BaB 15

16.7K 1.7K 230
                                    

**************************************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


**************************************




Desi memijat keningnya yang terasa pusing. Pertemuannya dengan Anggie cukup membuat otaknya terkuras.

Siapa Anggie sebenar nya?

"Huh,,,"

Desi menatap bangunan megah di depannya. Ia malas untuk beraktifitas. Desi hanya ingin menikmati malam yang sangat tenang. Tapi apalah dayanya, mau tak mau Desi harus kembali ke rutinitasnya menjadi pelajar di Galaksi.

Menyeret kakinya yang terasa berat untuk melewati gerbang Galaksi.

Ia perhatikan sekelilingnya. Walaupun ia berangkat pagi tapi lihatlah, dirinya masih menjadi pusat perhatian seakan-akan dirinya menyimpan sesuatu hal yang membuat mereka tertarik.

Nasib menjadi antagonis harus siap mental.

Semua orang berbicara tentangnya. Bukannya narsis, tapi dia tau jika semua orang sedang memperhatikannya dan mungkin sedang Mengguncingnya juga.

Mereka hanya tau kebejatan nya saja. Desi merasa sia-sia memiliki wajah cantik dan tubuh yang terbilang ideal untuk anak seumurannya.

"Mereka aja nggak tertarik apalagi Awan." Desi menendang batu didepan nya dengan kesal. Rada miris juga.

"Eh, tumben Desi gak bareng Raffasya?"

Deg. Badan Desi menegang. Dia baru sadar jika ia berangkat sekolah sendiri. Desi sengaja berangkat pagi hanya untuk menghindari lelaki itu.

Desi saat ini mulai waspada dengan Raffasya. Kelakuan Raffasya sangat tidak normal.

Mengedarkan pandangannya, aman. Desi harus cepat meninggalkan tempat ini.

Kakinya melangkah cepat untuk segera memasuki kelasnya akan tetapi pekik kan semua murid membuat kakinya berhenti.

Brumm,,,
Brumm,,,

"Mampus gue!" Memutar tubuhnya, matanya terbelalak. Tatapannya langsung terkunci dengan tatapan tajam milik Raffasya.

Jantungnya berdebar kencang. Bukan berdebar karena jatuh cinta melainkan berdebar karena ketakutan.

Kakinya berjalan mundur. Bagi Desi, dekat dengan Awan dan lainnya sama saja memegang petasan. Emosi nya selalu meluap. Meskipun mereka berwajah malaikat tetapi omongan mereka sebelas duabelas dengan netizen, melukai hati.

"DESI!!!"

Jantung nya seperti akan meletus. Disana, Raffasya berjalan dengan langkah lebar ke arahnya. Suara Raffasya bahkan membuat atensi semua orang berpindah kearah nya.

Raffasya melangkah tegas dan aura suram mengikutinya. Ekspresi nya sangat datar dan tatapan tajamnya seperti singa yang siap menerkam mangsanya.

Dibelakangnya, ada beberapa laki-laki yang berperawakan etletis dan berwajah tak kalah tampan terutama sang tokoh utamanya, sangat menawan.

Love For Crazy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang