10. Day-3. Not James! Didi

317 57 14
                                    

Hari ini hari Sabtu, yang berarti hari libur bagi anak SMA, kan?

Lagi lagi di pagi hari. Dimeja makan terdengar dentingan sendok dan garpu yang saling beradu, siapa pelakunya? Sean namanya. Sean makan dengan pandangan kosong dan suapan yang lambat. bukannya kenapa kenapa, tadi malam sekitar jam dua dini hari Rayyan dengan rusuh mengusik tidurnya. Sean yang antara sadar tak sadar sempat melayangkan pukulan keras dikepala Rayyan karena merasa terganggu. Tapi, rasa kesal yang menggebu seketika lenyap mendengar alasan Rayyan membangunkannya.

"Salah gua bangunin lu? Biasanya kan jam segini lu sholat tahajud?" Ujar Rayyan.

"Sholat tahajud hukumnya Sunnah, Ray. Ga dosa kalo ga dikerjain," Ujar Sean sambil menggaruk matanya lalu menguap lebar.

Sean sangat mengantuk, ke pasar malam tadi membuatnya kelelahan dan tidur begitu pulas. Lagipula ia tak se disiplin itu, dalam seminggu ia bisa tiga malam tak sholat tahajud. Intinya kalau ia terbangun ia akan mengerjakannya.

Tentang Rayyan yang mengingatkannya, bisa saja dalam dua malam kemarin dia sadar Sean bangun tengah malam dan mengerjakan ibadah Sunnah itu. Jadilah ia heran mengapa dimalam ini Sean tak mengerjakannya.

"Oh gitu ya?" Cicit Rayyan sambil menggaruk kepalanya.

"Iye!"

Tapi sepertinya Rayyan tak ingin usahanya sia sia."Tapi dapet pahala gede kan? Lu nya udah bangun juga, kenapa ga dikerjain aja?" Ujar Rayyan terkesan memaksa.

"Gua capek, males! Mau tidur lagi aja," Ujar Sean lalu kembali berbaring seraya menutup matanya.

"Se capek itu? Males lu bilang? Ada adab lu bilang gitu didenger tuhan lu? Tuhan lu cuma nyuruh sholat, dan gua liat sholat ga se susah dan se melelahkan itu. Ga boleh gitu Se."

Sean membatin. Bisa bisanya temannya yang tak tahu apapun tentang agamanya berkata sedemikian rupa. Sean tak merasa dihakimi, ia malah merasa bersalah dan malu pada Tuhan. Rayyan yang jelas jelas bukan hamba Allah saja mengingatkannya, mengapa dirinya yang jelas jelas beriman kepada Allah dengan santainya mengabaikannya.

Sean membuka matanya lalu menghela nafas.

"Omongan lu bikin gua merasa berdosa banget, ya emang banyak dosa sih. Yaudah ini gua sholat,"

Sean bangun dengan malas malasan. Ia menjulurkan kakinya mencari sandal jepit yang biasa ia kenakan. Saat dirinya berdiri menuju toilet Rayyan kembali berceletuk.

"Kalo ngerasa terpaksa ga usah dikerjain,"

Sean berbalik dengan kecepatan kilat. "Enggak anjing! Gua ikhlas lahir batin."

Rayyan terkekeh. "Iya. Udah sono."

Kira kira begitulah awalnya. Seusai sholat, mata Sean tak mengantuk lagi. Rayyan dengan sabar menemani Sean bergadang dengan menonton video video random sampai mata Sean kembali mengantuk. Untungnya, Sean kembali tertidur di jam tiga malam. Jam lima pagi, Sean bangun untuk sholat subuh. Awalnya Sean tak ingin tidur lagi, tapi ternyata matanya kembali tertutup sampai jam tujuh pagi. Tepatnya jam tujuh lewat sepuluh Rayyan membangunkannya untuk sarapan, jadilah keadaan Sean pagi ini seperti orang setengah hidup.

"Udah belom? Mau gua cuci nih!" Tanya Rayyan bosan menunggu.

Walaupun dirinya begitu dekat dan bisa saja bersikap seenaknya dirumah Sean itu tak menjadi alasan baginya untuk melupakan tata krama dirumah orang. Ia malu bersikap semena mena dirumah Sean meskipun statusnya bisa dibilang bukan orang lain. Dan lagi, ibunya benar benar mengajarinya banyak tentang adab kepada orang lain.

"Gak liat masih banyak nih? Dah lu cuci punya lu sendiri ae dulu. Lakik lakik gini gua masih bisa nyuci piring,"

"Tapi gua ga enak, se. Masa gua dapet enaknya doang dirumah lu,"

TENTANG SEAN, RAYYAN, DAN ZAYYAN - [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang