"Ini juga berkat putri Ustaz yang sudah menyadarkan saya," ucap Mirza sembari tersenyum hangat membuat lawan bicaranya terkekeh pelan.
"Ini semua berkat Allah, Aisyah cuma sebagai perantaranya saja," jelas pak Ustaz.
"Assalammualaikum, apa yang dikatakan Abi itu benar, semua itu berkat Allah SWT," sahut seseorang yang baru saja datang.
"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.
"Aisyah bagaimana sudah selesai mengajar ngajinya?"
"Alhamdulillah, sudah Abi."
"Yaudah kalau begitu Abi tinggal mengajar dulu ya? Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab Mirza dan Aisyah secara bersamaan.
Setelah kepergian Pak Ustaz yang juga merupakan Abi dari Aisyah, mereka pun terlibat sebuah percakapan.
"Akh Mirza apa kabar? Sudah lama tidak terlihat?" ucap Aisyah yang masih menundukan pandangannya. Sedangkan Mirza sedikit terkekeh mendengarnya.
"Alhamdulillah ana sudah merasa lebih baik Ukhti, ana masih berada di pondok pesantren ini kok Ukhti, tidak pindah."
"mungkin saja Tuhan tidak ingin mempertemukan kita," ucap Aisyah sembari tertawa lirih.
Aisyah memang terlihat sangat cantik dengan senyum dan tawanya, namun tetap saja dalam hati Mirza nama Bella masih melekat begitu erat. Meski sudah lama berlalu tapi sosok Bella begitu berarti dalam hidup Mirza.
Mirza pun masih takut jika harus kembali mencintai ciptaan-Nya. Dirinya hanya takut jika kembali terluka untuk yang kedua kalinya.
Cukup mencintai Allah maka Allah akan berikan cinta yang luar biasa.
Saat Allah sudah mencintaimu, dia akan meletakkan cinta di hati seseorang yang cintanya layak untuk kamu miliki."Kita duduk di kantin saja ya Akh, biar ngobrolnya lebih santai," tawar Aisyah.
"Boleh, silahkan Ukhti jalan terlebih dahulu."
"Akh Mirza saja yang duluan, Akh Mirza kan calon imam, masa di belakang," goda Aisyah sembari terkekeh, walau kenyataannya Aisyah sangat berharap jika suatu saat Mirza bisa menjadi calon imam sesungguhnya untuk dirinya.
Mirza pun berjalan di depan Aisyah, sedangkan Aisyah berjalan di belakangnya, terkadang dirinya tersenyum dengan pipi yang sedikit merona memperhatikan punggung tegap milik Mirza.
Aisyah sudah berusaha agar hatinya tidak berdebar kencang ketika bersama dengan Mirza, namun hatinya seolah mengkhianati pikirannya. Cintanya terhadap Mirza sungguh luar biasa, terkadang dia sampai lupa bahwa tak sepantasnya dirinya mengharapkan seseorang yang memang kenyataannya belum resmi menjadi miliknya.
"Ukhti duduk saja dulu, biar ana yang pesankan minuman dan camilan," ujar Mirza. Kalau sikap Mirza seperti ini terus menerus, jujur saja hal tersebut akan semakin membuat Aisyah benar-benar akan terjatuh dalam pesonanya. Apalagi saat Mirza yang pertama kali dirinya temui dengan Mirza yang kini tepat berada di hadapannya sangatlah berbeda. Perubahan pada diri Mirza semakin membuat Aisyah merasa kagum akan sosoknya.
"Terima kasih akh," ucap Aisyah ketika Mirza duduk di depannya sembari meletakan minuman serta makanan ringan.
"Ana sudah bertemu dengan adik Ukhti," ujar Mirza.
"Oh ya? bagaimana dia di kampus?" tanya Aisyah dengan senyum manisnya.
"Zahra orang yang pendiam dan baik, Ana tak sengaja bertemu dengan seseorang yang motornya mogok di jalanan, jadi ana bantuin orang itu, ternyata orang yang ana bantuin adalah Zahra adik ukhti. Jadi sekarang ana sama Zahra sudah saling mengenal. Di kampus juga ada cewek yang suka gangguin dia tapi ukhti tenang saja sesuai janji, ana bakal jagain Zahra semampu ana,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ISLAM IS PERFECT, I'M NOT (Complited)
SpiritualitéKesalahan masa lalu yang telah mengubah kehidupan si ketua geng motor, membawanya bertemu dengan perempuan yang mengenalkan tentang Islam. Sosok yang membuat dia menemukan cahaya setelah menempuh kegelapan. Di saat yang bersamaan kehadiran sosok bar...