Part 12 || Kehilangan

4 1 0
                                        

Haruskah rasa kehilangan kembali pada kisahku?


"Woy Vera! Markonah binti Udin woyy!!" Teriak Carin mencoba menggoyangkan tubuh sahabatnya.

Seketika lamunan Vera buyar,
"A-aapa Rin?" Vera menatap manik mata milik Carin.

"Vera,lu tuh kenapa sih dari tadi pagi ngelamun mulu? Lagi mikirin apa?"

Vera tersenyum tipis lalu mengeluarkan ponsel miliknya,lalu meluncur ke berita internet.

"Lo belum liat ini?" Suara Vera terdengar bergetar.

Carin menatap lekat berita internet yang ada di ponsel sahabatnya.
"Ggakk! Ini BOHONG!" Bentak Carin langsung meneteskan air matanya.

Vera mencoba mencari info tentang kecelakaan itu,masih ada rasa tak percaya di hatinya.

"Rin,ini ada alamat rumah sakitnya,ayok kesana siapa tau kita dapet info disana,atau mungkin jenazahnya masih disana" Ucap Vera dengan semangat.

"Ayok cepet"

Kedua gadis itu berlari meninggalkan kelas,Vera menatap langit sesekali,langit biru dengan awan yang menutupi matahari.

Rumah sakit yang mereka tuju tak jauh dari gedung fakultas mereka,jadi hanya butuh 15 menit mereka sampai.

Vera mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan diatas rata-rata,Carin yang di boncengnya merasa takut karena terbayang-bayang kecelakaan Willi.

Sesampainya mereka di Rumah sakit,Vera memarkir motor sembarangan,tak peduli lagi dengan orang-orang yang berbicara tentangnya.

"Ayo Carin" Ajak Vera langsung menarik lengan Carin.

Vera berjalan tanpa ragu di koridor rumah sakit, dengan perasaan yang campur aduk.

Bugh

Pria dengan pakaian serba hitam,topi hitam,masker hitam juga kacamata hitam  tak sengaja menabrak Vera.

"Eh mas kalo jalan lihat-lihat lepas dulu kacamata nya tuh" Kesal Carin.

Pria itu hanya berdiri mematung dengan kepala yang ditundukkan,tak berapa lama pria itu berlari meninggalkan keduanya.

"Woy gila tu cowok! Udah salah gak minta maaf" Teriak Carin langung dipelototi Vera.

"Ini rumah sakit,jangan teriak-teriak,udah ayok kita keruangan yang tadi suster kasih aja" Nasehat Vera dan Carin hanya menyengir dengan wajah tanpa dosa itu.

Greg greg greg

Brangkar yang membawa pasien yang ditutup tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala itu lewat di depan Vera juga Carin.

Vera melihat tulisan di brangkar itu William Aldriano langsung mencegah suster yang mendorong brangkar itu.

"Maaf, Kak i-iini Willi? William Aldriano?" Tanya Vera pada seorang pria yang mungkin keluarga jenazah itu.

Carin menarik sedikit lengan Vera tapi Vera menepisnya.

"Iya ini William Aldriano, Gua kakaknya,lu kenal sama ade gua?". Tanya pria itu dengan wajah datar,tak ada wajah sedih disana mengapa seorang kakak tak sedih melihat adiknya meninggal dunia?

"Gak,pasti bukan! Kak, saya boleh liat wajah jenazah ini kan? Buat mastiin aja" Pinta Vera yang sudah dibanjiri air mata.

"Maaf, wajahnya sudah hancur" Suster yang menjawab langsung mendorong brangkar.

Willi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang