"Selamat pagi, Tuan, Nyonya." Sapa Haris saat dirinya sudah rapi dengan setelan pakaian kantornya seperti biasa seraya berdiri di samping meja makan. Pagi ini dirinya buru-buru bangun dan bersiap untuk menemui kedua majikannya ini untuk membicarakan perihal Inti. Sebenarnya semalam ia ingin menemui kedua majikannya ini, namun ternyata semalam dirinya malah tertidur setelah dirinya meminum obat sakit kepala. Kemarin kepalanya terasa berdenyut setelah dirinya bertemu dengan Inti.
"Selamat pagi," sapa Elmira dan Reksa bersamaan.
Reksa mengerutkan keningnya saat melihat ada sebuah undangan di antara tumpukan surat kabarnya. Ia mengabaikan surat kabar dan mengambil undangan itu lalu membacanya.
"Rupanya ada yang akan menikah," ucap Reksa.
"Undangan? Pagi sekali mengantarkannya," sahut Elmira.
Dahi Reksa mengkerut saat dirinya membaca nama pengantin yang tertera di kertas undangan tersebut. Dirinya sampai membacanya berulang kali.
"Pernikahan antara Indra Malik Barata dengan Inti Sari?" Gumam Reksa sekali lagi saat membaca nama kedua mempelai pengantin yang tertera di dalam kertas undangan itu. Beberapa kali dirinya memastikan jika penglihatannya tidak sedang bermasalah.
Mendengar nama Indra dan Inti disebutkan, Elmira langsung menolehkan kepalanya kepada Reksa. Begitu juga dengan Haris yang langsung mengangkat kepalanya menatap kedua majikannya tersebut dengan penuh tanya.
Reksa menatap Elmira, ia kembali mengerutkan keningnya saat ternyata istrinya itu tidak mengalami keterkejutan sema sekali saat mendengar dua nama itu dirinya sebutkan saat membaca undangan pernikahan.
"Undangannya sudah sampai rupanya," ucap Elmira. Ia mengambil alih undangan itu dari tangan Reksa.
"Apa maksudmu?" tanya Reksa. Ia menatap Elmira lalu tatapannya berpindah ke arah Haris yang saat ini sudah menampilkan wajahnya yang cemas.
"Kemarin Inti datang ke mari untuk menemuiku. Dia mengatakan bahwa dirinya sudah menikah satu minggu yang lalu dan akan segera mengadakan pesta pernikahannya," ucap Elmira.
Haris menatap Elmira yang terlihat santai saat membicarakan pernikahan Inti. Padahal seharusnya Elmira cemas mendengar pernikahan Inti. Seharusnya juga, Elmira turut merasa sedih sama seperti apa yang saat ini dirinya rasakan saat mendengar pernikahan Inti. Tapi tidak, nyonya majikannya ini malah terlihat begitu tenang dan bahkan terkesan condong ke arah senang. Terbukti dari bibirnya yang merekahkan senyuman.
"Menikah? Bagaimana bisa hal itu terjadi? Bukankah Inti saat ini sedang mengandung anak dari Haris?" tanya Reksa. Dirinya masih belum memahami keadaan yang saat ini telah terjadi.
"Aku juga tidak tahu tapi waktu itu Haris telah menolak Inti dan bayinya, jadi dia menerima pinangan dari pria lain. Maafkan aku, Haris. Tapi aku akan mendukung apapun yang terbaik untuk Inti," ucap Elmira. Ia membaca undangan yang berada di tangannya seraya melirik sebentar ke arah Haris.
"Dan pria yang menikahi Inti adalah Tuan Indra Malik Barata? Pria yang telah jatuh hati padamu?" tanya Reksa. Ia merasa jika semua ini sangatlah mustahil dan tidak bisa dimasukkan ke dalam nalar.
"Kalau Tuan Indra sudah menikahi Inti, itu berarti Tuan Indra sudah tidak memiliki perasaan apapun lagi terhadap diriku. Coba saja pikirkan, bagaimana perasaan Inti jika kau sampai membicarakan hal itu di hadapan Inti," sahut Elmira.
"A-apa pernikahan itu benar?" gumam Haris.
"Kau bisa melihatnya." Elmira mengulurkan undangan di tangannya kepada Haris.
Haris sedikit berjalan untuk mendekati Elmira agar dirinya bisa mengambil undangan dari tangan Elmira. Ia mengamati luar undangan yang berdesain mewah. Tangannya mulai gemetar, perlahan ia membuka undangan itu. Di sana benar tertera nama Indra Malik Barata dengan Inti Sari, kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah untuk Anakku
RomansaDi tengah rasa keputusasaannya karena sang kekasih tak ingin bertanggung jawab atas kehamilannya, Inti Sari dikejutkan oleh tawaran pernikahan dari pria tampan keturunan bangsawan kaya raya bernama Indra Malik Barata. Atas dasar rasa kemanusiaan dan...