✔Tis'atun

101 42 195
                                    

Setelah mengatakan hal yang benar, namun menyakitkan, Mirza pergi menuju musholah untuk menenangkan dirinya. Bagaimana mungkin Mirza bisa berbicara seperti itu kepada seorang perempuan demi melindungi perempuan lainnya?

Mirza sadar bahwa untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Mirza kembali berbicara yang dapat menyakiti hati seorang perempuan.

Mirza juga sadar, bahwa sifat seorang ketua geng Ganja Bati kini sedikit demi sedikit mulai kembali hadir dalam dirinya, sifat Emosional, untungnya Mirza tidak sampai berkata kasar seperti dahulu, bahkan lebih parahnya lagi Mirza sampai melakukan tindak kekerasan. Mirza sendiri masih tidak mengerti apa alasan pasti yang sampai membuat dirinya menjadi emosional seperti tadi, apakah karena ingin membela Zahra? Atau karena Mirza yang terlalu lelah dianggap sebagai manusia yang paling suci?

Seakan teringat akan sebuah hadis Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, "La taghdob walakal Jannah (janganlah marah maka bagimu surga)."

"Astagfirullah ...," ucapnya kemudian membasuh kedua tangannya dan memulai untuk berwudu. Setidaknya dengan berwudu Mirza dapat menghilangkan rasa amarah dalam dirinya.

Dari Urwah As-Sa'di, Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu." (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Memang benar seusai berwudu hati dan pikiran Mirza kini mulai kembali tentang tenteram dan sejuk.

Mirza kini mulai melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an sembari menunggu waktu dhuhur tiba.

Di lain tempat El dan Gilang sedang duduk santai bermain game di ponselnya.

"El," panggil Gilang sembari mengakhiri permainannya.

"Hm," jawab El yang masih fokus menatap ke arah layar ponselnya.

"Aku mau tanya deh."

"Tanya aja," jawab El yang masih fokus bermain tanpa mengalihkan tatapannya.

"Ish, aku serius, matiin dulu deh ponselnya." Mendengar ucapan Gilang yang mendadak menjadi serius membuat El mengakhiri permainannya dan menatap Gilang secara intens. Tak biasanya sahabatnya ini ingin berbicara serius kepadanya.

"Mau ngomong apa?" tanya El kepada Gilang.

"Aku serius nih ya, kamu jawabnya juga harus serius?" ucap Gilang sembari membenarkan duduknya dan balik menatap El dengan intens.

"Iya, buruan mau ngomong apa?"

"Janji dulu tapi, kalo kamu bakal jawab jujur dan gak boleh marah," ujar Gilang.

"Iya, astaga buruan mau ngomong apa?" tanya El sedikit kesal.

"janji dulu," tegas Gilang membuat El mendengus kasar.

"Kayak cewek aja pakai janji-janji segala, iya aku janji, cepat buruan mau ngomong apa?"

"Sabar kenapa kek, orang sabar itu disayang Tuhan," ujar Gilang tanpa melihat wajah El yang terlihat semakin kesal. Dengan menghembuskan nafas berat El pun menjawab,

"Lang, kamu tau kan kalau sabar itu ada batasnya? Mau aku tunjukkan batas kesabaranku?" ucap El sembari mengepalkan sebelah tangan kanannya kedepan muka dan memberikannya bau surgawi dari mulutnya,

"Hah hah hah." El yang melihat itu pun menjadi bergidik ngeri, sembari menunjukan cengirannya, Gilang mengangkat kedua jari telunjuk dan tengahnya sembari mengatakan peace tanpa suara.

"Buruan mau tanya apa?" sungut El.

"Makan Rujak enaknya pakai apa ya El?" ucap Gilang seolah-olah sedang berpikir keras, sedangkan El yang mendengar pertanyaan Gilang, rasanya ingin sekali menendang El ke Mars. Biar disana dia bisa menjadi Presiden Mars biar otaknya tidak lagi gesrek.

ISLAM IS PERFECT, I'M NOT (Complited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang