Membeli Mainan

96 15 0
                                    

Ara masih menahan tawanya, dia menggiring Jojo masuk ke dalam kamar mandi. "Kamu mandi pakai gayung ini, buka bajumu dan ambil airnya dari bak mandi ini terus guyur ke badan kamu. oke!" Perintah Ara.

Jojo nampak mengerti dia menganggukkan kepalanya, dan hendak membuka baju nya saat itu juga, Ara kaget dan menghentikan aktifitas Jojo untuk melepaskan baju.

"Sebentar -sebentar, Jangan dulu buka bajunya! Aku ambilkan sesuatu dulu, kamu tunggu di sini!" Seru Ara sedikit menghela nafas.

Ara pun keluar dari kamar mandi, tak lama dia kembali dengan membawa sebuah sikat gigi baru. Ara selalu mengganti sikat gigi nya secara berkala jadi dia selalu punya stok sikat gigi yang baru. "Ini buat sikat gigi kamu, odolnya yang itu ya! Jangan lupa pakai sabun cairnya pakai di badan kamu, terus kamu bilas sampai bersih." Ucap Ara dengan sabar.

Jojo hendak melepas bajunya lagi, Ara dengan cepat memegang tangan Jojo. "Buka baju nya nanti aja pas aku udah keluar, ini baju ganti kamu di gantung di sini ya!" Ara menggantung baju bersih dan handuk di gantungan baju.

"Nanti kamu pakai pas udah beres mandi, baju kotornya kamu masukin ke dalam ember itu aja! Kamu mengerti kan?" Imbuh Ara sambil tangannya menunjuk ke arah ember yang ada di pojok kamar mandi.

Mata Jojo mengikuti arah telunjuk Ara, kemudian mengangguk tanda mengerti.

"Aku mengerti Ara." sahut Jojo.

Ara tersenyum, rasanya dia senang sekali mengajari Jojo, seperti dia mempunyai adik baru "Aku tidak bisa menemani mu, aku harus bekerja sekarang, setelah kau rapi kau keluarlah dari kamar! Temui Bibi Iren untuk sarapan." Tutur Ara lagi.

"Oke." Seru Jojo dengan gaya khas anak kecil, dan berhasil membuat Ara tertawa melihat tingkah gemas Jojo.

"Kau ini aneh, tapi lucu juga aku melihatnya." Ucap Ara di sela tawanya. "Aku pergi dulu, kau tunggu saja di rumah! Jangan kemana-mana nanti kamu kesasar!" Imbuh Ara menasihati.

Ara kemudian keluar dari kamar mandi dan menutup pintu, Jojo pun mulai aktivitas mandinya. Ara keluar menemui Iren yang tengah sibuk menyiapkan sarapan di meja makan.

"Bi, aku akan sarapan di restoran, aku akan kehilangan bus ku kalau sarapan di sini, jadi aku bekal saja ya." Pinta Ara seperti terburu-buru.

"Hmmm... Baiklah, akan Bibi siapkan." Ucap Iren sambil melangkah mengambil kotak makan di lemari. Ara menunggu sambil duduk dan memakai sepatu kerjanya.

"Bagaimana dengan Jojo?" tanya Iren sambil memasukan nasi goreng ke dalam kotak makan.

Ara mendongak, kemudian berdiri karena sepatu nya sudah selesai di pasang. "Dia sedang mandi, aku menyuruhnya ke sini kalau dia sudah selesai." Jawab Ara.

Iren pun memberikan kotak makan yang telah di isi nya pada Ara, dan Ara menerimanya dan segera berpamitan untuk pergi ke restoran tempatnya bekerja.

***

Di Restoran

Ara tampak berseri-seri, senyum manis nya selalu melekat sempurna di bibirnya yang imut, Ara sedang membersihkan meja bekas pengunjung yang selesai makan, dan itu membuat Amel sahabatnya merasa aneh.

"Apa kau baik-baik saja Ara?" Tanya Amel saat Ara sudah berada di dapur restoran, Amel memegang kening Ara.

Ara mengerutkan dahi. "Aku memangnya kenapa? Aku sehat-sehat saja " ucap Ara sambil memperhatikan tubuhnya sendiri.

"Kau tampak aneh hari ini, seperti ada sesuatu yang menyenangkan telah terjadi, wajah mu terlihat berseri." Seru Amel lalu berpikir sejenak.

"Ah...aku tahu. Apa kau sudah jadian dengan si Bos?" Imbuh Amel lagi dengan suara cempreng miliknya.

Ara sontak membekap mulut Amel dengan telapak tangannya. "Kenapa kau suka sekali berbicara keras seperti itu? Banyak karyawan lain di sini." Bisik Ara di telinga Amel, lalu melepaskan bekapannya.

Amel mengusap bibirnya yang terasa perih karena Ana membekapnya dengan sangat kencang. "Jadi itu benar, kau sudah jadian dengan si Bos?" Bisik Amel mengulangi pertanyaannya.

"Tentu saja tidak." Sahut Ara dengan kencang, kini suara nya yang menggelegar mengisi ruangan dapur itu, sehingga membuat beberapa karyawan menoleh ke arah mereka berdua.

Dan sontak sebuah ketukan kecil berhasil mendarat di kening Ara. "Kau pandai sekali menasihati, tapi sekarang lihat ulah mu sendiri." Gerutu Amel dengan kesal.

Ara mengelus keningnya sambil cengengesan karena malu.

"Ara, pesanan pelanggan sudah siap, tolong antarkan ya!" Pinta seorang chef di restoran itu.

Ara menoleh ke arah Chef tersebut "Siap Chef..." Seru Ara, lalu melangkah membawa nampan yang berisi makanan pesanan pelanggan.

Amel terlihat geram, dia merasa tidak di pedulikan oleh Ara. "Kau masih punya hutang penjelasan padaku." Ucap Amel pelan saat Ara melewati dirinya hendak keluar mengantar makanan.

Ara mengedipkan matanya sebelah. "Beres.." Ucap Ara dengan gaya centil.

***

Hari ini tepat jam lima sore, restoran tutup lebih awal. Karena akan diadakan rapat para chef bersama pimpinan restoran, mengenai rencana perayaan hari jadi restoran yang akan di adakan bulan depan.

"Padahal acaranya masih lama ya, kenapa rapat nya sudah dari sekarang aja?" Celoteh Amel saat mereka bersiap untuk pulang di loker karyawan.

"Ish... Kau ini tidak bersyukur sekali, bukannya enak bisa pulang cepat?" Sahut Ara sambil sibuk mengikat rambutnya menghadap ke arah cermin besar.

"Iya juga sih..." Amel cengengesan sambil menggaruk tengkuk leher nya yang tak gatal.

"Eh...kau masih belum cerita padaku bagaimana kencan mu waktu itu ?" Imbuh Amel masih penasaran.

Are mendengus. "Ku kira kau sudah lupa." Ucap Ara sambil membalikkan tubuhnya menghadap Amel dan menyandarkan tubuh nya pada meja kecil yang ada di depan cermin itu.

"Dia nembak aku lagi." Imbuh Ara dengan malas.

"Terus?" Amel nampak bersemangat.

"Terus ku tolak lagi." Ucap Ara santai.

Amel terlihat melemaskan bahunya. "Kau ini mau yang seperti apa lagi sih Ara? Dia itu bos, banyak duit, orangnya juga baik, bodoh sekali kau ini." Decak Amel dengan gemas.

"Entah lah? Kalau kau mau, kau saja dengannya!" balas Ara membalikkan keadaan.

Amel mengerutkan dahi. "Dia maunya sama kamu." Decak nya menggerutu. "Lalu kenapa kau terlihat senang sekali hari ini?" Tanya Amel lagi.

Ara menarik kedua sudut bibir nya membentuk sebuah senyuman manis di sana. "Aku punya teman baru sekarang. Dia lucu sekali, dia tinggal di rumah Bibi Iren." Tutur Ara.

"Perempuan?" tanya Amel

Ara menggeleng. "Laki -laki." jawabnya.

Amel menautkan kedua alisnya. "Apa dia sodara Bibi Iren?"

Ara masih menggelengkan kepalanya. "Bukan."

"Kau membawa laki -laki asing ke rumah Bibi Iren? dan tinggal disana bersama, kau gila." Sahut Amel sambil melototkan matanya.

Ara tertawa pelan lalu memegang pundak Amel. "Tenang saja, dia hanya seorang anak kecil, nanti aku kenalkan padamu. Sekarang ayo kita pulang! Aku ingin mampir ke toko mainan dulu, mau membelikan beberapa mainan untuknya." Tutur Ara, dengan cepat dia menarik tangan Amel agar segera keluar dari tempat itu.

🐷🐷🐷

Hy Readers, janlupa Komen and Votee yaa biar makin semangat nih ngetiknyaaa.

Tuan Muda IdiotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang