Part 23

2.9K 233 7
                                    

CINTA UNTUK ARFAN

Siang hari di halaman ndalem Kyai Syam, Inara tengah duduk manis bersama dengan Rara–mertuanya. Sesekali kedua wanita berbeda generasi itu tertawa kecil karena topik yang mereka lontarkan sangat lucu, Inara menoleh ketika merasakan sebuah usapan di puncak kepalanya, terdapat suaminya tengah berdiri dengan senyum manis yang tercetak di bibir tebalnya.

"Udah pulang?" tanya Rara, laki-laki itu mengangguk kemudian mengambil tangan Bundanya dan di ciumnya lembut.

Inara melakukan hal yang sama, ia mengambil tangan besar suaminya, dan mencium tepat di bagian punggung nya.

"Hari ini kerjaan kantor tidak terlalu banyak, dari pada bosen mending aku pulang. Oh iya, Ayah bilang tadi ada sedikit urusan di pesantren Al-imran," ujar Arfan menjelaskan.

Rara mengangguk kemudian bangkit dari atas kursi, wanita yang sudah kepala empat itu tersenyum kepala anak dan menantunya.

"Bunda masuk dulu, ya," pamitnya, kemudian berjalan masuk setelah mendapatkan anggukan dari Inara dan Arfan.

Inara tersentak kaget saat tiba-tiba tangan nya di genggam oleh seseorang, pelakunya yang tak lain adalah suaminya sendiri. Inara menolehkan kepalanya, wanita itu mengedarkan pandangan nya memastikan kalau tidak ada santri atau Ustad yang melihat kelakuan suaminya. Meskipun sudah halal, tetap saja ia malu jika ada yang memergokinya.

"Kenapa, hm?"

"Mas, lepasin ih."

"Nggak!"

"Ish... Malu tauu."

Arfan terkekeh kelakuan Inara yang sangat menggemaskan, sontak ia mencium pipi kanan istrinya yang masih terbalut oleh cadar hitam milik wanita itu. Inara membulatkan kedua matanya, terlebih lagi ia tidak sengaja melihat Ustad Musa yang berdiri tak jauh dari ndalem.

Pria itu tertawa kecil, kemudian seakan mengerti Ustad Musa kembali melanjutkan langkahnya. Inara memalingkan wajahnya kearah lain, beruntungnya ia mengenakan cadar. Jika tidak, pasti suaminya itu akan semakin gencar menggodanya.

"Pasti pipi kamu merah," tebak Arfan, membuat Inara semakin malu di buatnya.

"Udah ih," kesal Inara.

"Mau lagi?" tawar Arfan disertai senyum miring.

"Nggak," tolak Inara mentah-mentah.

"Oke, lagi." Arfan kembali melayangkan sebuah kecupan di pipi kiri Inara, wanita itu terpaku di tempatnya ketika kembali mendapatkan serangan mendadak dari suami nya itu. Sontak Inara membulatkan kedua matanya, kemudian memukul lengan laki-laki itu bertubi-tubi. Bukan nya marah, Arfan malah tertawa karena dirasa pukulan Inara tidak ada apa-apanya.

"Mau apa?" Inara manjauhkan tubuhnya hingga punggungnya terhantam ke dinding, 

"Galak banget sih," kekeh Arfan, kemudian ia melingkarkan tangan nya di pinggang sang istri.

"Pipi kanan sama kiri udah. Kalau yang di bibir, kita lanjutin di kamar aja, mau ya?" Arfan menaik turunkan kedua alisnya berniat untuk menggoda istrinya itu.

Cinta untuk Arfan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang