Part 27

2.5K 248 5
                                    

Cinta Untuk Arfan

Perlahan Inara mulai membuka kedua matanya, saat merasakan sinar matahari pagi yang begitu menusuk. Hal pertama yang ia lihat adalah suaminya yang masih tertidur lelap di sampingnya, karena aktifitas mereka tadi malam yang begitu panjang membuat pasangan muda itu kelelahan. Selepas sholat subuh tadi keduanya melanjutkan tidur nya di karenakan masih mengantuk.

Wanita itu mengulum senyum nya, tangan nya bergerak mengusap lembut pipi kanan suaminya. Takdir baik sudah membawanya menuju kebahagiaan. Inara bersyukur di pertemukan dengan sosok laki-laki seperti Arfan yang sama sekali tidak banyak menuntut.

Inara sedikit terkejut kala Arfan membuka kedua matanya, senyum manis tercipta di bibir tebalnya.

"Morning kiss," ujar laki-laki itu seraya mengeratkan pelukan nya di pinggang Inara.

Inara terkekeh kecil kemudian mencium pipi kanan laki-laki itu sekilas, Arfan merengut sebal, kemudian ia mengarahkan jari telunjuknya ke arah bibir.

"Dia cemburu, katanya mau juga di cium sama Inara," ujar Arfan membuat Inara merotasikan kedua matanya.

"Dasar modus."

"Gak mau, hmm?"

"Iya kenapa? Mas, lepas ih udah siang ini. Aku harus bantu Bunda di dapur," kesal Inara, pasalnya Arfan sedari tadi tidak mau melepaskan pelukan nya. Laki-laki itu malah semakin memeluknya erat.

"Cium dulu baru aku lepas," katanya seraya menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang istri.

Inara menghela nafasnya, "Kan, tadi udah."

"Baru satu ciuman kan? Aku maunya sepuluh ciuman."

"Gak ada! Banyak banget itu, aku harus ke dapur bantuin Bunda," mohon Inara sengaja memasang wajah puppy eyes nya.

Arfan yang melihat itu di buat gemas, lantas ia mendekatkan wajahnya mengikis jarak di antara mereka. Inara terlihat was-was, saat ia hendak menjauhkan wajahnya tangan besar laki-laki itu sudah lebih dulu memegang tengkuknya, seperti singa yang akan memangsa se-ekor kancil, Arfan tidak membiarkan Inara pergi dari kamarnya.

Melihat wajah suaminya yang semakin dekat membuat Inara memejamkan matanya erat, ia sudah pasrah sekarang. Lagi pula Arfan itu sedikit keras kepala walaupun ia menolaknya. Laki-laki itu akan tetap melancarkan aksinya.

Cup

Arfan mencium tepat di kening sang istri, kemudian ia menjauhkan wajahnya. Ia mengamati lekuk wajah istrinya itu, tangan nya terulur menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik istrinya.

"Makasih untuk cintanya."

"Makasih untuk waktu yang kamu berikan untuk aku."

"Dan, makasih buat yang semalem. Semoga, di dalam sini segera hadir malaikat kecil yang nantinya akan mengisi kamar ini dengan suara tangisan nya." tangan nya mengusap lembut perut rata Inara.

"I will always love you. Yesterday, today and tomorrow. Inara Syifatunnisa."

*   *   *   *

"Bunda Inara, ya?" tanya salah seorang santriwati, saat ini Inara tengah berjalan santai keliling asrama putri. Pekerjaan rumah sudah selesai, ia bosan jika harus berada di dalam kamar, dan lagi mertuanya sedang tidak ada di rumah, katanya ada sedikit urusan di luar. 

Inara mengernyitkan dahinya bingung mendengar nama panggilan itu.

"Bunda?" beo Inara.

Santriwati itu menganggukkan kepalanya, "Sama kayak kami memanggil istri Gus Zaki dengan sebutan Bunda, kami juga memanggil sampeyan dengan sebutan itu."

Cinta untuk Arfan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang