✔Tsalaatsatun wa 'arba'uuna

47 19 67
                                    

Kampus terlihat ramai, matahari tepat berada di atas kepala. Seusai salat Mirza keluar dari masjid, duduk diantara tangga-tangga masjid dan mulai mengenakan sepatunya. Tanpa sengaja pandangannya berahli ke arah seseorang yang berada beberapa jangka di sampingnya.

"Assalamu'alaikum, Senja," sapanya.

"Wa'alaikumussalaam, Prince Sky," jawabnya sembari tersenyum teduh.

"Baru selesai?" tanyanya yang hanya di angguki Zahra, tak lama kemudian Yola datang menyusul.

"Ra."

"Iya, Yol?"

"Yuk ke kentin?" ajaknya.

"Sebentar, aku pakai sepatu dulu."

"Mir, ayo ke kantin, aku laper," ujar seseorang yang tiba-tiba saja menepuk pundak Mirza.

"Mau bareng Kak? Kita juga mau ke kantin," tawar Yola.

"Enggak!" pekik Vino dan Narendra secara bersama, membuat mereka semua memandang kedua orang tersebut heran.

"Ma-maksud aku, kita bukan mau ke kantin kampus, tapi kita bakal makan di luar," kilah Narendra.

"Tapi kan ...."

"Udah, ayo." Belum sempat Mirza meneruskan ucapannya, Vino terlebih dahulu mendorong Mirza pergi menjauh dari Zahra, meninggalkan benak penasaran mereka berdua, terutama Yola yang menyadari ada sesuatu yang sepertinya di sembunyikan oleh mereka. Mungkin Yola harus menanyakan langsung kepada mereka.

"Tumben ya, mereka terlihat aneh, seperti lagi menyembunyikan sesuatu." Yola hanya mengedikan bahunya acuh, berpura-pura tak berpikir apapun, padahal dalam hatinya, ada berbagai macam pertanyaan. Masih ingat kan kalau Yola adalah orang yang kepo. Dia lebih cocok disebut Miss Kepo.

Itulah hebatnya seorang wanita. Lebih rumit dari filsafat, lebih misterius dari tasawuf, apakah itu? Hati seorang perempuan. perempuan memang pandai sekali dalam menyembunyikan perasaan. Kadang berkata iya yang berarti tidak, kadang berkata tidak yang berarti iya, dan kadang mereka juga lebih memilih diam tp ingin bisa dimengerti. Serumit itulah seorang perempuan.

***

S

iang telah bergantikan malam, setiap detik dan menit yang berjalan membuat Aisyah tak dapat lagi membendung perasaan bahagianya. Setelah sekian lama keinginannya akan segera terpenuhi.

Malam ini Aisyah tidak dapat tidur dengan nyenyak, ada kebahagiaan serta berbagai macam kekhawatiran, yang tiba-tiba saja terbesit dalam benaknya, bagaimana dengan Zahra? Apakah Zahra akan memaafkanku? Ya, Zahra pasti bisa mengerti keadaanku dan mau memaafkanku. Begitulah pikirnya.

"Kak Icha, nggak bisa tidur ya? Pasti udah gak sabar buat besok," goda Zahra yang saat itu memutuskan untuk tidur bersama Aisyah. Aisyah hanya tersenyum kecil sembari mengangguk lemah dengan pipi yang terlihat merona.

"Seganteng apa sih, calon Kakak ipar, aku? Sampai bisa membuat Kak Icha tergila-gila." Terkikik geli sendiri saat mengucapkannya.

"Yang pasti ganteng banget, baik, dan spesial," jelas Aisyah sembari menerawang sosok Mirza.

"Emang martabak, pakek spesial segala," ucap Zahra sembari mendengus kecil.

"Kalo kamu tahu, pasti kamu juga bakal suka," ujar Aisyah membuat Zahra tertawa seketika.

"Astagfirullah, mau seganteng apapun calon Kak Icha, aku gak bakal merebutnya dari Kak Icha. Ya kali, Adik Kak Icha ini bakal jadi pelakor."

ISLAM IS PERFECT, I'M NOT (Complited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang