Part 33

1.9K 215 0
                                    

Follow dulu sebelum baca🤗

Cinta Untuk Arfan

7 bulan kemudian.

Pagi hari di pesantren Al-hidayah, para santri tengah bersiap-siap untuk masuk ke kelas mereka masing-masing karena sebentar lagi pelajaran berlangsung, terdengar suara kicauan burung di atas langit, burung-burung itu terbang kesana kemari dengan riangnya seakan turut merasakan kebahagiaan.

Di dalam dapur yang tidak terlalu luas, kedua wanita berbeda usia itu tengah sibuk dengan berbagai alat dapur. Inara, wanita itu sedikit kesulitan untuk bergerak di karenakan usia kandungan nya kini sudah menginjak 7 bulan, hal itu membuat Arfan semakin ketat menjaga istri dan calon buah hatinya, kebahagiaan mereka bertambah saat mengetahui bahwa ada dua janin yang tumbuh di dalam perut Inara.

"Sayang, aku bilang jangan masak. Nanti kamu kecapean gimana? Aku kan bisa makan di kantin nanti," tegur Arfan, pria itu mengambil alih spatula yang semula berada di tangan Inara kemudian ia meletakkan benda itu di atas meja.

Inara memajukan bibirnya beberapa senti.

"Tapi aku mau masak buat kamu."

Arfan menghela nafas panjang di lihatnya Inara yang mulai menitikan air mata, kenapa juga Arfan bisa lupa, bahwa sekarang emosi Inara sedang tidak stabil, wanita itu selalu menangis tanpa sebab, semua ini di karena hormon hamil.

Arfan meraih Inara ke dalam pelukan nya, mengusap lembut punggung wanita cantik itu.

"Hustt... Sayang, cantiknya Arfan jangan nangis. Nanti baby twins juga ikut sedih liat Umi nya sedih," ujar Arfan berusaha menenangkan Inara, entah kenapa di perlakukan seperti ini membuat tangisan Inara semakin kencang.

Arfan melepaskan pelukan nya, kemudian ia menangkub wajah Inara yang terbalut oleh cadar berwarna hitam.

"Kenapa, hmm?"

Inara masih menangis sesegukan, ia lalu menggunakan lengan baju Arfan untuk mengusap ingus sebelum nya ia sudah membuka sedikit cadar yang di kenakan nya. Bukan nya merasa jijik Arfan justru malah tersenyum, ia menepuk puncak kepala Inara dan mengusap nya lembut.

"Ra, aku melarang kamu itu bukan tanpa sebab, aku gak mau kamu kecapean, sayang. Apalagi di dalam perut kamu ada dua malaikat kecil kita. Aku juga gak mau mereka kenapa-kenapa nantinya," jelasnya, tangan pria itu terangkat guna mengusap sisa-sisa air mata yang ada di kelopak mata Inara.

"lagipula kalau cuma masak nasi goreng sama telur dadar, aku juga bisa," ujar Arfan lagi, pria itu mendudukkan Inara pada kursi yang ada di sana.

"Sekarang kamu harus liat keahlian aku memasak nasi goreng," ujarnya bangga seraya mengedipkan sebelah matanya, berniat untuk menggoda istri cantiknya itu. 

"Emang kamu bisa masak, Arfan?" tanya Rara yang baru saja habis dari kamar mandi.

"Bunda jangan meremehkan kemampuan memasak Arfan, ya. Gini-gini juga aku sering masak waktu di Tarim dulu," jawab Arfan.

"Ya udah terserah, tapi kalau sampai nanti istri kamu keracunan waktu makan masakan kamu, Bunda gak mau tanggung jawab." setelah mengatakan itu Rara berjalan menuju tangga, wanita itu tertawa melihat ekspreksi wajah putranya yang terlihat kesal karena ucapan nya tadi.

Cinta untuk Arfan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang