16

21 5 2
                                    

Seokjin pulang ke rumah tengah malam,membuka pagar rumahnya dan masuk. Ia menoleh sebentar,namun tak tau jika Choi Eunbi mata-mata Taehyung sedang mengintai dari balik pohon dengan kamera ala paparazzi.

Eunbi mengeluarkan ponselnya dan melapor pada Taehyung bahwa Seokjin baru saja memasuki rumahnya sendirian. 

Di kamarnya seokjin tampak senang. Ia melepas syal pemberian Hwayoung.

'Agar potret dirimu tidak lagi menderita... Agar bunga yang bahagia mekar di lukisanmu, bukan lagi bunga yang sedih. Aku akan melindungimu.' Batinnya.

.

Keesokan hari. .

Seokjin menemui Lee Hyeri di galeri. Muka seokjin tampak berseri-seri. 

"Apa? Kau menemukan siapa?" Tanya Hyeri.

"Pelukis pemula berbakat yang kita cari selama ini."

"Pelukis berbakat?" Hyeri masih belum nyambung. 

Seokjin menunjukkan print lukisan bunga cistus pada hyeri.

"Aku menemukan seniman yang kita cari selama ini."

"Benarkah? Bagaimana.. Bagaimana bisa?  Siapa dia?" tanya Hyeri antusias. 

"Dia Park Hwayoung."

"Apa?"

"Park Hwayoung. Apa kau terkejut? Aku juga."

"Tidak. Tidak mungkin dia."

"Aku juga tidak percaya. Kita mencarinya tapi ternyata dia didekat kita."

Lee Hyeri yang kelihatan ragu mulai bertanya tanya

"Kau tau dari mana? Apa kau yakin soal itu? Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa dia diam saja selama ini?"

"Pelan-pelan bertanya nya."

"Dia punya lukisan lain?" tanya Hyeri meyakinkan. 

"Dan lukisannya sangat bagus. Cukup untuk menjadi seniman bintang galeri kita."

"Apa ini berarti presdir Taehyung tau siapa yang melukis lukisan cistus itu? Karena itu dia mencurigai kita karena lukisannya ada di galeri kita. Apa kau meminta Hwayoung menjadi Hyesung?"

"Aku sudah menolaknya.Jangan dibahas lagi."

Seokjin mengarahkan pandangannya pada lukisan bunga cistus di samping mereka sembari mengetuk ngetukkan jarinya di meja.

"Bagaimana kalau kita memamerkan lukisannya?" Ujarnya.

"Bagaimana jika Kim Taehyung menyadarinya?" tanya Hyeri ragu.

"Aku sedang mencari cara untuk membebaskannya sepenuhnya." Kata Seokjin enteng. 

Hyeri marah mendengarnya. Ia sampai bangkit dari duduknya. 

"Seokjin-ah sudah cukup! Itu tidak mendesak. Selamatkan galeri, jadi kita bisa memamerkan dan mengorbitkan seniman."

"Biarlah galeri kita tetap kecil. Kita tidak perlu cemas selama kita tidak tamak." balas seokjin santai.

"Apa kau sadar siapa lawan kita?" Cemas Hyeri.

"Jangan khawatir. Aku akan mencari cara untuk mengatasi ini." Ujar seokjin.

"Fokus saja mengelola galeri." lanjutnya. Ia pun meninggalkan Hyeriyang memanggilnya namun tak dihiraukan seokjin.

Hyeri meremas kertas print lukisan bunga cistus tadi.

Love In Sadness (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang