KaruRisa dan Film Horror

9 1 4
                                    

Written by: HANAAMJ

---

Berapa alasan yang dibutuhkan sosok Akabane Karma guna menaruh rasa kepada seorang Yuuki Arisa? Atau bagaimana dengan sebaliknya?

Bilamana fakta dijabarkan, perihal sifat dan pola pikir keduanya serupa dengan air dan minyak. Sulit disatukan meski sanggup berdampingan. Barangkali Arisa like a fallen angel. Sedangkan Karma?

Tidak ada angin, tidak ada hujan, tapi ada kedua insan. Agak pelik memang, tapi hari ini akhir pekan. Arisa mungkin sedikit memaksakan diri perihal menonton film horor kali ini, ditemani Karma, kalau dia sih oke saja. Gadis berhelai rambut kelam tersebut jelas benci sensasi yang didapat dari jumpscare, maka dari itu biasanya menghindari sesuatu yang berbau makhluk gaib. Meski katanya, Karma itu sebelas dua belas sama iblis, tapi kali ini pun bukan tentang itu.

Arisa penggemar lembar kertas dunia fiksi bernamakan novel. Mengenai hal tersebut pun lumrah jikalau ia mempunyai seorang penulis favorit. Lantas, setelah mendalami dunia misteri, penulis tersebut pun banting setir ke dalam genre horor. Arisa tidak sekali pun ingin melewatkannya, terlebih setelah ulasan dan rekomendasi dari sana-sini mulai merajai media sosialnya. Kendatipun, membaca novelnya sudah dirasa cukup, namun ini adalah perdana karya penulis favoritnya dijadikan sebuah film. Sejak pemberitahuan tersebut, seorang Yuuki Arisa bertambah beban pikirannya.

"Hee ... kenapa harus takut? Lagi pula kalau kau takut, aku ada di sampingmu. Nanti kalau mau peluk juga boleh," ujar Karma sembari meneliti benda pipih dalam genggamannya, sebuah kaset. Ia beranjak mendekati layar televisi tepat menghadap sofa.

"Karma-kun, aku serius! Di ulasan banyak tertulis bahwa akan ada banyak hal yang mengejutkan termasuk jumpscare. Aku tidak mau malam ini over thinking sekaligus ketakutan." Arisa mengerucutkan bibirnya, berpikir keras dalam keraguan.

"Justru letak serunya di situ, kan? Tidak apa, Arisa. Ini hanya sesekali." Pemuda bernetra sewarna tembaga memasukkan kaset ke dalam pemutar. Meraih remote dan duduk dengan santai di sisi Arisa. "Bisa jadi ini adalah film pertama dan terakhir adaptasi karyanya."

"M-maksudnya? Karma-kun jangan bicara seperti itu ...."

"Aku tidak bermaksud buruk, tapi tidak ada yang tahu ke depannya, kan?"

"Ah, baiklah."

Kendati pun gadis itu belum memberi aba-aba untuk mulai, Karma dengan santai memutar filmnya. Arisa akhirnya hanya sanggup mensugestikan diri bahwa semua ini hanyalah menonton sebuah film, bukan semendebarkan misi pembunuhan dan perihal ini hanyalah hal kecil. Mungkin?

***

Bola matanya nyaris menggelinding. Tidak, bukan milik Karma maupun Arisa, tapi layar televisi menampilkan itu. Susu stroberi hilang rasanya karena minat sudah raib. Tambah kesalnya, Karma sebetulnya tidak terkejut. Hanya saja ulahnya yang mendramatisir suasana dengan pura-pura terkejut hingga teriak membuat gadis berhelai rambut gelap itu semakin takut dibuat suasana.

Detik demi detik, tayangan telah usai. Nyatanya rasa takut mulai sirna, meski hal tak nyaman mulai menggerogoti relung hati. Arisa ingin mengalihkan pikiran. Membaca buku? Mendengar musik? Belajar? Biasanya semua itu ia lakukan seorang diri. Namun, kali ini, ia tidak berani untuk sendiri.

"Karma-kun, aku takut."

"Padahal film sudah selesai?" Karma tanpa beban mengambil stok es krim stroberi Arisa dari dalam kulkas.

"Justru karena sudah selesai aku semakin terbayang-bayang."

Akabane Karma menatap langit-langit ruangan. Memutar otak. Ada rasa ingin jahil karena ini adalah kesempatan, tapi meski begitu juga Karma masih ada rasa kasihan. Apalagi sama Arisa yang polos-polos kalem. Bisa dihajar habis kalau ketahuan Gakushuu. Dia bukannya takut sih sama sepupunya itu. Ya kali, batin Karma.

Tangan terulur menggapai puncak kepala gadis bermarga Yuuki, mengelus pelan dan singkat.

"Mau keluar rumah? Ke perpustakaan saja?"

Perihal fakta bahwa keduanya bagai air dan minyak yang berbeda, namun berdampingan. Soal perasaan, siapa yang butuh alasan? Nyatanya, kedua insan saling menyayangi adalah hal yang tiada perlu dijabarkan alasan dan kelogisan asal mulanya.

KaruRisa mungkin saja insan yang seperti itu.

---

Birthday Gift: ReiHimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang