Masa

2 1 3
                                    

written by: galacticblobba

---

Dulu, yang Arisa dengar hanyalah tutur dari mulu ke mulut. Tentang kelas paling dikucilkan, tentang murid paling langganan kena teguran.

Dulu, yang Arisa tahu hanyalah kabar buruk dari waktu ke waktu. Tentang orang yang mampu buat mental sepupunya yang kian memanas, ditelan ambisi dan amarah.

Hanya acuh ia berikan, fokus penuh ia tujukan untuk bertahan dan lulus di lingkungan sekolahnya yang berat. Menurutnya, tidak ada waktu bisa disia-siakan, bawa fakta bahwa ia duduk di tahun terakhir dalam-dalam—sebagai pengingat jenjang lanjut harus dicapai. Ikut rasakan kesal kala doktrin disebarkan, terpicu akibat ketidakadilan, dipupuk subur oleh superioritas terdalam. Bukan lagi sebuah persaingan sehat dan malah buat tekanan abaikan alasan jelas.

Sebelum hilang … tanpa pertanyaan, sewaktu kebenaran mekar.

Sekarang, tanpa sadar atensi Arisa selalu mengarah padanya. Impresi yang kian berganti, afeksi yang kini lahir.

Matahari surut ke barat, putih diganti kelabu dan biru diganti jingga, agak sehitam jelaga dan jalan sepenuh Akibahara; dan di waktu itu Arisa sadar … atau paham—mungkin sudah nyaman, sebab telah lama habiskan masa dalam kedekatan tak disengaja. Jalan terhenti dan gedup detakkan hati, seakan baru diguyur realita yang tak pernah sedikitpun ia prediksi. Figur itu, lelaki berambut merah itu telah telanjur mengambil hatinya.

Dulu, mungkin Arisa akan malu, fakta bahwa siswa problematik seperti Karma mengenakan almamater sekolahnya.

Dulu, mungkin Arisa masih segan, termanggu dalam pikiran merasa dirinya tidak pantas.

Sekarang …

Sekarang Arisa berdiam di tempat, menoleh ke belakang. Betapa gelap di ujung sana, namun jejaknya dipenuhi bunga. Betapa jauh dirinya telah melangkah dari garis awal, namun hatinya masihlah dilanda gundah. Betapa banyak hal telah ia pelajari, tanpa sadar bahwa ia terus berubah dan membentuk jati diri. Seperti pasir menjadi gembur, dihujani langit dan kelabu, dipanggang mentari dan kemarau, sebelum mengilap selayak batu pualam.

Sudut bibir pun ditarik, postur tubuh yang sudah diganti, dan sorot mata penuh percaya diri. "Iya, Karma itu pacarku."

Karena Arisa mulai ingin … tatkala dirinya menoleh ke belakang, berapa jauh liku yang sudah ia lewati, betapa luas sisa dunia yang bisa ia langkahi. Dan Arisa tidak ingin terus-menerus berada di fase yang sama.

Karma mungkin akan termenung di tempat, tidak menyangka kalimat itu akan keluar dari bibir Arisa sendiri; sebelum merasa lega, tertawa kosong sembari merangkul kekasihnya. "Benar. Arisa itu pacarku, ada masalah?"

---

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Birthday Gift: ReiHimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang