Sunyi tengah malam terpecah oleh gema suara daun pintu yang dibuka disusul gema sol sepatu beradu lantai marmer mahal. Selangkah, dua langkah, tiga langkah. Tay Tawan pikir hanya kosong yang akan ditemuinya karena pulang selarut ini.
Nyatanya perkiraannya meleset. Memang lampu ruang tamu tampak mati, namun di ruang keluarga nyalanya masih setia. Menemani seorang wanita cantik seusianya yang duduk seorang diri menatap kaca bening aquarium tempat beberapa ikan hias berenang tenang.
"Mild.." gumam Tay yang diartikan panggilan oleh si empunya nama.
"Akhirnya kamu pulang juga." Ujar si wanita berdiri tanpa perlu mendekat ke arah sang suami.
"Maaf, clientku agak rewel." Alasan.
Dan Mild hanya mengangguk. Tak mau malam ini mereka kembali berakhir berdebat dan pisah kamar untuk yang ke sekian kali.
"Mau mandi atau langsung tidur?"
"Mandi aja."
"Ok, aku siapin air hangatnya dulu."
Perbincangan yang terkesan kaku bagi pasangan suami-istri yang hampir lima tahun bersama mengarungi bahtera rumah tangga. Begitulah wajah sebenarnya dari pernikahan mereka yang selama ini ditutup kedok seolah baik-baik saja.
Mild Wiraporn, wanita ningrat kelas atas yang Tay nikahi di tengah usia kepala tiganya. Wanita yang menyusup dalam kehidupannya atas nama perjodohan keluarga. Tay tak menolak saat itu, karena menurut orang tuanya Tay yang sudah berusia 35 tahun belum pernah kelihatan menggandeng seorang pasanganpun. Maka dari itu mereka coba mencarikan.
Dan Mild adalah jawabannya. Mild bukan orang baru bagi Tay sebenarnya. Keduanya pernah menjadi mahasiswa di fakultas yang sama dan angkatan yang sama, hanya berbeda jurusan. Atas dasar itu jugalah Tay menerimanya. Paling tidak ia tahu Mild tak punya riwayat buruk di kehidupannya.
Keluar dari kamar mandi Tay sudah disambut Mild yang duduk di depan meja rias sedang mengenakan skin care malamnya. Sebuah lingerie tipis berwarna merah menyala terpasang sempurna di kulit putihnya.
Kelereng Tay bergerak menelisik. Ia hanya lelaki normal ngomong-ngomong, dan persembahan Mild di hadapannya tak mungkin akan ia sia-siakan.
Dengan langkah besar Tay mendekati si wanita, lalu melingkarkan lengannya di pinggang yang begitu ramping. Bibirnya menyesap leher sang istri yang direspon baik oleh si empunya. Bibir Tay dibalas bibir. Beradu saling pagut sampai entah bagaimana keduanya berakhir terbaring bersama di atas ranjang masih dengan saling bertautan.
"Kita coba lagi malam ini?" Tanya Tay dengan satu alis terangkat, menggoda.
Istrinya hanya mengangguk malu-malu sambil tangannya bergerak melepas satu persatu kancing piyama suaminya. Memang ini yang ia inginkan kan? Mencoba sekali lagi, barang kali Tuhan sedang berbaik hati pada mereka. Karena alasan utama Tay tak bisa mencairkan penuh sikapnya pada Mild adalah ini, soal keturunan. Sampai sekarang Tuhan belum juga mempercayakan keturunan pada mereka, bahkan setelah setahun lalu orang tua Tay meninggal karena kecelakaan pesawat.
"Eunghh.." Mild mengelus bagian belakang tubuh Tay ketika lelaki itu mulai memasukkan kesejatiannya.
Kasar, beberapa garis panjang melintang seperti luka cakar ia temukan di sana. Dan 100% Mild yakin bukan ia yang melakukan. Karena seganas apapun Tay di atas ranjang, ia tak akan balas menyakitinya. Paling banter Mild hanya akan menjambak rambut Tay melampiaskan. Lalu cakaran siapa yang ada di punggung suaminya?
....
Pagi hari Nanon sudah keluar apartment untuk ke kampus demi kuliah jam pertamanya. Dengan sedikit kaget ia menemukan sosok Ohm Pawat, salah satu bodyguard sang master yang masih setia berjaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
CATASTROPHE
FanfictionTay Tawan tak pernah menyangka, jalang kecil yang disimpannya sebagai penghilang penat ternyata berpengaruh besar dalam kehancuran hidupnya. Warning : *Boys Love *BXB, BXG relationships *Mpreg *Sensitive issue *Don't like don't read (as simple as th...