Part 14

2.5K 225 0
                                    

CINTA UNTUK ARFAN

Hari demi hari kian berlalu, sekarang kondisi Fauzan sudah membaik ia bahkan sudah di perbolehkan pulang. Inara membantu Aminah mengemasi pakaian milik Fauzan, sedangka pria itu tengah duduk di sofa karena memang belum sepenuhnya pulih.

"Inara kemari nak," panggil Fauzan.

Inara menghentikan aktifitasnya lalu berjalan menghampiri Fauzan, ia duduk di sebelah sang Ayah. Pria tua itu lalu meraih tangan hangat putrinya lalu di genggam nya erat.

"Dulu tangan kamu masih sangat kecil sehingga Ayah dengan mudah menggenggam nya. Dulu rumah yang tadinya hening saat itu mulai terasa ramai karena suara tangisan kamu. Kalau lapar pasti kamu langsung manangis."

"Lucu banget Ayah liatnya... " Fauzan menghentikan kalimatnya, ia mengusap butiran bening yang turun mengenai cadar putrinya.

"Gak lama lagi kamu akan menjadi milik orang lain, bukan lagi pundak Ayah yang menjadi tempatmu mengadu, bukan lagi tangan Ayah yang menghapus air matamu. Ayah yakin Arfan laki laki baik, dia bisa menjaga dan membimbing kamu."

"Ayah mau nanya, kamu sudah benar benar mengikhlaskan dia? Dan mencoba merangkai kebahagiaan dengan Arfan?" tanya Fauzan.

Inara nampak menunduk kali ini ia membiarkan air matanya jatuh ia tak lagi menahan nya, perlahan ia mengangkat wajahnya matanya menyipit tanda ia tengah tersenyum.

"Selama ini aku terjebak di sebuah ruangan yang gelap, saat ada celah bukan nya menghampiri aku malah menatap. Inara gak mau terus berada di dalam ruangan itu Ayah. Inara mau menghampiri celah itu supaya Inara bisa terlepas dari ruangan gelap itu." jelasnya panjang lebar. 

Ya, selama ini Inara terus mengurung diri di suatu ruangan tanpa mau berfikir untuk keluar dadi ruangan tersebut, banyak yang datang dan berniat baik padanya. Tapi, lagi dan lagi mereka hanya mendapatkan penolakan dari Inara.

Yang Inara cari bukan ketampanan maupun harta, karena bagi Inara ketampanan akan hilang seiring berjalan nya waktu dan... harta tidak akan di bawa pada saat ajal menjemput. Yang wanita itu butuhkan adalah kenyamanan hatinya, pernikahan bukan untuk sehari atau dua hari, melainkan untuk seumur hidup.

Inara sendiri sempat bingung pada hatinya, saat pertemuan tak sengaja dengan pria bernama Arfan. Ia merasakan ada dorongan dalam hatinya, suara pria itu membuat hatinya terasa tenang, dan saat melihat wajahnya Inara merasakan kenyamanan disana. Inara bingung, apa ia sudah benar benar melupakan sosok pria di masa lalunya? dan perlahan mulai menyukai Arfan.

Sungguh itu membuatnya benar benar dilanda kebingungan.

Fauzan meraih tubuh Inara lalu di dekap sangat erat, "Nak, Ayah bahagia karena sekarang kamu sudah menemukan laki laki yang baik. Kalau sampai Arfan menyakiti kamu atau memperlakukan kamu tidak baik, kamu boleh pulang dan temui Ayah dan Bundamu."

"Ayah akan rapuh kalau sampai anak anak Ayah terluka," ujarnya lirih.

*   *   *   *

"Kamu denger aku gak sih?!"

"Iya."

"Ish.. Fatur liat sini dong! Aku kan lagi ngomong sama kamu bukan sama patung!" gadis dengan khimar berwarna cream itu tengah berkacak pinggang, kakinya ia hentakkan beberapa kali karena yang ia ajak bicara sedari tadi hanya menunduk.

Cinta untuk Arfan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang