Inti mendekati Indra untuk memakaikan dasi suaminya ini. "Tuan, hari ini jadwal pemeriksaan kandungan saya."
"Astaga! Aku melupakannya. Apa jadwalnya tidak bisa dibuat ulang?" tanya Indra. Selama ini dirinya selalu menemani istrinya ini untuk memeriksakan kandungan di rumah sakit, namun kali ini dirinya benar-benar tidak bisa.
"Tidak masalah jika Anda tidak bisa menemani saya ke rumah sakit. Saya akan ke sana sendiri."
"Tidak, aku tidak ingin kau ke sana sendiri. Jam berapa kau akan berangkat?"
"Mungkin sekitar jam sepuluh."
"Kalau begitu nanti jam sepuluh kita bertemu di rumah sakit. Aku akan berangkat dari kantor," ucap Indra.
"Apa itu tidak membuat Anda semakin repot, Tuan?" tanya Inti tidak enak hati.
"Tentu saja tidak," sahut Indra.
"Baiklah jika seperti itu."
"Mari kita turun, aku sudah lapar."
Inti mengambil tas kerja Indra, ia membawanya keluar dari kamar. Dirinya berjalan beriringan menuju ke ruang makan.
"Selamat pagi," sapa Indra pada Kaluna dan Aruna.
"Bagaimana, apa tidurmu nyenyak? Kau menyukai pertemuan kalian tadi malam bukan?" Tanya Indra pada adik perempuannya yang memasang wajah cemberut.
"Kakak, aku tidak ingin dijodohkan dengan dia. Aku masih belum selesai kuliah," ucap Aruna.
"Itu tidak masalah, Aruna. Kau bisa tetap meneruskan pendidikanmu sampai kapanpun kau mau," ucap Indra.
Aruna mendesah lelah mendengar ucapan kakaknya ini. Dirinya merasa jika semuanya tidak ada yang mau memahaminya. Rasanya dirinya ingin menangis merasakan kekesalan yang sedang hatinya rasakan ini.
Kaluna dan Indra sama-sama setuju dengan hubungan baru yang nantinya akan segera terjalin antara Aruna dengan Yufrat. Mereka berdua sangat merasa bahagia hingga mereka tidak sadar jika sedari tadi Aruna memasang wajah muramnya.
Inti yang menyadari perbedaan pada Aruna pun hanya bisa diam karena dirinya tidak ingin dianggap lancang. Bisa-bisa Aruna malah semakin tidak menyukainya.
Aruna tampak tidak selera menghabiskan makanannya.
"Aku sudah selesai. Aku akan berangkat." Indra mengelap mulutnya lalu berdiri dari tepat duduknya.
Melihat gerakan suaminya, Inti juga langsung ikut berdiri. Ia mengambil tas kerja suaminya itu lalu berjalan mengantar suaminya sampai di teras depan.
"Jaga dirimu baik-baik. Jangan terlalu lelah."
Inti tersenyum menangapi pesan dari suaminya yang sama di setiap harinya saat suaminya ini akan berangkat kerja ataupn bepergian.
"Sampai jumpa di rumah sakit nanti jam sepuluh."
"Iya."
Indra berjalan memasuki mobil. Setelah mobil yang ditumpangi Indra sudah melaju barulah Inti berjalan kembali memasuki rumah.
Saat sampai di ruang makan, Inti sudah tidak melihat Kaluna dan Aruna yang tadi masih berada di sana. Hanya ada beberapa pelayan yang sedang membereskan sisa peralatan makan yang sudah kotor dan sisa makanan.
"Ibu dan Aruna sudah selesai sarapan?" tanya Inti pada pelayan.
"Sudah, Nyonya."
Inti menolehkan kepalanya saat dirinya mendengar derapan langkah seseorang yang rupanya adalah Aruna. Aruna keluar dari rumah tanpa ingin repot-repot berpamitan pada Inti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah untuk Anakku
RomanceDi tengah rasa keputusasaannya karena sang kekasih tak ingin bertanggung jawab atas kehamilannya, Inti Sari dikejutkan oleh tawaran pernikahan dari pria tampan keturunan bangsawan kaya raya bernama Indra Malik Barata. Atas dasar rasa kemanusiaan dan...