9 : 9

4.1K 460 20
                                    

'make sure it always grows even though it withers will still attack'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
'make sure it always grows even though it withers will still attack'
.
.
🔥🔥🔥

Prok

Prok

Prok

Tepukan tiga kali itu seketika memberhentikan langkah Adira dan juga ketiga sahabatnya saat ingin melangkah menaiki anak tangga.

"baguss, merasa jalang kamu pulang jam segini hm" suara rendah dan dingin itu menyeruak di telinga yang mendengar. "dari mana saja kalian?!" sinis Daddy Adira kepada anak dan keponakannya itu.

"bisa tidak jangan memalukan keluarga kalian, haa!!" bentak Daddy.

Adira dan ketiga sahabatnya yang mendapatkan bentakan seperti itu seketika langsung menatap Daddy sangat tajam.

Mereka semua yang melihat empat gadis itu menatap tajam Daddy merasa nyalinya menciut termasuk sang Daddy sendiri.

"a-apa tatapan kalian bisa biasa saja kepada daddy!" tegas Adelion dengan sedikit gugup.

"jika tak ingin melihat," jeda Adira sembari menatap Adelion dengan tatapan yang sulit diartikan. "cong-kel saja matamu, aku bisa membantu"

Mereka semua yang mendengar jawaban Adira diam tak berkutik.

Adelion yang mendapatkan balasan tak terduga dari Adira seketika membisu dengan menahan nafas yang tercekat.

"jangan lupa buang nafasmu Adelion mungkin sesaat lagi kau tidak akan bisa melihat dunia" ujar Bianca tenang.

"tutup mulut lo Bianca, dan lo Adira Bang Adelion itu abang lo semua!" bentak Raka yang sudah tersadar dari keterkejutannya.

"LEBIH BAIK JAHIT MULUT MU RAKAA!!" teriak Jeslyn tidak terima ketika Raka membentak Adira dan juga Bianca. "Sudah kami bilang bukan jika kami tak suka di bentak, hmm" sambung Jeslyn dengan suara dingin menahan emosinya.

"k-kakak Abang Raka kan Abang kak Jes juga," cicit Ana gugup. "Kenapa tidak memanggilnya Abang, tidak sopan k-kak Jes."

"bukankah kau sangat senang Ana jika mereka tidak ada hubungan lagi dengan kami" jawab Ria sembari sudut bibir atas kanan terangkat.

Ana yang mendengar jawaban dari Ria seketika gugup dengan berkeringat.

Berbeda dengan keluarga yang diam menyerngit bingung mendengar perkataan Aria. memang sungguh keluarga bodoh.

"tak perlu gugup seperti itu Ana," ujar Adira dingin dengan berjalan kearah Ana.

"Lihatlah keringatmu" sambungnya sembari mengusap keringat Ana dengan lembut. Tapi tidak dengan Ana, usapan yang seperti sebuah peringatan.

Mereka semua bingung melihat Ana yang terdiam dengan nafas yang tercekat saat Adira membisikkan sesuatu kepada Ana, Namun tidak dengan ketiga sahabat Adira.

Jiwa Bersama (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang