Part 8

234 50 4
                                    

Part 8 di 8 November 😅 nggak sengaja. Pas sama tanggal ulang tahun akyu😸

Selamat membaca.

***

Indra menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kebesarannya setelah ia sampai di ruang kantornya. Rasa cinta dan patah hatinya pada Elmira ternyata telah membuat dirinya mengorbankan perasaan seorang wanita baik seperti Inti. Ia tahu bahwa pernikahannya dengan Inti ini diawali dengan tujuan yang tidak baik namun ia telah menaruh harapan besar pada pernikahannya ini. Andai saja fakta kehidupan ini bisa dilakukan semudah saat membayangkan sesuatu hal, pasti semuanya juga akan menjadi lebih baik.

Sampai detik ini Indra memang masih mencintai Elmira, namun tidak sedikitpun terbesit dalam pikirannya bahwa suatu saat nanti dirinya akan mengakhiri pernikahannya dengan Inti. Ia sudah iklas menerima Inti beserta bayi yang dikandung wanita itu. Ia berjanji akan mengerahkan segenap kekuatannya untuk mencoba melupakan cintanya pada Elmira dan memberikan cintanya pada wanita yang sudah resmi menjadi istrinya tersebut. Karena ia tahu dengan pasti mencintai secara sepihak itu tidaklah menyenangkan dan tidaklah patut untuk dibanggakan.

"Tuan, Anda memiliki jadwal pertemuan dengan Tuan Reksa." Burhan baru saja muncul di hadapannya setelah tadi sempat mengetuk pintu ruangan Indra terlebih dahulu.

"Bukankah semuanya sudah selesai?"

"Sudah beres tapi masih ada sesuatu yang harus sedikit dibahas sepertinya. Bukankah waktu itu Anda menginginkan untuk—"

"Kau wakilkan aku untuk bertemu dengannya. Katakan padanya jika aku sedang menikmati waktu bulan maduku." Indra menyela ucapan Burhan hingga membuat asisten pribadinya itu langsung terdiam.

"Baik, Tuan. Jika Tuan Reksa bertanya tentang istri Anda, saya harus menjawab apa?"

"Kau tidak perlu menbahas apapun tentang pernikahanku ataupun tentang istriku sebelum aku mengenalkan istriku pada semua rekan bisnisku," ucap Indra.

"Baik, Tuan."

"Dan satu lagi, segera siapkan pesta untuk memperkenalkan istriku pada semua rekan bisnisku."

"Baik, Tuan." Burhan sedikit menundukan kepalanya lalu keluar dari ruangan Indra.

Indra menghela nafasnya, hanya inilah satu-satunya yang bisa ia buat untuk sedikit menghargai Inti sebagai istrinya.

Indra melewati hari yang terasa begitu lambat ini tanpa rasa semangat sedikitpun. Akhirnya jam kantor pun usai, tanpa ingin mengulur waktu lagi ia begegas meninggalkan kantornya untuk pulang ke rumah.

Sampai di rumah, rasa lelah Indra sedikit berkurang setelah melihat senyuman Inti yang menyambut kepulangannya.

"Anda ingin secangkir teh?" Inti mengambil alih jas dan tas kerja Indra.

"Minta saja pelayan untuk membuatkannya. Kau ikut denganku ke kamar." Indra berjalan mendahului Inti menuju kamarnya.

Inti meminta seorang pelayan untuk membuatkan secangkir teh untuk Indra, setelah itu barulah ia menyusul sang suami menuju kamar.

"Bagaimana harimu? Apa Ibu dan Aruna menyulitkanmu?" Indra menyambut kedatangan Inti dengan pertanyaannya.

"Hari saya menyenangkan, Tuan. Dan Anda tidak perlu mengkhawatirkan saya karena Ibu ataupun Aruna tidak pernah menyulitkan saya." Inti berjalan menuju lemari pakaian untuk mengambilkan pakaian ganti untuk Indra.

"Duduklah."

Inti mengangguk, lalu mendudukan dirinya di sebelah Indra.

"Aku sudah meminta Burhan untuk menyiapkan acara pengenalan kamu pada rekan bisnis aku. Aku ingin semuanya tahu jika kau sekarang ini sudah menjadi istriku."

Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang