Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ketemu lagi ya 😁. Cerita ini aku tulis bukan berdasarkan kisah nyata. Hanya fiksi yang keluar dari pikiranku sendiri.
Semoga tak ada yang mengalami kisah ini. Dan semoga kita semua terhindar dari hal-hal keji.
Bijaklah dalam menilai, boleh berkomentar, asalkan jangan menghakimi. Happy reading..
---•••---
Noda siapa yang membelenggu. Mengikatnya dengan rantai kuat sehingga sulit kuajak bergerak. Siapapun dia, semoga Allah mematikannya dalam keadaan paling sakit!
•••Seperti ada yang memeluk tubuhku, mendekap erat hingga ketenangan menjalar memenuhi raga yang kedinginan.
Tapi kenapa, di saat mataku terbuka, yang tampak hanya kegelapan. Kesunyian, bahkan kosong.
Jendela kamarku tersingkap, semilir angin berhembus hingga menyentuh lengan dengan pakaian tipis yang membalut tubuhku.
Aku tak beranjak sedikit pun. Duduk di lantai, memeluk lutut dan menenggelamkan wajah di antara lipatan tangan.
Lampu di kamar itu sengaja kumatikan.
"Bunda, Ayah. Kalian di mana? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" aku tak kuat menahan perih hingga tetesan demi tetesan terjatuh, belum lagi di dalam sini, pergerakkan dengan tendangan kuat menghantam perutku.
"Fara, kenapa duduk seperti itu lagi Nak. Nanti dia kesakitan."
Aku sangat mengenal wanita lanjut usia ini. Wanita yang menyayangiku seperti anaknya sendiri, dia menjagaku. Menemaniku. Bahkan memberikan aku semangat ketika sesak terus saja mengungkung pernapasan.
Hari ini. Kenyataan lain membuatku berada di ambang kematian.
"Fara. Ibu minta maaf Nak," helaan napas yang di buang Bu Ira menandakan sesuatu yang sulit kucerna. "Kamu gak bisa tinggal di sini selamanya. Mereka marah."
"Sama Fara?" tanyaku.
Bu Ira mengangguk. "Kenapa?"
Oh, aku melupakan sesuatu. Jelas mereka sangat marah ketika kampungnya di cemari wanita kotor, wanita yang sudah berbadan dua tapi tidak mengetahui siapa ayahnya.
"Wanita hina. Wanita pendosa!" itulah umpatan yang selalu memenuhi pendengaranku. Sakit. Sungguh, andai aku bisa memutar waktu, membalikkan keadaan. Malam itu, aku tak seharusnya mengikuti Risa untuk menemaninya pergi ke rumah sang pacar.
Duniaku hancur lebur. Aku mati akan rasa. Saat kedua mata ini terbuka yang kutemui hanya rumah kosong. Sendirian aku di sana dengan pakaian yang sudah bertebaran di lantai. Tak ada sehelai benang pun yang melekat di tubuhku, hanya selimut tipis yang menutupi sebagian.
Aku mulai menyadari segalanya yang membuatku ingin mati. Dia, merenggut kesucianku secara paksa.
Aku histeris, air mata tak bisa kubendung bahkan meluncur begitu deras. Siapa orang itu. Siapa yang telah mengambil mahkotaku. Siapa yang telah menodaiku secara paksa. Anak siapa yang saat ini berada di dalam rahimku.
Noda siapa ini?
Ya Allah, kenapa begitu sakit rasanya. Sakit sekali Ya Allah.
"Nak," panggilan mendayu Bu Ira menyadarkanku dari lamunan. "Ada yang akan menikahi kamu_"
"Enggak Bu," tolakku, jemari Bu Ira kugenggam erat, menggigil tulang ini, belum lagi air yang tergenang ingin terjatuh. "Aku gak mau Bu. Aku membenci lelaki. Siapapun itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Noda Siapa? [END]
Short StoryNamaku Fara Kailee, wanita cantik yang malang, kata orang. Bagaimana tidak, hidup di antara hiruk pikuk kehancuran membuatku ingin melenyapkan nyawa ini di dalam lembah kematian. Aku datang sendiri, tetapi pulang membawa satu lagi nyawa. Entah siapa...