✔Sab'atun wa 'arba'uuna

52 14 11
                                    

Selamat menikmati malam minggu, dan selamat membaca ❤

.

.

.

Pov Zahra.

Siapa sih aku, yang bermimpi untuk bersanding dengannya?
Bahkan seharusnya aku tidak berhak, hanya untuk sekedar memikirkannya.
Akhirnya kini takdir telah menyadarkanku, bahwa memang, aku tidak pernah berhak untuk merasakan bahagia, barang sebentar saja.

Kini langit seolah ikut menertawakanku, gemuruh petir dan derasnya hujan, telah mewakili ungkapan isi hatiku. Aku hanya bisa berdiam diri di bawah guyuran hujan, dengan lelehan air mata yang tersamarkan. Namun, tetap saja, tidak ada suara isak tangis apalagi suara yang meraung-raung yang keluar dari mulutku. Sebisa mungkin aku tahan agar tidak menangis, tapi tetap saja air mata ini sudah tidak lagi mau diajak berkompromi. Mereka keluar dengan sendirinya, meski aku sudah berusaha kuat untuk menghentikannya.

Rasa sakit yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, ternyata rasanya memang semenyakitkan ini. Hatiku seolah sudah membeku, raga dan jiwaku seolah tidak lagi menyatu. Hanya kepahitan dan kepedihan yang kurasakan, seolah seluruh dunia telah sengaja berkonspirasi untuk membohongiku. Ahh, ya, memang benar, dunia ini memanglah tipu-tipu. Bahkan aku sudah tertipu dan terbuai dengan perasaan cinta.

Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. ( QS Ali Imran [3] : 185 ).

Kurasakan genggaman erat nan hangat seseorang, membuatku mendongaan kepala dan memandang ke arahnya. Yola, menatapku dengan tatapan ... Aku benci mengatakan ini, tapi orang lain jika melihat keadaanku sekarang, pasti juga akan mengasihaniku. Kupalingkan wajah, agar tidak terlihat menyedihkan di depan wajahnya.

"Zahra." Suara Yola terdengar jelas di terlingaku, namun tubuhku seolah kaku hanya untuk menengok ke arahnya. pikiranku kosong, jika orang lain melihatku pasti mereka mengira aku sedang kerasukan.

"Zahra," panggilnya lagi, aku hanya bisa diam tanpa ada keinginan untuk kembali melihat ke arahnya. Aku malu, jika berhadapan dengan Yola, apalagi dia mengetahui seluruh perasaanku, meski aku tak pernah sekalipun mengatakannya. Yola memang selalu bisa memahami diriku, melebihi diriku sendiri.

"Kamu bisa sakit, kalau tetap berada di sini." Terdengar jelas kekhawatiran dan kesedihan dari nada bicaranya. Yola memang selalu sepeduli itu terhadapku. Seakan ada benang tak kasat mata diantara kita, karena apa yang aku rasakan, Yola juga ikut merasakannya. Begitupun sebaliknya.

"Sakit itu lebih baik, dibandingkan rasa sesak yang sedari tadi menghimpit dadaku." Yola langsung saja merengkuhku dalam pelukan, meski hujan begitu deras aku bisa merasakan orang yang kini tengah memelukku sama terlukanya dengan diriku. Air matanya luruh bersama dengan derasnya hujan yang mengguyur kami berdua.

"Aku mohon, jangan seperti ini," ucap Yola sembari memegang kedua pipiku dan mengarahkan langsung ke hadapannya. Saat mataku bersirobok dengannya, akhirnya pertahananku runtuh, rasa sakit, sesak, kecewa, amarah bercampur menjadi satu, aku berteriak, menghambur ke dalam pelukannya, menumpahkan rasa sesak yang sedari tadi sudah ku tahan. Ternyata aku memanglah seorang wanita yang lemah.  Berusaha sekuat apapun, akhirnya air mata dan rasa sakit yang aku rasakan, tidak bisa lagi disembunyikan.

"Kenapa Tuhan tidak adil kepadaku, Yol!" teriakku, biarkan orang lain memandangku aneh dan gila, tapi kali ini aku hanya perlu sebuah pelukan hangat seseorang yang bisa mengerti rasa sakit yang aku rasakan.

"Kenapa aku harus merasakan rasa yang begitu menyakitkan?"

"Apa aku tidak berhak buat bahagia?"

"Selama ini Kak Icha selalu mendapatkan apa yang dia inginkan, dan di saat aku hanya minta satu saja sama Tuhan, kenapa Tuhan tidak mau mengabulkan itu?" Yola membiarkanku untuk meluapkan semua emosi, tanpa berusaha untuk menyelanya. Yola mempererat pelukan dengan mengusap punggungku yang bergetar, aku hanya bisa menangis dalam pelukannya.

"Mungkin aku tidak tahu, rasanya menjadi kamu. Aku juga tidak bisa mengerti apa saja yang sudah kamu lewati selama ini. Tapi, satu hal yang harus kamu tahu Ra, bahwa kita hidup di dunia ini pasti memiliki sebuah tujuan. Kamu masih punya orang yang sayang sama kamu, salah satunya aku. Masih banyak alasan yang bisa kamu jadikan motivasi untuk kamu kembali bangkit," tutur Yola dengan nada lembut.

"Sebesar apapun luka dan masalah yang sedang kamu hadapi, aku harap kamu tetap bisa bersabar. Kamu ingat tidak arti dari QS al-Baqarah (2) : 155-156 : Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan ketakutan, kelaparan, kehilangan harta dan jiwa. Namun, berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang yang apabila ditimpa musibah mengucapkan ‘sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali’ (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un). Setelah kesedihan pasti akan datang sebuah kebahagiaan," jelas Yola membuat Zahra semakin tergugu dalam tangisnya.

Seharusnya, Zahra tidak meragukan Tuhan. Meski kadang merasa tidak sanggup, searusnya dia yakin bahwa Allah tidak mungkin salah dalam memilih pundak untuk diberikan beban juga jiwa yang kuat untuk diberi cobaan.

"Semua hal di dunia ini, baik kejadian kecil ataupun besar, itu semua atas izin Allah. Bahkan seekor nyamuk, tidak akan pernah menggigit kita, jika Allah tidak mengizinkannya. Kalau Allah menghendaki atau mengizinkan suatu musibah menimpa kita, pasti Allah punya maksud dan tujuan. Maksud utamanya adalah menguji kita dengan cara memberi cobaan kepada kita," sambung Yola.

"Aku udah salah Yol, aku telah berharap kepada seseorang dengan berlebihan, sampai aku lupa bahwa Allah maha pencemburu," ucap Zahra dengan nada yang bergetar.

"Menangislah Ra, menangislah sebanyak yang kamu mau, apalagi kalau menangismu karena mengingat dosa dan kesalahan yang sudah kamu lakukan. Air mata itu akan menggugurkan dosa dan membersihkan hati yang kotor."

Al-Imam Malik bin Dinar rahimahullah telah berkata: Menangisi suatu kesalahan dapat menggugurkan banyak kesalahan (dosa) sebagaimana angin dapat menggugurkan dedaunan yang kering
Referensi:
- Kitabu At-taubah, jilid: I/ halaman: 140, karya Ibnu Abi Ad-dunya (281 H), cet: Dar An-Nasyr Meshir.

"Aku yang bodoh di sini, karena berpikir bahwa Kak Mirza juga mempunyai perasaan yang sama denganku."

"Cinta memang terkadang bisa membuat orang lain menjadi bodoh." Yola tak mengelak ucapan Zahra.

"Aku lelah, Yol," kata Zahra kembali menumpahkan tangisnya.

"Mengapa kamu lelah? Sementara Allah selalu menyemangati mu dengan kalimat Hayya'alal Fallah bahwa jarak kemenangan berkisar antara kening dan sajadah. Salatlah dan carilah kebahagiaan. Kamu bisa bahagia meski tidak bersama dengan Kak Mirza."

"tanyakan pada dirimu apa yang membuat kamu bahagia. Serumit apapun masalah yang sedang kamu hadapi, kamu berhak untuk bahagia. Ya, karena semua orang memiliki pilihan untuk kebahagiaannya masing-masing," sambung Yola dengan senyum menenangkan.

"Terima kasih, Yol." Yola membiarkan Zahra untuk kembali menangis dalam pelukannya.

"Menangislah sebelum menangis itu dilarang," ujar Yola membuat kekehan kecil dari mulut Zahra. Zahra pun melepas pelukan dan menghapus air matanya. Dia sekarang sedikit merasa lebih lega dan ringan.

Tanda hatimu masih ada cahaya iman adalah ketika kamu menangis dan menyesali dosa-dosamu, itulah cara Allah mencintaimu. Jika Allah tidak mencintaimu, mungkin kamu akan tetap nyaman dalam kemaksiatan.

"Mau sampai kapan kita di sini? Ini sudah mau gelap. Kita juga sudah basah kuyup dengan penampilan yang acak-acakan. Jangan sampai orang mengira kita gila. Ayo, pulang. Ada banyak hal yang akan aku sampaikan," kata Yola sembari berdiri dari duduknya. Zahra ikut bangkit dengan senyum simpul yang meghiasi wajahnya. Betapa beruntungnya dia, bisa mempunyai sahabat seperti Yola.

****

TERIMA KASIH SUDAH MAU MELUANGKAN WAKTUNYA UNTUK MEMBACA CERITA SAYA, MOHON DOA DAN DUKUNGANNYA KARNA CERITA INI MASUK DALAM COMPETITION HICOM YANG DIADAKAN OLEH @Highfuturebooks
#hicom #highfuturebooks
JANGAN LUPA BUAT TINGGALKAN JEJAKNYA 👣

KARNA ITU SANGAT BERARTI BUAT SAYA.
VOTE + KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA 💕

ISLAM IS PERFECT, I'M NOT (Complited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang