Tidak Bisa Mandi

131 19 11
                                    


Ara kembali mendekati Jojo yang sedang duduk ketakutan, dan duduk di sisi ranjang. "Jojo... aku akan menemanimu tidur." Ucap Ara sambil memegang pundak Jojo.

Jojo langsung mendongak. "Benarkah?" tanya nya, terlihat binar keceriaan dalam kelopak matanya.

"Hmmm." Ara mengangguk.

"Tapi untuk malam ini saja." Imbuh Ara sambil mengacungkan telunjuknya ke atas tanda memperingatkan.

Jojo tersenyum senang, kemudian mengangguk dengan cepat.

Iren pamit sebentar untuk mengambil kasur lipat nya yang berada di kamar Iren, dan tak lama dia kembali ke kamar Ara dengan membawa kasur itu. Ukuran kasurnya hanya untuk satu orang tapi lumayan tebal karena bisa di lipat jadi lebih mudah iren membawa nya. Kemudian Iren menggelar kasur itu di samping ranjang Ara, Ara bisa tidur tenang jika ada Iren di sana.

Jojo segera membaringkan tubuhnya di ranjang Ara, lalu Ara duduk bersandar di kepala ranjang di samping tubuh Jojo. Jojo mendekatkan tubuhnya dengan Ara dengan tangannya memegang sebelah tangan Ara dengan erat, membuat jantung Ara berdebar kencang tak beraturan. "Tenang Ara dia cuma anak kecil!" batin Ara.

Tak lama Jojo pun tertidur pulas, Ara memperhatikan wajah polos Jojo, terlihat guratan ketakutan di kening Jojo tapi makin lama guratan itu kian memudar. Wajah itu kini menunjukkan ketenangan dan guratan senyum di sudut bibirnya bersamaan dengan lelapnya Jojo menuju ke alam mimpinya.

"Dia sangat tampan, kalau sifatnya tidak seperti anak kecil mungkin aku sudah jatuh cinta padanya." Gumam Ara pelan.

"Hah, apa yang aku pikir kan? Orang ini hanya orang asing yang punya kelainan mental, mana mungkin aku bisa berpikir untuk jatuh cinta padanya." Imbuh Ara sambil menggelengkan kepalanya cepat.

Ara mencoba untuk tetap terjaga, karena walaupun ada Iren di kamar itu, tapi Ara harus tetap waspada dengan Jojo. Dia mencoba melepaskan genggaman tangan Jojo, tapi genggamannya terlalu erat sehingga Ara tak bisa melepasnya.

Malam semakin larut, rasa kantuk mulai menusuk mata Ara, sehingga dia tidak bisa lagi mempertahankan kewaspadaannya, matanya seperti di gelayuti benda berat yang memaksanya untuk tidur. Kemudian Ara benar-benar menutup kelopak matanya dan terlelap masuk ke dalam dunia mimpinya dengan tangan sebelahnya memegang puncak kepala Jojo.

****

Pagi Hari

Suasana pagi yang cerah, tampak sinar mentari pagi menyelinap masuk ke celah jendela kamar Ara, menusuk tepat di kelopak mata Iren yang tiba-tiba mengerjap akibat pancaran cahayanya. Iren menyipitkan kedua matanya kemudian membuka mata dengan perlahan. Iren bangkit dari kasur lantainya, lalu menoleh ke arah ranjang Ara.

Terlihat mereka masih tertidur pulas, dengan tangan Ara yang masih di genggam oleh Jojo, cuma posisi Ara sudah tidak duduk bersandar lagi. Dia tidur berhadapan dengan Jojo, dengan tangan sebelah nya sudah turun memeluk pundak Jojo.

Iren tertawa pelan. "Mereka lucu sekali, tapi sepertinya masih aman." Ucap Iren, lalu dia bergegas membereskan kasur lipatnya dan di simpan di sisi lemari milik Ara, karena takut suatu saat akan di pakai lagi di sana.

Iren kemudian keluar dari kamar Ara, lalu menutup pintu dengan pelan, tapi suara pintu yang tak keras itu masih terdengar oleh telinga Ara yang kemudian mengerjapkan kedua matanya.

Ara meraba-raba sesuatu di tangannya, sepertinya Ara memegang sesuatu yang aneh, seperti pundak seseorang. "Apakah ini pundak Emon?" Batin Ara dengan mata masih terpejam. Emon adalah boneka robot kucing berkumis yang mempunyai kantung ajaib di perutnya. Boneka milik Ara yang dari kecil selalu menemani tidurnya, waktu dia keluar dari rumahnya dulu dia juga membawa boneka itu.

Tuan Muda IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang