BaB 22

15.1K 1.5K 257
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







**************************************

"Huh." Desi mengatur nafasnya.

Ia baru saja menginjakan kakinya di depan pintu Mansion nya. Desi baru pulang dari taman. Kakinya terasa pegal karena harus berlari dari jarak yang cukup jauh. Salahkan saja kenapa ia harus bertemu dengan Awan.

Otaknya sudah pusing ditambah harus bertemu dengan orang yang membuat dirinya selalu berada dalam masalah.

Kakinya melangkah melewati ruang tamu. Niat hati ingin pergi ke kamar membersihkan diri dan tidur, tapi pemandangan didepannya membuat dirinya muak. Mereka asik berbicara sedangkan dirinya harus mengalami kehilangan.

"Desi!" Erina tersenyum melihat Desi yang sudah pulang.

Desi melirik mereka. Erina tersenyum kaku, matanya tidak pernah lepas dari gerak-gerik Desi. Dia sangat menyayangi Desi. Mau bagaimanapun sedari kecil ia yang merawatnya.

"Deddy khawatir nak." Rey berdiri dari duduknya. Dia menunggu anak gadisnya dengan perasaan yang campur aduk.

Desi terdiam. Dia tidak berniat untuk membuang waktunya dengan mereka. Kedua matanya menatap malas mereka.

"Kami takut terjadi sesuatu denganmu, nak." Erina mengelus lembut bahu Desi.

Desi menatap tajam Erina. Tangan ini telah menghancurkan orang yang tidak bersalah!

Desi menepis kasar tangan Erina. "Kau membuatku bertambah muak." Matanya menyorot tajam.

"Nak!"

Hati Rey mencolos. Anaknya hancur karena perbuatannya. Dosanya sangat besar. Ia telah menghancurkan kehidupan anaknya sendiri.

Rey bersedia melakukan apapun asalkan itu membuat anaknya bahagia. Bahkan jika dengan nyawa nya sendiri dapat membuat anaknya bahagia Rey siap melakukan nya.

"Maafkan Deddy nak." Rey melangkah maju berniat untuk memeluk anaknya.

"Jangan mendekat!" Desi mundur. Ia sengaja untuk memberi jarak antara dirinya dan mereka.

Mereka seperti kutu.

Rey menatap sendu Desi. "Deddy ingin memeluk mu. Deddy rindu pelukan putri Daddy." Suaranya terdengar serak dan bergetar.

"Anggie juga putrimu," Anggie terdiam dengan badan yang bergetar hebat. Saudara tirinya masih sama. Desi adalah gadis yang menyeramkan.

"Kak! Daddy sama Mami mengkhawatirkan mu." Anggie memberanikan diri untuk berbicara. Meski rasa takut mendominasi dirinya. Anggie tidak berani untuk menatap secara langsung ke arah Desi.

Desi terkenal kejam dan tidak berperasaan. Dia iblis berwujud manusia. Gadis yang sangat arogan dan pendendam. Anggie tau rasanya menjadi salah satu korban bully seorang Desi.

Love For Crazy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang