Chapter 16

2K 235 62
                                    

Sekali lagi Nanon memajukan tudung hoodie hitam yang ia kenakan. Peduli setan terik surya yang tengah tapat di atas kepala, asal wajahnya tersamar tak mudah dikenal.

Siang ini Nanon memiliki janji dengan Ohm dan sang ibunda untuk bertemu di salah satu cafe yang cukup jauh dari apartmentnya. Walaupun cukup memakan waktu dan membuat Nanon terpaksa menggunakan taksi, namun apa boleh buat jika dirasa itu lebih aman. Bertemu di apartmentnya hanya akan menambah kemungkinan Mild atau Tay Tawan memergoki mereka.

Menyangga perut dengan jalan pelan karena keadaan, netra si manis langsung bisa menangkap tujuan ketika sampai di cafe yang dimaksud. Di pojok ruangan dengan celah tak begitu terang, dua orang yang ia cintai tengah berdua menikmati kopi.

"Ohm, Ibu. Maaf kalau kalian nunggu lama." Sapaan Nanon ketika tepat ada di depan meja.

Ohm langsung membantu si manis duduk setelah Nanon sempat mendaratkan kecupan di pipi kiri sang Ibu.

"Nggak apa-apa, sayang. Kamu sama siapa?" Tanya New setelah dirasa putranya duduk nyaman.

"Sendiri, Bu. Pakai taksi. Aku nggak mau ambil resiko."

"Bagus. Pesen apa, biar aku pesenin dulu?" Kali ini Ohm mengambil peran.

"Choco milkshake aja."

"Ok. Bentar ya?" Si tampan berdiri memesankan minuman pilihan sang pujaan. Meninggalkan Nanon dan New yang saling tatap menyalur rindu berbalut luka lebam membiru di hati bagian ulu.

"Ibu baik-baik aja kan?"

Sang Ibu tersenyum kecut. "Harusnya itu jadi pertanyaan Ibu, Non. Kamu baik-baik aja? Ah, retorik."

Lalu keduanya membagi tawa kecil menertawakan keadaan yang terlalu bercanda mengekang mereka di tempat yang tak semestinya. Takdir terlalu tanpa rasa dalam menulis kisah mereka. Tapi apa pantas mereka menyalahkan takdir dan keadaan jika yang salah sebenarnya adalah diri mereka?

"Berapa usia kehamilanmu?" Pertanyaan lagi setelah diam beberapa detik mengambil tempat.

"Tujuh? Mungkin." Jawab Nanon mengangkat bahu, benar-benar tak mau tahu.

"Pesenan kamu, Non." Ohm datang meletakkan gelas milkshake di hadapan Nanon dan kembali ke tempat duduknya.

Menyesap air dingin manis di hadapan, sedikit banyaknya membantu bagi Nanon yang tengah kepanasan.

"Lalu apa rencana kamu sama Tay selanjutnya?" Pertanyaan New agaknya diamini Ohm yang dalam benak pun menyimpan pertanyaan yang sama.

Binar kecil di mata si putra tunggal berangsur sendu menggambar jelas perasaan.

"Nikah dan jadi istri kedua? Atau tetap pada posisimu sebagai simpanan?"

Makin buyar akal sehat Nanon mendengar lanjutan pertanyaan. "Aku... aku nggak akan jadi dua-duanya." Lirihnya di rungu menyakitkan.

"Lalu?"

Nanon menatap satu persatu. Baik Ohm maupun New sama-sama menunggu, menaruh atensi penuh padanya.

"Anak ini ada karena permintaan Nyonya Mild, istri Tuan Tay." Mana mungkin ia memanggil 'Mas Tay' di depan New.

"Maksud kamu gimana? Ibu makin nggak paham, Non!!" New meledak. Namun Ohm masih setia memasang tampang datar meski dalam hati kaget luar biasa.

Sisa gula milkshake di tenggorokan terasa pahit saat Nanon telan. Bertambah lagi sakit karena menelan ludahpun rasanya teramat sulit.

"Nyonya Mild nggak punya anak, Bu. Dan dia tau soal keberadaanku sebagai simpanan suaminya."

CATASTROPHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang