11. Day-3. Nanana, with you.

308 55 9
                                    

"Di, bahasa Belanda nya aku sayang kamu, apa?"

"besef dat het alleen virtueel is,"

"Kalo kamu satu satunya?"

"het blijkt dat deze mooie zus een krokodil is,"

Sean ternganga kagum, "Wih gitu ya? Susah juga ye nyebut nya. Satu lagi, Di. Kalo mau ga jadi pacarku?"

"vindt iemand je leuk?"

"Lu dikibulin, Se. Beneran."

Sean menoleh kearah Rayyan yang tiba tiba duduk disampingnya. Dahinya mengkerut, dikibulin? Maksudnya?

"Hah?"

"Didi, ga boleh gitu, " Tegur Rayyan tertuju pada James.

James menunduk, memainkan jarinya resah karena ketahuan nakal, "Maaf, kak. Aku bercanda,"

Sean tak paham. Kenapa James meminta maaf? Perasaan dia tak berbuat kesalahan sejauh ini.

"Kenapa minta maaf? Kamu ga bikin salah kok,"

"Tidak, Aku berbuat kesalahan. Maafkan aku, kak Sean," Ujarnya masih dengan posisi menunduk.

Sean menggaruk kepalanya bingung, "Salah apasih, Ray? Ini kenapa sih?"

Rayyan menaruh buku yang habis dibacanya ke meja, begitu pula dengan kacamata yang sudah beberapa jam dipakainya.

"Coba Didi yang jawab,"

Anak itu membawa wajahnya menghadap Sean. Masih dengan rasa bersalah ia berkata, "Semua yang kakak tanyakan tadi aku jawab bohong. Maafkan aku, kak."

Sean terdiam, ternyata itu. Bisa bisanya ia dibohongi anak kecil. Padahal tidak masalah sih, jahilnya Didi tidak se serius itu. Dan lagi, wajar kok anak kecil jahil. Sean memakluminya. Bercanda James masih masuk lah dalam humornya.

Tapi sepertinya yang selera humornya dollar tidak terima itu. Siapa lagi kalau bukan Rayyan? Mungkin ia rasa jahilnya Didi bisa saja merugikan Sean.

"Loh gapapa. Santai aja sama kakak. Besok-besok jangan gitu ke orang lain ya? Takut dia percaya," Tegur Sean halus.

Rayyan mendelik tak terima, "Apa apaan? Jangan asal bilang gapapa gitu dong! Bilangin ke Didi kalo becanda nya Didi ga lucu. Entar lu malu sendiri kalo nembak cewe ngomong gitu."

Sean menatap Rayyan tak suka, "Apasih bangsat, ga jelas banget! Hidup tuh jangan serius serius, Ray. Becanda nya Didi ga se gede itu buat di marahin," Ujarnya.

"Lagian gua udah lupa dia bilang apa. Boro boro inget, nyebut aja kagak bisa. Nanya gitu biar ada topik aje buat ngomong ama Didi."

Mimik Rayyan yang semula tegang berubah melemas. Aduh kok malu ya? Benar juga apa kata Sean. Apa benar dia se serius itu? Niatnya menegur James benar kan?

"O-oh? Gitu ya?" Cicit Rayyan malu.

Plak..

Rayyan meringis sambil mengelus bagian yang kena pukul Sean menggunakan buku miliknya tadi. Rayyan menoleh pada James, anak itu tak memasang raut merasa bersalah lagi melainkan wajah sombong merasa benarnya.

"Mas Rayyan tidak asik!" Ucap bocah itu sambil berdecak payah.

"Tau tuh. Kita tinggalin aja yuk mas nya." Ajak Sean.

James mengangguk setuju. Ia dan Sean beranjak dari sana, meninggalkan Rayyan yang bingung sekaligus kesal karena James dengan sigapnya mengalihkan keadaan menjadi seolah dirinya korban. Anak ini ternyata licik juga yak.

TENTANG SEAN, RAYYAN, DAN ZAYYAN - [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang