Part 24

84 16 2
                                    

Setelah acara resepsi selesai, Indra mengajak Inti untuk berbulan madu. Rencananya ini tidak dirinya beritahukan kepada sang istri karena sengaja untuk memberikan istrinya ini kejutan.

"Ki-kita akan menaiki pesawat, Tuan?" Tanya Inti saat dirinya sudah sampai di bandara.

"Iya."

"Me-memangnya kita akan pergi ke mana?" tanya Inti. Ada rasa takut yang dirinya rasakan karena ini akan menjadi pengalaman pertama untuk dirinya. Seumur hidupnya dirinya belum pernah menaiki pesawat.

"Tadi sudah aku katakan padamu bahwa kita akan pergi berbulan madu, bukan?!" sahut Indra. Ia mengulas senyumnya saat dirinya melihat ada raut kecemasan di wajah istrinya ini. "Kau tenanglah, perjalanan kita ini akan terasa sangat menyenangkan," sambung Indra.

"Saya belum pernah menaiki pesawat, Tuan. Dan lagipula saya ini takut ketinggian. Bagaimana jika pesawat yang kita tumpangi jatuh?" tanya Inti dengan nada suaranya yang semakin cemas.

Indra tertawa mendengar ucapan Inti. "Kau jangan terlalu mengumbar pikiran buruk di dalam benakmu. Kita akan baik-baik saja, kita akan pergi dengan keadaan selamat dan kembali juga dalam keadaan selamat," ucap Indra.

Terdengar suara pengumuman keberangkatan membuat Indra mengajak Inti lekas bersiap-siap. "Pesawat kita akan segera berangkat."

Mendengar ucapan Indra, sontak saja tubuh Inti mulai gemetar dan keringat dingin mulai keluar. Ia terus saja berjalan mengikuti langkah kaki Indra karena suaminya ini menggandeng tangannya. Selain dirinya dan Indra, ada Burhan, sang asisten pribadi Indra yang juga ikut pergi bersama mereka berdua.

Inti hanya bisa diam, namun di dalam hatinya terus saja merapalkan doa keselamatan untuk dirinya, suaminya, asisten suaminya, dan semua orang yang juga duduk di dalam pesawat yang sama dengan dirinya.

"Kau tidurlah, setelah sampai nanti akan aku bangunkan kau," ucap Indra.

"Bagaimana bisa saya tidur dalam keadaan tegang seperti ini, Tuan?" gumam Inti.

"Tenangkan dirimu, jangan takut. Aku ada di sini." Indra membawa tubuh Inti ke dalam pelukannya.

Inti merasa sangat nyaman berada di dalam pelukan Indra, hingga tidak terasa dirinya benar-benar tertidur. Indra menggunakan kelas pertama dalam pernerbangan ini agar dirinya dan Inti bisa merasa nyaman karena mereka tidak hanya melakukan perjalanan dalam kurun waktu satu dua jam namun dua puluh empat jam dari Indonesia menuju ke Swiss.

Beberapa saat kemudian Inti mulai terbangun, Indra menawarinya makan dan minum setelah itu Indra meminta dirinya untuk kembali tidur karena perjalanan masih sangat lama.

"Tidurlah lagi, perjalanan kita masih sangat jauh. Kita masih sangat lama berada di pesawat ini."

Inti mengangguk lalu perlahan dirinya mulai kembali tertidur.

Akhirnya mereka sampai di Bern, Swiss. Dari bandara mereka masih menempuh beberapa waktu perjalanan lagi menuju ke tempat tujuan. Mereka menaiki mobil jemputan dari rumah Indra yang ada di kota ini.

Inti sangat mengagumi keindahan yang tersaji di depan matanya ini. Kebetulan saat ini Swiss sedang mengalami musim gugur sehingga para wisatawan yang datang bisa dimanjakan oleh pemandangan di kota Bern.

"Kau menyukai kota ini?" tanya Indra.

"Iya, Tuan," sahut Inti.

Tak lama kemudian mobil mereka telah sampai di sebuah rumah besar dengan halaman yang lumayan luas. Kedatangan mereka telah disambut oleh beberapa pelayan di teras.

"Selamat datang, Tuan dan Nyonya."

Inti menolehkan kepalanya ke arah Indra saat para pelayan itu menyambutnya dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang