26. Pada akhirnya

162 26 1
                                    

Baca nya yang teliti ya, Cingta!!

Sean meremang, tak pernah terpikirkan olehnya akan bertemu Raja lagi sejak ia kira Raja sudah betul betul hilang dari hidupnya. Wajahnya pucat pasi, kedua tangannya gemetar seiring melangkah mundur menuju pintu keluar.

Seringaian kecil terukir di bibir Raja. Punggung Sean total menabrak pintu. Raja sedikit merendahkan dirinya untuk menggapai pipi Sean, halus, sama seperti dulu.

"Ngapain lu disini, anjing?"

"Menurut kamu?" Tanya Raja seraya mengelus pipi Sean.

Dengan keras Sean menghempaskan tangan Raja dari pipi nya. Ia menggosok pipinya kasar berharap bekas tangan biadab itu hilang dari kulitnya.

"Lepasin gua bangsat! Se obses itu lu sama gua?!"

Raja yang awalnya menunduk seraya menatap tangan kanan nya yang tadi dihempaskan Sean seketika mengangkat dagunya. "Kasarnya.... But yeah," Jawab Raja enteng sambil mengendikkan bahunya.

Masih belum menyerah, kini tangan Raja beralih pada helaian rambut Sean, diselipkan nya sedikit helaian rambut hitam itu ke belakang telinga Sean.

Lagi lagi Sean menepis tangan itu. Ditunjuknya wajah Raja dengan emosi, tak tertinggal deretan gigi yang bergemeretak.

"Ga usah temuin gua lagi, hidup gua damai ga ada lu. Stop Brama Raja, gua capek!"

Raja meraih tangan Sean yang menunjuk nya, ia menggenggam tangan itu lalu mengecupnya.

Mata Sean melotot tak terima. Buru buru ia menarik kembali tangannya.

"Ini ga bakal jadi rumit kalo dari awal kamu terima Abang," Ucap Raja dengan smirik nya.

"Nerima lu? sakit jiwa!" Tolak Sean kasar. "Yang salah dari awal tuh lu!"

"Apa yang salah dari perasaan Abang? Dipikiran kamu cuma tindakan Abang yang terkesan jahat. Coba kamu ingat lagi dulu gimana senengnya kamu pas Abang treat baik. Kalo dari awal kamu terima semua ini ga bakal kejadian, Sayang." Papar Raja menatap mata Sean dalam.

Bugh!!

Spontan tubuh Raja jatuh tersungkur mengenai punggung sofa. Kekuatan Sean ketika membogem pipi nya tak main main.

Kilat mata Sean begitu membara. Dengan langkah pasti dirinya kembali melangkah menghampiri tempat dimana Raja tergeletak dengan kedua telapak tangan yang mengepal kuat.

Raja mencoba bangkit, baru di tahap duduk belum berdiri Sean sudah kembali menerjang Raja dengan menarik kerah kemeja coklat yang tengah ia kenakan lalu kembali menonjok wajahnya.

"Nerima lu yang notabebe nya sepupu gua sendiri dan gender lu yang sama kaya gua? Lu punya otak gak sih? Lu mandang gua apa, hah?!!" Hardik Sean belum puas.

Lelaki yang separuh babak belur itu hanya tersandar pasrah kala Sean tak henti hentinya melayangkan pukulan.

Tentu saja seorang Raja Bimantara bisa membalas kalau hanya pukulan seperti ini. Baginya ini bukan apa apa. Tapi yang ini Sean, cintanya, tak akan ada kata maaf untuk dirinya sendiri sampai kapanpun kalau tangan kasarnya ini sedikit saja melukai Sean.

Sean masih memukuli Raja dengan membabi buta. Mungkin lelah, beberapa menit berlalu akhirnya Sean berhenti memukuli Raja. Sean berdiri, kekehan sinis terukir di bibirnya. Kalau posisinya begini siapapun yang melihat bisa berpikir Sean lah yang berperan antagonis.

Sean membungkukkan tubuhnya lalu mengulurkan tangannya guna mengangkat dagu Raja yang tertunduk tak berdaya. Masih dengan smirik jahatnya, Sean menampar pipi kanan Raja sekali lalu mengelus rambut Raja lembut.

TENTANG SEAN, RAYYAN, DAN ZAYYAN - [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang