Part 26

108 16 0
                                    

Inti mulai kembali beraktifitas seperti biasanya. Semakin hari dirinya semakin menyukai berada di dapur. Menu masakan selalu dirinya yang menyiapkan. Lagipula anggota keluarganya juga sudah cocok dengan rasa masakannya.

Kini sudah dua bulan usia pernikahan Inti dengan Indra. Inti semakin bisa beradaptasi dengan suaminya dan keluarga suaminya. Dirinya juga sudah mulai terbiasa menggunakan pakaian mahal, perhiasan dan bersosialisasi dengan kalangan kelas atas.

Usia kandungan Inti sekarang sudah menginjak bulan keempat, dan perutnya kini juga sudah mulai terlihat menyembul.

"Kau memasak apa hari ini?"

Inti terkesiap saat ia mendengar suara ibu mertuanya. Ia menolehkan kepalanya menghadap Kaluna. "Malam ini kita akan makan malam dengan menu bebek panggang, saya juga sudah membuat saus sambalnya, Ibu."

"Baiklah."

"Ibu sedang ingin makan sesuatu? Setelah ini akan saya buatkan," ucap Inti.

"Tidak perlu. Aku akan ke kamar. Panggil aku jika semuanya sudah siap."

"Baik, Ibu."

Kaluna berjalan meninggalkan dapur. Meskipun dirinya sekarang sudah sedikit bisa menerima kehadiran Inti, namun dirinya masih enggan terlalu lama menghabiskan waktu dengan menantu yang tidak dirinya harapkan itu.

Inti kembali menyelesaikan masakannya sebelum jam makan malam tiba.

Inti menolehkan kepalanya ke luar dapur saat dirinya mendengar suara suaminya yang sedang bertanya pada pelayan.

"Di mana Nyonya Inti?" tanya Indra.

"Nyonya ada di dapur, Tuan."

Inti membersihkan kedua tangannya. "Selesaikan ini, setelah itu sajikan di meja makan seperti biasanya."

"Baik, Nyonya."

Inti berjalan menghampiri Indra yang baru saja datang. "Tuan."

"Aromanya sangat nikmat. Apa kau memasak ayam pangang?" Tanya Indra setelah beberapa kali menghirup dalam-dalam aroma masakan.

"Bukan ayam, tapi bebek panggang," sahut Inti.

"Kelihatannya nikmat. Aku tidak sabar ingin segera memakannya."

Inti tersenyum mendengar ucapan Indra. "Sebaiknya Anda bersihkan dulu tubuh Anda."

"Baiklah." Indra berjalan menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Begitu juga dengan Inti yang berjalan di sebelahnya.

"Anda mandilah dulu, saya akan menyiapkan pakaian Anda." Ucap Inti setelah mereka sudah sampai di dalam kamar.

"Iya." Indra masuk ke kamar mandi.

Inti membuka lemari untuk menyiapkan pakaian untuk Indra. Saat menutup pintu lemari, dirinya melihat pantulan dirinya di depan cermin. Ia mengelus perutnya yang sudah menyembul. Rasa haru langsung menyeruak di dalam hatinya. Dulu dirinya mengira bahwa anak dalam kandungannya ini tidak akan merasakan kasih sayang seorang ayah, dulu dirinya mengira bahwa anaknya ini tidak akan memiliki ayah. Namun semua itu salah karena sekarang ini anaknya ini telah banyak merasakan kasih sayang dari ayahnya. Ayah Indra.

"Apa kau sedang mengajaknya berbicara?"

Inti terkesiap saat sepasang lengan kokoh tiba-tiba memeluk dirinya dari belakang. Tubuhnya sedikit merinding saat kulitnya bersentyuhan dengan kulit tubuh Indra yang dingin karena baru saja tersiram air mandi. "Tuan ...."

"Kau bahkan sampai tidak menyadari kedatanganku. Apa sebegitu menyenangkannya pembicaraan kalian berdua, hemm?" Indra menyandarkan kepalanya di bahu kiri Inti.

Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang