6 bulan telah berlalu.
Meski waktu terus berjalan, rasanya Zahra masih belum bisa terlepas dari kejadian waktu itu. Setiap malam dia tidak bisa tidur karena terus saja memimpikannya. Bahkan sekarang, Zahra telah mengkonsumsi obat tidur demi bisa tertidur dengan nyenyak. Tentu saja hal tersebut tidak diketahui siapapun.
Semenjak kepulangannya dari Jakarta, Zahra seakan semakin jauh dari dunianya, lebih banyak diam dan jarang sekali tersenyum. Lebih banyak melamun dan meneteskan air mata.
"Zahra, sebentar lagi Kakak akan menikah. Kedua orang tua kita sudah menentukan tanggal pernikahannya dari beberapa bulan lalu. Maaf jika Kakak tidak bilang dari jauh-jauh hari, karena Kakak ingin memberikanmu kejutan. Sebentar lagi dan Kakak akan menjadi istrinya Mirza," ungkap Aisyah dengan nada ceria. Zahra hanya tersenyum simpul. "Aku bahagia, jika melihatmu bahagia Kak." Setelah mengatakan hal tersebut Zahra kembali terdiam dengan pandangan kosong.
Aisyah mendesah kecewa, ini bahkan jauh lebih susah dari pada menyadarkan Mirza dahulu.
Pernah sekali karena Zahra tak kunjung cerita tentang apa yang dialaminya, membuat kedua orang tua Zahra sempat khawatir jika Jayden telah melakukan hal buruk kepada Zahra. Karena takut mereka memeriksakan keadaan Zahra, tapi dalam pemeriksaan tersebut, Zahra dalam kondisi yang baik-baik saja, tanpa ada kekurangan apapun. Lalu apa yang membuat Zahra berubah? Itulah yang selalu menjadi pertanyaan semua orang.
"Mau sampai kapan kamu seperti ini, Ra?"
"Zahra baik-baik saja Kak, hanya saja, Zahra masih sering teringat kejadian waktu itu," ungkapnya.
"Apa yang sudah dilakukan Jayden padamu? Bahkan sampai sekarang kami tidak tahu! Kamu juga tidak kehilangan apapun dalam diri kamu! Lalu kenapa kamu lebih banyak diam dan mengurung diri di kamar?" Aisyah pun tersulut emosi dan keluar dari kamar Zahra dengan membanting pintu kamar Zahra. Sedangkan Zahra kembali menangis.
Orang lain tidak akan mungkin bisa memahaminya, bagaimana ketakutannya waktu itu. Disaat Jayden melepas hijabnya dan menciumnya secara paksa, disaat Jayden mendekatinya dan mencoba mengotorinya. Kejadian itu terus saja berulang-ulang dalam mimpinya. Seakan Zahra kembali mengalami hal yang sama. Bagaimana Zahra bisa kembali biasa saja, jika setiap malam dirinya tidak bisa tidur dengan nyenyak? Bahkan untuk tidur saja, dia masih memerlukan obat tidur.
Zahra juga menyuruh Mirza agar tidak mendekatinya, dia mengatakan bahwa dia tidak ingin jika terjadi kesalah pahaman dan berakhir melukai hati Kakaknya.
Hanya Yola yang terus berada di sisinya. Menemaninya dalam kata-kata motivasinya. Dia tidak pernah sekalipun bertanya bahkan memaksa cerita tentang apa yang dialami oleh Zahra. Yola tahu, bahwa Zahra akan bercerita dengan sendirinya, jika dia sudah merasa kuat untuk menghadapi kenangan buruk yang telah menimpanya.
Beberapa hari setelah pertengkaran itu berlalu, Aisyah tak lagi datang ke kamarnya. Zahra bisa maklum, mungkin Kakaknya masih marah dengannya.
"Zahra bangun, kamu tahu kata Charlotte Eriksson, Mandi, bersihkan hari ini. Minum segelas air. Jadikan ruangan gelap, berbaring dan tutup matamu. Perhatikan kesunyian. Perhatikan hatimu. Masih berdetak. Masih berjuang. Lagipula kamu berhasil. Kamu masih bisa membuatnya lain hari. Dan Kamu dapat membuatnya sekali lagi. Kamu akan baik-baik saja," ucap Yola membaca catatan dalam gawainya.
Tak melihat pergerakan Zahra, membuat Yola menarik tangan Zahra agar terbangun, setidaknya efek obat tidur itu telah berhasil membuat Zahra tertidur beberapa saat. Zahra pun berdiri di samping Yola yang sedang tersenyum ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISLAM IS PERFECT, I'M NOT (Complited)
SpiritualKesalahan masa lalu yang telah mengubah kehidupan si ketua geng motor, membawanya bertemu dengan perempuan yang mengenalkan tentang Islam. Sosok yang membuat dia menemukan cahaya setelah menempuh kegelapan. Di saat yang bersamaan kehadiran sosok bar...