Inti tergesa memakai pakaiannya dan merias wajahnya setelah dirinya selesai membersihkan tubuhnya.
"Ada apa denganmu? Mengapa kau terburu-buru seperti itu?" Tanya Indra yang menyadari gerakan Inti yang terlihat tergesa.
"Ini sudah sangat saing, Tuan. Saya belum menyiapkan sarapan, bagaimana jika sekarang ini Ibu dan Aruna sudah berada di ruang makan?" ucap Inti cemas.
"Kau santai saja. Tidak perlu cemas seperti itu. Kau juga nyonya di rumah ini, dan kita memiliki banyak pelayan untuk melayani kita, jadi kau tidak perlu risau," ucap Indra.
Inti tidak berani membantah ucapan Indra. Tidak ada lagi yang bisa dirinya lakukan selain hanya menuruti saja ucapan suaminya ini.
"Tolong bantu aku memakai dasi. Aku juga ingin merasakan seperti apa rasanya dipakaikan dasi oleh istri," ucap Indra.
Inti sedikit menyunggingkan senyumannya, ia lalu berjalan menghampiri suaminya untuk memasangkan dasi. Indra mengamati wajah Inti saat istrinya ini sedang memakaikan dasinya.
"Kau ini memang cantik, tidak salah aku memilihmu menjadi istriku," ucap Indra.
Pergerakan Inti sedikit terhenti saat Indra memuji parasnya.
"Selain cantik, kau juga wanita yang baik dan penyabar. Kau pandai memasak, oh iya masih ada satu lagi." Indra sengaja menghentikan ucapannya sejenak untuk melihat reaksi dari istrinya ini.
"Apa?" lirih Inti. Ia memberanikan diri mengangkat pandangannya untuk menatap manik mata Indra.
"Kau pandai melayani suami di ranjang." Sambung Indra seraya tersenyum.
Inti langsung menundukan wajahnya guna memutus kontak matanya dengan Indra. Perkataan Indra telah membuat dirinya menjadi malu.
"Ohh aku lupa. Kau juga pandai melayani di kamar mandi." Ucap Indra semakin membuat wajah Inti memerah karena menahan malu.
"Tuan ...," rengek Inti.
"Istriku sekarang sudah bisa merengek karena malu dengan suaminya, heh?" Indra menaikan dagu Inti agar tatapan mata mereka kembali bertemu.
Wajah Inti berubah sendu. "Ucapan Anda bukan untuk mengingatkan akan masa lalu saya, bukan?" tanya Inti.
Indra menghilangkan senyumannya. Ia menghilangkan gurauannya lalu memandang Inti dengan tatapan seriusnya. "Aku katakan padamu, masa lalu buruk harus dilupakan. Aku ataupun kau tidak akan pernah lagi akan mengungkitnya. Kita sama-sama sedang bangkit dari masa lalu kita."
"Maafkan saya, Tuan," lirih Inti. Ia menundukan kepalanya lantaran malu atas dugaannya yang salah. Dirinya sudah sangat keterlaluan dengan menuduh pria sebaik Indra.
"Sudah, lupakan saja. Apa yang telah kuucapkan tadi adalah memang benar-benar keluar dari dalam hatiku karena aku merasa puas dan senang atas apa yang telah kita lakukan semalam dan pagi tadi," ucap Indra.
Inti memalingkan wajahnya. "Ini sudah sangat siang, Tuan. Sebaiknya kita lekas menuju ke ruang makan." Inti mengambil jas Indra lalu membantu memakaikan jas di tubuh suaminya itu.
"Baiklah. Oh iya, sepertinya hari ini undangan pesta pernikahan kita akan dibagikan."
Inti menganggukan kepalanya, ia lalu mengambil tas kerja Indra sebelum dirinya juga keluar dari kamar. Sampai di depan kamar ia terkejut saat tiba-tiba Indra merengkuh pinggangnya. Ia sampai menatap Indra dengan pandangan yang penuh tanya.
"Tu-tuan," lirih Inti.
Indra tidak menjawabi ucapan Inti, dirinya malah meneruskan langkahnya menuju ke ruang makan seraya tetap merengkuh pinggang Inti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah untuk Anakku
RomanceDi tengah rasa keputusasaannya karena sang kekasih tak ingin bertanggung jawab atas kehamilannya, Inti Sari dikejutkan oleh tawaran pernikahan dari pria tampan keturunan bangsawan kaya raya bernama Indra Malik Barata. Atas dasar rasa kemanusiaan dan...