Sunset Glow lagi. Ariane menggeliat resah sambil beranjak dari tempat tidur. Kepalanya sedikit pening. Semalam matanya hampir tidak bisa terpejam. Tidurnya sama sekali tidak nyenyak.. Dering ponsel berkali-kali dari Krisna sepanjang sore telah membuat hatinya kembali gundah. Bayangan Krisna yang akan menemuinya kembali muncul dalam mimpi sehingga beberapa kali perempuan itu terbangun dengan tangan yang mendadak dingin dan jantung berdebar-debar.
Selama beberapa hari terakhir ini Krisna mulai mencoba menghubunginya. Tepatnya sejak dia mengetahui bahwa Ariane sudah tidak bekerja di perusahaan lagi dan mengajar di tempat Jay.
Krisna mencoba menghubunginya lagi dengan mengirimkan pesan. Dan pesannya itu disampaikannya berkali-kali. Dalam pesannya, laki-laki itu hanya menyampaikan bahwa dia ingin bertemu dengan Ariane. Dia mengatakan bahwa akan ada banyak hal yang akan dibicarakan. Tapi Ariane tidak menjawab semua pesan. Dia tidak ingin membuka luka yang perlahan sudah mulai dikuburnya. Dan ketika pesan hanya tampak terbaca oleh Ariane, Krisna mulai berusaha menelepon. Tapi hal yang sama dilakukan Ariane, dia hanya membiarkan saja ponselnya berdering berkali-kali. Meskipun di sisi hatinya yang lain dia ingin sekali mengangkat dan menjawab panggilan itu.
Dan pagi ini begitu dia matikan alarm kembali ditemukannya pesan Krisna. Krisna mengirim kata-kata yang sama bahwa dia ingin bertemu Ariane untuk membicarakan banyak hal. Banyak hal tentang apa, batin Ariane bertanya-tanya. Masihkah ada lagi yang bisa dibicarakan. Krisna yang telah membuat tawaran untuk berpisah. Dan ketika Ariane mengiyakan mengapa dia kembali ingin bertemu.
Ariane beranjak membuka jendela. Di luar lagit sedikit pekat. Mendung di sisi langit timur tampak menyelimuti matahari yang hendak berbagi cahayanya untuk makhluk bumi. Betapa suasana pagi ini sangat mewakili perasaan Ariane. Perasaan sedih bercampur gelisah yang tidak bisa diungkapkannya.
Dilihatnya Mama sudah berada di bawah. Ketika Mama menoleh kepadanya dilambaikan tangan sejenak. Bahkan senyum Mama yang paling menentramkannya tak bisa menutup rasa gelisahnya pagi ini.
Sekelebat bayangan Krisna tertangkap dalam benaknya. Berapa lama sudah sejak mereka tidak bersama. Lima bulan? Atau lebih? Bagaimana kabar laki-laki itu sekarang? Ingatannya bergerak mencari-cari seraut wajah yang dulu sangat dikaguminya. Wajah sosok yang bertahun-tahun diikatkannya hati. Dan setelah hampir enam tujuh tahun ikatan itu harus pudar.
Teringat masa-masa awal mereka berdua bertemu. Di antara teman-teman yang belum begitu dikenalnya Krisna tiba-tiba duduk di sampingnya karena mereka harus membuat grup diskusi pada saat itu juga. Krisna tersenyum sambil menawarkan diri menjadi salah satu anggota kelomponya. Dan tanpa pikir panjang Ariane mengiyakan karena dia tahu Krisna salah satu teman yang tampak pandai di kelas mereka.
Sejak itu hampir seluruh waktu berlalu bersama Krisna terutama untuk urusan kuliah. Ariane yang mulai hari pertama di kampus sudah merasa tidak nyaman karena merasajurusan itu bukan pilihannya akhirnya mendapatkan dukungan untuk tetap menjalani pilihan yang diberikan Papa. Krisna benar-benar telah menyelematkannya dari rasa yang membuatnya ingin putus asa karena cita-citanya untuk menjadi guru harus disimpannya dalam-dalam.
Krisna menjadi bagian yang paling penting sejak Ariane menjalani masa kuliah. Krisna selalu mendukung dan membantunya dalam hal apapun. Terutama kemudian krisna yang baik dan sopan diterima dalam keluarga. Papa sangat mneyukainya. Mama selalu mengaggapnya sebagai anak laki-lakinya. Dan Ariane semakin yakin bahwa mereka akan bersama selamanya.
Dan semua cerita panjang yang ternyata membuatnya lelah itu kini telah usai. Ariane memejamkan mata. Hatinya semakin keruh seperti mendung yang menggelayut di ujung timur langit pagi. Ketika dibukanya mata Mama kembali melambaikan tangan memintanya untuk segera turun. Dengan senyum tanpa semangat Ariane meningalkan jendela dan menuju kamar mandi berharap dingin air akan menjernihkan kusut perasaannya.
Tapi benar-benar rasa cemas hari ini sama sekali tidak bersahabat. Sarapan pagi terlewat tanpa banyak kata di meja makan. Mama yang sejak pagi tadi merasakan ada yang tidak beres pada Ariane diam-diam memperhatikan saja gerak-gerik putri satu-satunya itu. Ariane menyendok nasinya tanpa suara. Ariane bahkan tidak bertanya atau mebrikan komentar pada masakan Mama. Dan Mama mengira semua karena kedatangan Geo beberapa kali terakhir ini.
"Apakah kedatangan putra Pak Ardyaksa yang mengganggumu pagi ini, Nak?" tanya Mama sambil mengantarkan langkah-langkah Arian menuju garasi.
Ariane tampak terkejut. Oh, ternyata Mama membaca juga tingkahnya yang tidak seperti biasa pagi ini. Dimainkannya kunci motor di tangannya mencoba membuang galau yang semakin melilit.
"Bukan, Ma. Geo baik." Hanya itu jawaban Ariane. Jelas sekali, Ariane tidak ingin membuat Mama semakin cemas. Dia tidak akan mengatakan pada Mama bahwa Krisna berusaha menemuinya lagi.
Dan setelah mencium tangan Mama, Ariane meluncur ke tempatnya mengajar. Dibayangkannya senyum polos murid-muridnya yang setia menunggu akan mampu membuatnya bersemangat dan melupakan apa yang sedang membuatnya resah. Dicobanya mengingat senyum manis Aileen yang selalu menyapanya paling awal di antara teman-teman kelasnya yang lain atau celetuk seru Bagas yang suka sekali bercerita tentang game online yang dimainkan bersama ayahnya. Dicoba diingatnya semua kejadian-kejadian lucu di kelas yang selalu memberinya semangat untuk selalu datang tanpa terlambat.
Tapi ternyata hingga jam berakhir dan semua murid-murid itu berpamitan meninggalkan kelas, perasaan Ariane tidak juga menjadi ceria. Bahkan semakin resah karena ketika diperiksa ponselnya banyak sekali pesan dari Krisna yang dia terima. Laki-laki itu mengirimkan pesan yang sama seperti semalam. Krisna mengirim kata-kata yang sama bahwa dia ingin sekali bertemu dengan Ariane untuk membicarakan banyak hal.
Ariane menghela napas dengan perasaan yang kini bercampur-aduk. Dia tahu benar sifat Krisna. Okay, akan kujawab agar semua bisa benar-benar kuakhiri, batinnya. Dikuatkannya hati untuk menjawab salah satu pesan Krisna. Dengan jemari bergetar mulai dirangkainya kalimat menanyakan apa yang akan Krisna bicarakan. Ketika pesan itu terkirim dan tampak terbaca oleh Krisna hati Ariane semakin berdebar-debar menunggu jawaban apa yang akan diberikan oleh laki-laki itu.
Tapi sampai beberapa menit Ariane tidak melihat tanda-tanda bahwa Krisna sedang menjawab pesannya. Oh, Tuhan dia hanya mempermainkan perasaanku, batinnya. Mendadak ada yang menyayat dalam hati. Tiba-tiba kepalanya yang sejak pagi tadi agak pening berubah menjadi semakin berat. Tak sabar dikirimkannya pesan kembali. Dengan sangat marah Ariane menayakan apa yang Krisna mau dari dirinya. Tapi sekali lagi Krisna hanya membaca pesannya.
Hati Ariane semakin gusar dan menghempaskan begitu saja ponselnya di atas tumpukan buku di meja ketika tiba-tiba ponselnya berdering dan muncul nama Krisna di sana.
"Ya? Ada apa denganmu? Kau sengaja mempermainkan aku!" jawab Ariane begitu ponsel di tangannya. Tanpa mengucap kalimat pembuka diserangnya Krisna dengan nada gusar penuh amarah.
"Aku menunggumu di depan," jawab Krisna.
Dan jantung perempuan itu serasa berhenti berdegup seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Kaki Langit Senja
Diversos"Apakah kita tidak punya kesempatan lagi untuk bersama?" Terngiang kembali ucapan Krisna dengan nada yang hampir tak bisa ditangkap telinga. Mata mereka berdua nanar, saling menatap. Terlintas lembaran-lembaran hari yang pernah mereka tulis bersama...