Part 5 || Cincin dan sepucuk surat

7 3 0
                                    

Selamat membaca,jangan lupa nafas><

[Flashback]

Satu hari setelah Willy dikuburkan

Vera sedang duduk di sofa biru muda yang berada dikamarnya yang cukup luas,terlihat Vera masih asik berbincang-bincang dengan sahabatnya lewat telepon.

"Ra,lo jangan sedih-sedih mulu ya,kak Willy juga jadi ikut sedih nantiii" Bujuk Carin dari seberang sana.

Vera mendengar itu langsung tersenyum dan menghapus jejak air matanya.

"Ra,kita ke Aurora cafe yuk" Ajak Carin dengan penuh semangat.

"Cafe? Jauh gak?"

"Gak jauh dari rumah lo kok,nanti gw share alamatnya" Jawab Carin.

Setelah berbincang-bincang beberapa hal,tak lama sambungan telpon diputuskan,dan Vera langsung bergegas menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Vera dengan rambut hitam panjang yang diikat dan dress pendek berwarna biru terlihat sangat cocok untuknya.

Melihat jarum jam yang terus berputar,Vera langsung mengambil tas kecil miliknya dan tak lupa membawa handphonenya.

"Kira-kira Willy ikut gak ya sama Carin?" Batin Vera yang lupa bahwa Willy sudah tak ada.

Vera sekarang mengendarai motor Vespa berwarna biru, tak mau menggunakan mobil,biar gak terlalu ribet katanya.

Langit dengan warna Biru muda juga awan yang menghiasinya,dan terpaan angin segar berhasil membuat ketenangan dihati Vera.

Vera memang senang dengan alam,terutama langit yang berada diatasnya,tapi saat Vera sedih dan ingin menumpahkan air matanya,ia tak mau alam melihatnya,cukup kamarnya yang menjadi saksi pilunya.

Tak lama Vera sampai di Cafe tujuannya,cafe dengan warna coklat juga kursi-kursi putih yang sudah dipenuhi para remaja,Vera melihat sana sini belum saja menemukan keberadaan sahabatnya.

Seorang gadis berbaju pink melambai ke arah Vera,menandakan bahwa sahabatnya ada disini.

Dengan Cepat Vera menghampiri gadis berbaju pink itu yang tak lain adalah sahabatnya.

"Nunggu lama?" Tanya Vera sembari duduk di kursi yang berhadapan dengan Carin.

Carin menggeleng kecil lalu memanggil waiter untuk memesan minum.

"Mba,saya pesan caffee latte nya satu ya," Pesan Carin pada waiter.

"Lo apa ra?"

"Gue?manusia lah" Jawab Vera yang di akhiri tawa.

"Iya sih, maksudnya lu mau pesen apa Ra?" Tanya Carin yang diiringi tawa.

Vera mengangguk paham,lalu mengambil buku menu yang berada di atas meja.

Vera mencari-cari nama minuman dalam menu yang tak kunjung ia dapat,tapi tak lama ia menemukannya.

Willi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang