Setelah membereskan meja makan usai makan malam, Inti berjalan menuju ke kamarnya. Ternyata Indra sedang berbicara dengan seseorang di sambungan telpon.
Mengetahui jika istrinya sudah memasuki kamar, Indra segera mengakhiri pembicaraannya di telpon. Ia menghampiri Inti yang sedang menata tempat tidur. Istrinya ini begitu baik dan penyabar. Penampilannya juga menarik dan cantik, tapi sampai detik ini dirinya masih juga belum merasakan ketertarikan cinta terhadap istrinya ini.
"Apa Anda memerlukan sesuatu, Tuan?" Tanya Inti karena Indra tidak kunjung bicara dan malah menatap lekat ke arahnya.
"Apa aku boleh melakukannya lagi?" tanya Indra dengan sedikit canggung.
"Melakukan apa?" tanya Inti yang masih tidak mengerti dengan maksud Indra.
Indra mendekati Inti, ia membelai wajah Inti. Kini Inti tahu apa yang sekarang ini suaminya inginkan darinya.
"Saya akan mengunci pintunya dulu."
"Tidak perlu." Cegah Indra saat Inti akan berjalan meninggalkannya. "Tidak akan yang masuk ke kamar ini kecuali kita."
Inti sedikit menganggukan kepalanya. Dirinya mulai pasrah saat Indra mulai mencumbunya dan menjamah tubuhnya.
Indra mendorong tubuh Inti hingga terlentang di atas rajang. Jemari tangannya mulai melucuti apa yang istrinya ini kenakan. Gairahnya kian membara saat suara desahan keluar dari bibir istrinya.
Sore ini tiba-tiba pikirannya menjadi kacau saat Inti menyebut nama wanita yang saat ini sedang mati-matian ia ingin lupakan. Ya, wanita itu adalah Elmira. Bayang senyuman Elmira terus saja menghantui dirinya, padahal jika dipikir tidak ada satu moment penting atau moment membahagiakan pun yang pernah terjadi di antara dirinya dan Elmira. Tapi hati dan jiwanya entah mengapa bisa sebegitu terikatnya pada Elmira.
Inti mengerutkan keningnya saat tiba-tiba Indra menghentikan gerakannya di atas tubuhnya. "Tuan, apa yang terjadi?" tanya Inti.
"Saat sedang bersetubuh denganmu sekarang ini aku malah memikirkan wanita lain. Aku merasa telah menjadi pria buruk, aku suami yang buruk," gumam Indra. Ia menarik tubuhnya dari atas tubuh Inti.
Inti terdiam karena ia tahu siapa wanita yang suaminya ini maksud. Ia lalu mendudukan tubuhnya seraya menatap lekat ke arah Indra yang memandang kosong ke arah dinding kamar. "Entah siapa yang sedang Anda pikirkan saat ini, tapi saat ini Anda sedang bersama saya. Saya menghormati Anda karena Anda adalah pria terbaik yang pernah saya temui semasa hidup saya. Bagi saya Anda juga sudah menjadi suami yang sangat sempurna."
"Apa kau tidak tersinggung dengan sikapku ini? Aku memikirkan wanita lain di saat aku sedang menyentuhmu?" tanya Indra.
"Saya tidak tersinggung sama sekali karena ini juga tahapan untuk melupakan wanita itu dari hidup Anda, bukan?!" Bukannya Inti bermaksud tidak sopan dan lancang, tapi sebisa mungkin dirinya tidak akan menyebutkan nama Elmira di hadapan Indra agar suaminya itu bisa segera melupakan Elmira.
Indra menatap wajah Inti. "Bantu aku melupakannya," lirih Indra.
Inti menganggukkan kepalanya, setelah itu ia memberanikan dirinya untuk lebih dulu memulai mencumbu Indra. Indra terdiam seraya menikmati apa yang Inti lakukan terhadapnya saat ini.
"Saya sudah menjadi milik Anda. Kapanpun Anda menginginkan saya, meskipun Anda sedang memikirkan wanita itu, saya akan tetap melayani Anda." Inti mendorong tubuh Indra agar tidur terlentang, kini dirinyalah yang mengambil alih permainan ini.
Di luar kamar Indra dan Inti ternyata ada Aruna yang berdiri tepat di depan pintu. Ia mendengar desahan dan erangan dari kamar kakaknya itu. "Apa mereka sedang melakukan hubungan suami istri?" gumam Aruna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah untuk Anakku
RomanceDi tengah rasa keputusasaannya karena sang kekasih tak ingin bertanggung jawab atas kehamilannya, Inti Sari dikejutkan oleh tawaran pernikahan dari pria tampan keturunan bangsawan kaya raya bernama Indra Malik Barata. Atas dasar rasa kemanusiaan dan...