Part 10

275 49 4
                                    

Inti memundurkan tubuhnya menjauh dari Indra kala ia melihat Kaluna berjalan ke arahnya. Melihat reaksi Inti, Indra pun menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat ibunya.

"Ibu," sapa Indra pada Kaluna.

Kaluna duduk di kursi ruang makan tanpa ingin menjawab sapaan dari putra kesayangannya itu. Melihat hal itu, Indra juga ikut duduk menemani ibunya.

"Inti, sajikan sarapannya. Aku dan Ibu sudah tidak sabar ingin menikmati masakanmu." Ucap Indra dengan senyum manisnya menatap Kaluna.

"Baik." Inti membawa masakannya ke atas meja makan.

"Aruna belum bangun?" tanya Indra.

"Aku sudah ada di sini." Aruna berjalan menuju ruang makan. Ia lalu mendudukan tubuhnya di kursi biasanya ia duduk.

"Baguslah jadi aku tidak perlu meminta pelayan untuk memanggilmu," ucap Indra.

Selesai menyajikan makanan, Inti pun duduk di samping Indra dan mulai mengambilkan makanan ke dalam piring Indra.

"Terima kasih," ucap Indra lembut. Inti pun hanya tersenyum seraya menunduk malu menanggapinya.

"Ibu, apa Anda ingin memakan apa? Apa Ibu ingin memakan saus ini? Akan saya ambilkan," ucap Inti bersiap akan berdiri.

Kaluna mengangkat satu tangannya untuk menghentikan gerakan Inti. Inti yang mengerti itupun kembali duduk.

"Aku bisa mengambilnya sendiri," ucap Kaluna.

Aruna hanya diam mendengarkan percapakan keluarganya seraya menikmati sarapannya.

Inti mulai memakan sarapanya setelah Indra dan Kaluna memakan sarapan mereka. Sebagai wanita yang sudah diangkat menjadi istri dan menantu dadakan di rumah ini, ia tak ingin bersikap lancang. Dirinya sangat menyadari posisinya.

"Jadi apa ada yang ingin kalian bicarakan pada Ibumu yang sudah tua dan tidak tahu apa-apa ini?" Kaluna mulai membuka suaranya.

Indra menaikan satu alisnya mendengar kaliamat ibunya. Ia merasa tidak ingin membicarakan apapun pada ibunya. Tapi karena saat ini ibunya menatap bergantian ke arahnya dan juga Inti, itu berarti pertanyaan ini ibunya tujukan padanya dan Inti. "Apa yang Ibu maksud?"

"Ibu juga tidak tahu dengan pasti. Ibu rasa ada yang sedang kalian sembunyikan dari Ibu," ucap Kaluna.

"Iya, itu memang benar, aku juga tidak akan menyangkalnya. Tapi apakah semuanya harus aku katakan pada Ibu?" sahut Indra.

Tubuh Inti mulai menegang mendengar percakapan antara suami dan ibunya ini. Tiba-tiba saja ia merasa jika ibu mertuanya ini sudah mengetahui tentang rahasanya dan tujuan pernikahannya ini. Ia pun tidak berani mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah ibu mertuanya.

"Hal sebesar itu tidak ingin kau kabarkan pada Ibumu ini? Apa kau sudah tidak menganggap aku sebagai Ibumu setelah kau memutuskan untuk menikah dengan wanita itu, wanita yang bahkan tidak kau cintai." Sampai saat inipun Kaluna masih sangat yakin jika putranya menikahi Inti bukan karena cinta karena ia tidak pernah melihat binar cinta di sorot mata Indra saat menatap Inti.

Ucapan Kaluna begitu tajam dan pedas hingga membuat Inti ingin menangis. Tangannya bahkan sudah mulai gemetaran. Meskipun ia sudah sadar betul akan posisinya, namun tetap saja jika ada yang mengatakan hal buruk seperti itu tentangnya ataupun tentang suaminya membuat hatinya terluka.

"Apa yang Ibu maksud? Jujur saja ada banyak hal yang sengaja tidak aku katakan kepada Ibu. Bukan karena aku tidak menganggap Ibu dan tidak menghormati Ibu, akan tetapi ini semua juga demi menjaga hati Ibu."

"Itu hanya alasanmu saja. Ibu tidak membesarkanmu untuk menjadi pria yang pandai membohongi Ibunya sendiri."

"Lalu apa yang ingin Ibu ketahui dariku?" tanya Indra menyerah. Selama ini ia memang tidak pernah menyembunyikan apapun dari ibunya. Semua masalah ataupun kebahagiaan yang ia rasakan, entah itu tentang pertemanannya ataupun masalah pekerjaan, ia selalu membaginya kepada ibunya. Karena semenjak ayahnya meninggal dunia, hanya ibunyalah satu-satunya orangtua yang ia miliki. Tempat ternyamannya untuk bersandar. Namun saat ia mulai jatuh cinta hingga patah hati oleh wanita yang bernama Elmira, ia memang tidak menceritakan hal itu kepada ibunya, karena saat itu ibunya sedang berada di luar kota. Dan ia rasa ia sudah tidak perlu lagi menceritakan masalah percintaannya yang gagal itu kepada ibunya karena sudah berlalu dan sekarang ia juga sudah memiliki Inti.

Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang