Kini Inti sudah duduk di sebuah kedai es krim bersama dengan Indra. Ini kali pertamanya Inti menikmati es krim di kedai dengan santai bersama seorang pria. Tiba-tiba Inti teringat dengan pria dari masa lalunya yang telah berhasil menyakiti hatinya. Saat memiliki hubungan dengan Haris dulu dirinya tak pernah sekalipun sekedar diajak makan es ataupun diajak jalan-jalan seperti ini seperti kebanyakan pasangan muda lainnya. Hubungannya dengan Haris dulu memang penuh kerumitan dan kepura-puraan. Dirinya pura-pura menyukai cara mereka menjalani hubungan, sedangkan Haris ternyata telah berpura-pura mencintai dirinya. Sungguh mengenaskan. Sudah tidak ada lembaran cerita tentang Haris lagi karena sekarang ini dirinya hanya akan mengukir tinta kehidupannya bersama Indra.
Mengingat Haris membuat Inti juga mengingat tentang Elmira, wanita yang telah dua tahun sempat menjadi majikannya dan telah menganggap dirinya sebagai teman baik dan sebagai saudara. Meskipun ia berprofesi sebagai pelayan, namun Elmira sealu menganggap dirinya sebagai teman baik sekaligus saudara.
Inti menghentikan suapan es krimnya. Ia harus memberanikan diri untuk mengatakan niatannya ini kepada Indra.
"Tuan."
"Heem?" Indra mengangkat kepalanya menghadap ke arah Inti.
"Ada apa? Katakan saja." Ucap Indra saat Inti tidak kunjung mengeluarkan sepatah katapun.
"Tuan, saya ... kalau Anda mengizinkan, saya ingin menemui Nyonya Elmira." Ucap Inti lirih karena ia tahu jika nama Elmira amat keramat untuk ia sebutkan. Ia tahu bagaimana sulitnya menghilangkan ingatan tentang Elmira dari pikiran suaminya ini. Dan lagipula ia juga takut jika Indra memiliki pikiran jika bertemu dengan Elmira hanya alasan untuk dirinya akan menemui mantan kekasihnya.
"Pergilah," sahut Indra.
"Anda memberikan saya izin?" tanya Inti ragu sekaligus bingung. Bingung apakah Indra benar-benar memberikannya izin ataukah hanya ingin mengetes dirinya saja.
"Tentu saja. Mungkin saat ini dia juga merasa bingung dengan keadaanmu. Bukankah kau juga belum memberikannya kabar sejak malam itu?"
Inti menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Indra.
"Tapi maaf karena aku tidak bisa mengantarkanmu ke sana. Sebentar lagi aku harus menghadiri pertemuan penting."
"Iya, Tuan. Saya akan pergi sendiri."
"Eemm ... kau juga boleh mengundang dia dan suaminya untuk datang ke acara pesta pernikahan kita nanti." Indra berkata demikian bukan karena ia ingin bertemu dengan wanita yang sampai saat ini masih menguasai hatinya, namun ia sangat tahu jika keberadaan keluarga Elmira sangatlah penting bagi Inti. Dengan begitu ia pun tidak boleh egois dengan tidak mengundang Elmira dan keluarganya datang ke acara perayaan pernikahannya.
"Apa tidak apa jika saya mengundang mereka, Tuan?" tanya Inti untuk memastikan. Sebab ia juga tahu
"Tentu saja tidak. Kau akan pergi sekarang? Sebaiknya pergilah sekarang. Naiklah mobil ini."
"Lalu bagaimana dengan Anda?" tanya Inti bingung.
"Kau pergilah dengan tenang. Aku akan menunggu supir lain datang menjemputku di sini."
"Tapi, Tuan—"
"Pergilah bersenang-senang dengannya. Kau boleh pulang kapanpun sesukamu jika kau sudah selesai mengobrol. Aku tahu obrolan antara wanita itu pasti banyak dan akan memakan waktu yang sangat lama." Ucap Indra seraya sedikit memberikan senyuman untuk Inti agar istrinya itu tidak merasa takut dan canggung padanya.
"Saya pamit, Tuan."
"Ya."
Inti berjalan menuju ke mobil yang tadi ia tumpangi bersama Indra. Ia meminta supir untuk mengantarkannya ke kediaman Dhanuar. Sebelum mobil benar-benar berjalan meninggalkan kedai, ia mengarahkan pandangannya ke arah Indra yang juga masih menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah untuk Anakku
RomanceDi tengah rasa keputusasaannya karena sang kekasih tak ingin bertanggung jawab atas kehamilannya, Inti Sari dikejutkan oleh tawaran pernikahan dari pria tampan keturunan bangsawan kaya raya bernama Indra Malik Barata. Atas dasar rasa kemanusiaan dan...