16. kedatangan yang terlalu tiba tiba

281 50 11
                                    

Si kembar Zayyan dan Rayyan tengah ditatap intens oleh Sean. Seperti biasa, Rayyan yang notabennya bulol hanya bisa menundukkan kepalanya takut sambil mendengarkan siraman rohani Sean dengan seksama. Hendak menonggak saja tak berani. Sudah ia coba menonggak untuk melayangkan protes, tapi Sean sudah lebih dulu membuatnya bungkam dengan sebuah kepalan tangan yang ditunjukkan Sean ke wajahnya.

Tidak seperti Rayyan yang tertunduk ketakutan bak dimarahi istri, Zayyan tetap tenang dan terkesan tak mendengarkan ocehan Sean karena sibuk memainkan pipi anaknya yang saat itu sedang tertidur pulas dipangkuan Sean.

"Gua kira waktu selama ini udah cukup buat lu terbuka sama gua. Ternyata masih kurang ya?"

"Gak gitu..." Cicit Rayyan pelan sekali.

"Privasi? atau ga nganggep gua penting? Gua udah terbuka banget loh sama lu. Bukannya apa ya, gua ngerasa gagal jadi temen kalo cuma gua yang dibantu gini. Gua juga mau bantu lu. Kalo aja dari kemarin-kemarin lu bilang, pasti gua ikut bantuin lu, Ray. Gua bakal bantu Bulan juga."

"Se.."

"Sorry ya kalo kesannya berlebihan. Perasaan gua ga enak, sakit ati gua ama lu."

"Kenapa lo harus tau? Lagian ini rahasia gua, bukan Rayyan."

Sean terhenyak, saking marahnya dengan Rayyan membuatnya lupa ada sosok lelaki yang wajahnya sama dengan Rayyan berada didekatnya.

Ada benarnya juga. Tapi, bukan tentang anak Zayyan saja yang membuat Sean menyimpan rasa kecewa.

"Iya, tentang anak lu iya, gua ga begitu kesel. Cuma ini dia rahasiain lu dari gua? Men, lu ngerti gak sih? Saking belum percayanya sama gua dia sampe ga bilang apa apa tentang lu ke gua selama ini. SELAMA INI, ZAYYAN. Gua ga sebentar temenan ama Rayyan, bisa bisanya dia rahasiain selama itu," Ucap Sean menggebu gebu.

"Gua dianggap temen gak sih sama Rayyan?" Sambung Sean yang sukses membuat mata Rayyan terbelalak

Bodo amatlah! Mau ditonjok Sean, mau digampar, ditempeleng, bodo amat. Rayyan menarik paksa Angkasa dari pangkuan Sean sehingga menimbulkan tangisan kencang karena terkejut oleh Angkasa. Tak sampai disitu, Rayyan memberikan tubuh mungil Angkasa dengan tak sabaran pada Zayyan lalu mengambil alih tubuh Sean untuk dipeluknya.

"Rayyan!! Lu gila!"

Entah dimana Rayyan mendapat ide bodoh seperti ini. Sungguh, Sean sangat marah dengan tindakan bodoh Rayyan kali ini.

"Sean, maafin gua huhu... Gua Bukannya ga mau cerita cuma belum nemu moment yang pas aja," Ujar Rayyan mengaku sambil memeluk pinggang Sean manja.

"Moment moment tai anjing!" Ujar Sean sarkas.

Sean lelah sendiri. Sudah berbagai cara ia lakukan agar Rayyan melepas pelukannya, bukannya terlepas, yang ada dirinya sesak nafas. Rayyan memang bebal.

Terlepas dari itu, agak malu juga sih pelukan dilihat Zayyan seperti ini. Kan gak normal ya, kalo aja Sean cewek pasti biasa saja.

"Lepasin anjing! Ga malu lu gini diliat Abang lu?!"

"Ray, bawa Sean ke kamar. Disini ada anak gua," Perintah Zayyan.

Bukan tanpa sebab Zayyan menyuruh. Sudah cukup anaknya yang tak tahu menahu itu mendengar umpatan umpatan kasar yang spontan Sean suarakan. Zayyan tak ingin anaknya semakin lama semakin banyak mendengar untaian kata kasar itu.

Tanpa memperlambat waktu dengan menolak atau bertanya mengapa, Rayyan langsung saja menarik Sean berdiri lalu membawanya ke kamarnya.

Zayyan menatap kepergian keduanya sambil menimang Angkasa. Untunglah anaknya sudah berhenti menangis, jadi rasa pusing yang berputar-putar di kepalanya sedikit berkurang.

TENTANG SEAN, RAYYAN, DAN ZAYYAN - [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang