15 : 15

3.4K 399 36
                                    

Plak

Plak

Plak

Plak

Empat tamparan mulus mendarat begitu saja kepada empat gadis yang baru saja memasuki mansion.

"Lo pada dari mana hah! Lo gak liat ini jam berapa! Dibayar berapa lo sama laki brengsek kaya dia!" tanya Riski dengan marah dan dia juga yang menampar adik dan sepupunya.

Adira beserta sahabatnya yang tadi terkejut mendapat serangan tiba-tiba sesaat bisa menampilkan wajah datarnya.

Diruang tamu banyak sekali orang, termasuk Orangtua dari Adira, Bianca, Jeslyn, Ria.

Semuanya terlihat geram melihat empat gadis itu. "Mengapa diam saja kalian? Bisu?" tanya Papa Jeslyn.

"Lebih baik tidak usah pulang dari pada membuat satu keluarga merasa malu mempunyai anak seperti kalian!" ucap Mommy Adira menohok.

Entahlah bagaimana perasaan gadis-gadis itu, bagaimana keadaan hatinya? Bagaimana keadaan fisiknya? Apa ada yang memberikan kasih dan sayang kepada mereka secuil pun?.

Namun mereka tak bergeming dan hanya menunjukkan wajah datarnya saja.

"Apa kami masih kalian anggap seorang anak yang terlahir dari rahim kalian sendiri?" tanya tiba-tiba Bianca dengan suara dingin.

"Apa maksudmu Bianca?!" geram Ayah Bianca.

"Kalian pasti tau apa maksud kami A-y-a-h." tekan kata Ayah kepada orangtuanya.

"Ditindas? Dicaci maki? Dipukul? Banyak sekali" tanya Jeslyn beruntun.

"Jangan mengalihkan pembicaraan kalian!!" ucap Daddy Adira.

"Miris sekali hidup kita. Mempunyai keluarga namun diasingkan? Dianggap jalang saat pulang malam? Dibiarkan kami kelaparan? Dan mengunci kami digudang?," cecar Adira dengan mata tajam memerah, mengingat bagaimana ia dan sahabatnya berjuang sampai sesukses ini.

Hening. Tak ada siapapun yang bersuara. Tak ada siapapun yang ingin memberikan pembelaan. Dan tak ada siapapun yang mengalihkan pandangan kepada empat gadis kuat yang sebenarnya rapuh didalam.

"Sudah belasan tahun kami menerima semua, jika kami bisa kami akan melaporkan ini kepada kantor polisi, jika kami bisa kami akan membunuh kalian semua yang berlaku tak adil terhadap kami. Tapi apa? Kalian tak mendapatkannya dari kami! Kami selalu berharap ada secercah harapan untuk kalian yang bisa menyayangi kami" lanjut Ria.

Entah apa yang membuat semua satu ruangan mati kutu mendengar keluh kesah empat gadis itu. "Oh tuhan! Bahkan saat kami masih berumur 5tahun aku yang tak sengaja membuat anak kebanggaan kalian jatuh, padahal dia yang terpeleset sendiri. Aku yang mendapatkan cubitan keras, mendapat jeweran ditelinga, dan pukulan yang mungkin saat ini kuanggap tak seberapa. Tapi bagaimana saat kecilku dulu?" Jeslyn bersuara dengan bibir bergetar.

Tuhan sungguh apa ini rasanya saat sudah memiliki keluarga namun tak sesuai dengan yang diharapkan.

Luruh sudah masalalu yang ku kubur dalam-dalam.

Aku tak pernah berharap meminta seperti ini, berucap panjang dan lebar. Tapi hatiku yang ingin berkata Tuhan!.

Jika ini perasaan dari tubuh yang aku tempati, maka sangat pedih jika aku yang dari dulu berada disini.

Ana menunduk dalam diam, meremat ujung baju yang digunakan. Mendapat semua keluhan dari empat gadis yang selama ini ia kagumi, yang selama ini membuat ia iri, yang selama ini membuat ia ingin bergabung didalamnya.

Jiwa Bersama (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang