✔Epilog

114 23 59
                                    

Saat tiba di lokasi Mirza dan anggota gang Ganja Bati, langsung saja menyerang orang-orang yang tengah berjaga. Baku hantam pun tak lagi terelakan. Mirza bersama kedua sahabatnya dengan cepat bisa menerobos masuk, untuk mencari keberadaan Zahra.

Matanya mulai menelisir setiap ruangan yang ada, tiba-tiba pandangannya tertuju pada satu ruangan yang tertutup rapat. Saat dia mencoba membuka pintu tersebut, ternyata pintu tersebut terkunci.

"Gimana?" tanya Vino dan Narendra yang baru saja datang menghampirinya.

"Sepertinya Zahra berada di dalam sini," ucap Mirza sembari menunjuk pintu yang berada tepat di depannya.

"Biar aku dobrak." Langsung saja Vino mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu tersebut. Dobrakan pertama gagal, dobrakan kedua masih sama, beruntungnya di dobrakan ketiga mereka berhasil, akhirnya pintu pun terbuka.

Menampilkan Jayden yang terlihat terkejut, sepertinya sedari tadi Jayden tidak menyadari suara dobrakan mereka, karena terlalu fokus pada Zahra. Sedangkan Zahra, terlihat hijabnya telah terlepas dari kepalanya, rambutnya berantakan, air matanya meluruh degan mata yang memerah. Zahra merosot ke lantai seperti telah kehilangan tenaganya. Mirza mulai menatap Jayden dengan amarah yang membuncah.

Darahnya seakan mendidih melihat bagaimana keadaan Zahra. Mirza tidak dapat lagi bersabar dan mengendalikan amarahnya. Langsung saja dirinya menghampiri Jayden yang tersenyum menyebalkan. Dengan sekuat tenaga dia menghajar Jayden dengan membabi buta.

Tak tinggal diam, Jayden juga ikut membalas pukulan Mirza. Terjadilah aksi baku hantam diantara mereka berdua. Sedangkan Narendra menghampiri Zahra dan memberikan kembali hijabnya. Namun Zahra tetap diam, tak menerima uluran hijab dari tangan Narendra.

"Brengsek, lo apain Zahra!" teriak Mirza murka. Terlihat jelas otot-otot lehernya serta mata yang terlihat seakan hendak menusuk mangsanya.

"Zahra, udah jadi milik gue sepenuhnya! Lo gak bakalan pernah bisa dapetin Zahra!" balas Jayden dengan berteriak.

"Brengsek! Pengecut! Setelah lo buat Bella pergi, sekarang lo mau lihat Zahra hancur!"

"Lo yang udah buat Bella pergi!" teriak Jayden tak kalah emosinya.

"Bukan gue, alasan utama Bella pergi adalah lo. Coba saja lo gak ngejar gue waktu itu! Gak mungkin Bella pergi dari dunia ini! Lo hanya limpahin kesalahan lo selama ini sama gue, supaya lo merasa kalau ini bukan kesalahan lo! Ini semua terjadi memang karena lo! Dan Zahra hancur juga karena lo!" teriak Mirza membuat Jayden meneteskan air matanya. Jayden sadar, dia hanya tidak ingin dianggap menjadi alasan Bella meninggal.

Tapi Zahra? Lihat bagaimana Jayden telah melukainya! Jayden memang tidak pantas untuk bahagia, inilah sebabnya, Tuhan selalu menghukumnya. Selalu mengambil kebahagiaan dalam hidupnya.

Mirza terus saja memukul Jayden yang sudah terkapar lemas, dengan wajah yang sudah babak belur. Akhirnya Vino pun menghentikan Mirza dari keberutalannya.

"Kamu bisa bunuh anak orang." Ucapan Vino tersebut seakan belum menyurutkan amarah Mirza.

"Lebih baik sekarang, kamu samperin Zahra," sambung Vino membuat Mirza menghentikan pukulannya di udara. Seakan teringat keadaan Zahra, Mirza pun berdiri dan mulai menghampiri Zahra.

"Senja ...." Zahra hanya terdiam dengan pandangan yang sulit diartikan. Dengan perlahan Mirza pun mengenakan kembali hijab milik Zahra.

Zahra pun mendongak menatap Mirza dengan mata berkaca-kaca, akhirnya tangisnya pun pecah saat mata mereka bertemu. Mirza tak kalah sakitnya, melihat Zahra yang begitu hancur. Untuk sesaat Mirza ingin membawa Zahra dalam dekapannya. Tuhan, untuk kali ini tolong maafkan dosa hamba.

ISLAM IS PERFECT, I'M NOT (Complited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang