CRUSH

4 0 0
                                    

written by: bucinnya_cogan

---

Mana yang lebih sulit, menyapa crush atau guru killer?

Jika kau tanya aku, jawabannya tentu dua-duanya.

Aku merengut sembari menundukkan kepalaku, berusaha untuk fokus memasukkan permen dan snack pada sebuah plastik kecil dan mengikatnya dengan tali rafia kecil. Hari ulang tahun sekolah kami tiba dan OSIS berniat untuk membuat acara perayaan kecil-kecilan. Aku bukan anggota OSIS sebenarnya. Namun aku menawarkan diri untuk ikut membantu, dengan niat tersembunyi yaitu bertemu dengan crush ku.

Aku tidak bisa menahan pipiku untuk tidak memerah ketika bau parfum yang familiar terhidu, merangsang jantungku untuk berdetak liar. Itu berasal dari pemuda yang memiliki papan nama Sakuma Rei yang baru saja berjalan melewatiku. Aroma musk dari parfum yang dipakainya benar-benar memabukkanku.

Duh, aku merasa seperti orang mesum.

Netra coklat madu ku melirik ke arah pemuda berkulit pucat yang kini berdiri di samping pintu. Ia tampaknya ingin menyapa, namun aku mengalihkan pandang karena malu. Duh, bodohnya Hima.. tinggal memandangnya lalu balas senyum apa susahnya?

Aku sudah menyimpan rasa kagum padanya sejak lama. Namun karena sifat malu ku, itu membuatku sulit untuk mendekatinya. Setiap kali aku berada didekatnya, isi kepalaku langsung kosong dan aku nyaris tak mampu berkata apapun.

Aku menghela napas panjang, sebelum melirik ke arah dimana Rei berdiri sebelumnya. Pemuda itu sudah tidak ada lagi disana. Aku melihat ke arah lain, mencoba untuk mencarinya, namun ia tidak tampak dimana-mana.

Sampai sebuah tepukan di bahu membuatku kaget. Itu adalah Rei! Ia berdiri di belakangku.

"Hi, sunshine.."

Mataku melebar karena terkejut, aku tanpa sadar menelan ludah dengan keras.

"..Hi,"

Pipiku memanas, jantungku berdegup sangat kencang. Duh, aku berharap ia tidak mendengarnya.

"Ada.. yang bisa saya bantu?" Aku bertanya lembut. Aku merasa malu mendengar suaraku sendiri yang sok imut.

Rei menggelengkan kepalanya, ia lalu tertawa renyah sebelum mengangkat tangannya dan mengarahkannya ke pipiku, eh tidak, ia sepertinya mengambil sesuatu di bahuku. Aku langsung bergidik geli ketika menyadari apa yang ada di tangannya. Itu ulat!

"Don't worry, Sunshine," Rei tertawa sembari meletakkan ulat tersebut pada pohon di dekatku. "..you're safe now."

Aku menghela napas lega, sebelum mengangkat wajahku dan tersenyum kepadanya. Aku refleks memundurkan tubuhku ketika menyadari bahwa aku memeluknya karena takut. Pipiku memanas dan semakin merah, namun aku berusaha untuk kelihatan tenang. "Terimakasih." kataku sembari menurunkan pandanganku ke jajanan yang tengah aku bungkus. Aku berusaha untuk melanjutkan pekerjaanku, dengan tangan gemetar karena menahan gugup.

"You're welcome,"

Rei lalu duduk disampingku. Ia mulai membantu pekerjaanku dengan rajin.

Aku menjadi salah tingkah di dekatnya. Aku benar-benar tidak bisa berkutik karena malu. Aku terus memaksa otakku untuk berpikir, aku butuh sesuatu untuk dibicarakan. Sesuatu untuk mengurangi suasana canggung ini.

Ayo otak, give me some word.

"Aku dengar kamu suka aku,"

Gerakan tangan ku terhenti, mataku terbelalak karena kaget. Aku perlahan menoleh ke arahnya sambil memasang senyum canggung.

"Maaf?" Kataku lembut sembari tertawa gugup. "Uh, siapa yang bilang?"

Rei tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Ia lalu mengambil bungkusan jajan yang ada di tanganku dan mulai memperbaiki ikatan ku yang belum kencang. Nafasku tercekat ketika jarinya tak sengaja menyentuh kulitku.

"Sebagai imbalan aku membantumu.." Rei mengedipkan mata, "Bisakah kamu memberikan aku nomormu?"

Nafasku tercekat, otakku berhenti bekerja.

Duh.

---

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Birthday Gift: ReiHimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang