tempatnya baradu kesah, menyandar nyaman. Pria yang awalnya hanya ia goda demi menyalurkan hasrat seksualitas semata ketika sang Tuan tengah tak bisa.

Sayang, Nanon malah jatuh dalam kubangan yang ia ciptakan sendiri. Cinta setulus hati yang ditawarkan Ohm terang-terangan padanya membuat sanubari tak bisa berkutik. Ia dan Ohm, merajut tali asmara bersama meski tak melabel pasti pada hubungan keduanya.

"Hiks.." tangis yang mulai reda tertahan kembali lolos tanpa pengertian.

"Maaf Ohm, harusnya aku berjuang bareng kamu." Lirih Nanon di tengah lelehan air mata.

Sesal menyeruak ketika teringat bagaimana Ohm mengakui rasa cinta mereka di hadapan Tay Tawan. Harusnya kala itu ia mengiyakan, melepas Tay demi rasa nyaman pada si tampan. Namun logika Nanon terlalu mengambil peran. Nanon masih butuh Tay, butuh uang Tay lebih tepatnya.

Biaya kuliahnya, biaya hidup sehari-harinya, bahkan untuk mengirimi sang Ibu yang sakit-sakitan di kota asalnya sana. Semua Nanon dapat dari kantong tebal Tay Tawan, dengan mengorbankan kesucian diri serta cinta sejati.

Hari beranjak siang, Nanon putuskan untuk mandi membersihkan diri. Mungkin guyuran air dingin bisa sedikit memperbaiki keadaannya kini.









....








From : Paman Pluem

Ibu kamu masuk rumah sakit lagi, Non
Gula darahnya naik
Dokter bilang beliau harus rutin suntik insulin mulai sekarang
Nanon bisa kirim uang buat beli peralatan suntik sama obatnya?

Raut yang semula mulai cerah kembali menyendu membaca deretan kata yang dirangkai sang Paman dalam sebuah pesan. Memutar otak keras, dari mana ia bisa mendapatkan uang?

Jika biasanya ia hanya perlu bersikap manja dan menengadah tangan meminta pada sang Tuan, maka berapapun akan ia berikan. Kalau sekarang? Bahkan melihat wajahnya saja Tay mungkin enggan.

Apa gue ke Aftermath aja buat cari uang? -sempat terpikir cara termudah, namun jika Tay tahu pasti ia tak akan dilepas. Bahkan mungkin dihabisi sekalian. Maka dari itu niat tersebut Nanon urungkan.

Nanon terus berpikir dan berpikir, sambil mondar-mandir menggigiti kuku jari. Sampai suara bel yang dipencet dari luar mengabur segala rencana.

Apa ini jawaban dari-Mu, Tuhan? -malu sebenarnya bagi Nanon menyebut nama sang pencipta setelah apa yang ia perbuat

Cklek..

"Marc.." gumam Nanon langsung melongok ke belakang si pemuda, mengira Tay Tawan akan bersamanya seperti biasa.

"Selamat siang, Tuan Muda." Marc menyapa sopan lalu menggeser badan. Membiarkan satu persona di belakangnya maju mendekati Nanon.

Deg.

Bukan, bukan Tay Tawan. Seorang wanita dengan dress selutut elegan dan rambut wavy terkembang. Cantik. Bahkan suara ketuk stiletto heel miliknya yang beradu keramik terdengar mewah dan anggun di telinga Nanon.

"Nanon Korapat. Benar?" To the point. Bahkan Nanon tak tahu bagaimana bisa si wanita mengenal nama panjangnya.

Si manis mengangguk sembari melongo bak orang bodoh.

"Mild Wiraporn. Istri sah Tay Tawan." Sang wanita mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

Mendengar status yang disebutkan, Nanon lumayan gentar. Apa wanita ini yang akan menghabisinya?

CATASTROPHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang