Ara mengajak Amel pergi ke toko mainan, dia membeli beberapa robot kecil, dan sebuah video game sederhana. Karena tabungannya tidak lah banyak. Setelah itu, mereka berdua pulang menuju rumah Iren, Amel ingin bertemu dengan Jojo.
Di perjalanan, Ara menceritakan perihal pertemuannya dengan Jojo pada Amel.
"Kau tidak takut nanti di sangka menculik seorang anak Ara?" Amel bertanya saat Ara sudah selesai bercerita.
Ara yang duduk santai di dalam bus yang mereka tumpangi saat itu menggelengkan kepalanya pelan, lalu menoleh ke arah sahabatnya yang duduk di sampingnya.
"Dia yang mengikuti ku, kenapa aku harus takut." Ucap nya santai.
"Kau ini susah sekali kalau di kasih tahu." Gerutu Amel sambil menepis bahu Ara .
Tak lama bus pun berhenti di halte tempat Ara biasa turun. Kemudian mereka berjalan menapaki trotoar yang tampak ramai orang berlalu lalang di sore hari. Sinar mentari yang mulai meredup membuat suasana jalan menjadi temaram.
Sesampainya di rumah Iren, Ara langsung membuka pintu tanpa mengetuk dulu, memang itu sudah menjadi kebiasaan Ara, karena dia tahu pintunya tidak pernah di kunci. Kecuali Iren sedang pergi dan selalu memberi kabar dahulu pada Ara.
Ara masuk kedalam rumah di ikuti oleh Amel, Ara mencari sosok Jojo. Di telusurinya semua ruangan dan Ara menemukan Jojo sedang membantu Iren menyiapkan makanan di meja makan.
"Bibi..." panggil Ara pada Iren yang tengah sibuk menata makanan.
Mendengar suara Ara Jojo pun ikut menoleh, terlihatlah senyum mengembang di bibir Jojo.
"Kau sudah pulang Ara?" Tanya Iren.
"Hmm..." Ara menganggukkan kepalanya.
"Hari ini ada rapat para staff koki, jadi restoran tutup lebih awal." Imbuh Ara.
"Ahem..." Amel berdehem, sepertinya Ara melupakan sahabatnya itu.
Ara menoleh ke arah Amel, melihat Amel yang sedang melototi dirinya, Ara pun cengengesan di buatnya. "Maaf... aku lupa." Ucapnya.
"Ayo sini!" Imbuh Ara sambil menarik tangan Amel dan mendudukkannya di kursi meja makan.
"Eh...Amel, maaf Bibi juga tidak sadar jika kamu datang, Bibi terlalu fokus dengan makanan ini." Sahut Iren.
"Gak apa-apa Bi." Sahut Amel sambil tersenyum. Amel menyapu seluruh ruangan itu, berharap ia menemukan anak kecil yang di ceritakan Ara, tapi jangankan jejaknya suaranya pun tak kunjung dia dengar dari semenjak dia datang. Amel menarik tangan Ara yang saat itu berdiri di samping nya mendekatkan telinga Ara sampai terjangkau mendekati mulutnya. "Mana anak itu?" Bisiknya pelan.
Ara melirik ke arah Jojo. "Itu..." Unjuk Ara dengan memanyunkan mulutnya ke arah Jojo.
Amel tercengang, mulutnya sedikit ternganga. "Apa kau buta, anak kecil darimana nya? Kau sengaja membawa seorang pria dewasa ke rumah ini. Kau benar-benar keterlaluan Ara." Omel Amel masih sambil berbisik.
"Kau lihat saja nanti." Bisik Ara sambil menjauhkan telinganya dari Amel.
"Jojo...kemarilah!" Panggil Ara, kemudian dia mengeluarkan beberapa mainan yang sudah di belinya tadi bersama Amel.
"Ini buatmu, kau pasti bosan seharian di rumah tanpa bermain apapun, walaupun ini sederhana tapi ini khusus buat mu." Ucap Ara sambil menyodorkan mainan tersebut.
Jojo sangat senang menerimanya, dia berteriak kegirangan dengan sambil memeluk mainan tersebut. "Terimakasih Ara, kau baik sekali, sebenarnya aku tidak bosan karena ada Bi Iren yang menemani ku bermain. Tapi sekarang aku punya mainan baru, pasti lebih seru." Ucap Jojo sambil memainkan salah satu mainan robot kecil yang sudah menjadi miliknya itu.
Amel membulatkan matanya, dia tampak terpaku melihat reaksi Jojo saat menerima mainan itu, pandangannya tak lepas mengarah pada Jojo dengan mainan nya. Melihat reaksi sahabatnya yang terbengong seperti itu membuat Ara jadi terkekeh geli.
"Biasa aja dong matanya, baru lihat cowok ganteng ya?" Goda Ara.
Amel mendesis. "Apaan sih."
Amel dengan cepat menarik tangan Ara dan beranjak meninggalkan ruang makan. Menuju ke ruang tamu yang terlihat sepi. "Kau yakin dia tidak berpura-pura?" Ucap Amel pelan setelah sampai di ruang tamu.
"Apa kau melihat kebohongan di wajahnya tadi?" Ara bertanya balik.
Amel sejenak berpikir. "Tidak juga, tapi mungkin saja dia seorang aktor yang baik, mampu menutupi kebohongannya dengan sangat sempurna." Amel mencoba membuka pikiran Ara.
Ara terdiam sejenak. "Ehm... Apa seorang aktor bisa berakting juga ketika dia tidur?" Tanya Ara, ia mengingat kejadian saat Jojo bermimpi buruk.
Amel mengerutkan dahi. "Apa maksud mu?" tanya Amel heran.
"Semalam dia bermimpi buruk dan sangat ketakutan, sampai-sampai aku dan Bibi Iren menemaninya tidur di kamar. Dan aku tidak melihat dia sedang berakting saat itu." Tutur Ara, sambil menunjukkan wajah serius.
"Apa kau yakin?" Tanya Amel.
"Hmm." Ara mengangguk.
Amel melangkahkan kaki nya ke arah kursi tamu lalu mendudukkan tubuhnya disana.
"Mungkin dia anak orang kaya, menurut ceritamu dia bertemu denganmu saat di kejar pengawalnya sendiri, berarti dia bukan orang sembarangan Ara, kau harus mengembalikannya ke tempat semula." Amel memberi usul dengan sangat percaya diri.
Ara refleks mengetuk kening Amel dengan jari nya "Kamu pikir dia barang apa, dulu aku juga mau meninggalkannya disana, tapi dia terus mengikutiku sambil menangis. Aku tak tega jadi ku bawa pulang saja dia." Ucap Ara sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Bagaimana caranya kau mencari keluarganya?" Amel kemudian mengerti dan mencari solusi lain.
"Entah lah, aku tunggu saja keluarganya datang." Jawab Ara enteng.
"Aduh anak ini, kapan kau bisa serius? Bagaimana keluarganya bisa tahu jika kau tidak berusaha untuk memberikan informasi tentang keberadaannya di sini?" Tutur Amel. Ia gemas sekali dengan sikap Ara yang terlalu santai.
"Kenapa kau tidak memajang wajahnya di media sosial saja? Mungkin akan ada orang yang mengenalinya." Amel memberi saran.
"Kau kan tahu, aku sudah lama tak menggunakan itu, aku tak ingin berhubungan dengan orang-orang munafik itu lagi, bahkan melihat postingan mereka pun aku tak sudi." Seru Ara sedikit geram, dia selalu tersulut emosi jika membahas hal yang berkaitan dengan masa lalunya.
"Pakai media sosialmu saja, kau kan banyak followers-nya, akan lebih cepat tentunya menemukan keluarga Jojo." Imbuh Ara memberi saran.
"Aku gak mau, aku takut kalau dia ternyata adalah seorang mafia atau gengster." Amel bergidik ngeri.
"Pikiran mu terlalu jauh, mana ada gengster bertingkah seperti anak bocah, dia itu sakit mungkin dari kecil seperti itu, kalau pun dia beneran orang kaya pasti keluarganya akan mencari dia sampai ke ujung dunia sekalipun, jadi...." Ara terhenti berbicara saat melihat Jojo datang menghampirinya.
Perhatian Amel pun jadi beralih pada Jojo. "Makhluk yang tampak sempurna, tapi kenapa dia harus bodoh." Amel berceloteh dalam hatinya, dia sangat terpesona melihat ketampanan Jojo saat menghampiri mereka di ruang tamu, hingga membuat matanya tak bergeming melihat pemandangan indah di depannya.
🐷🐷🐷
Hy Readers, janlupa Komen and Votee yaa biar makin semangat nih ngetiknyaaa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda Idiot
عاطفيةKarena rasa kasihan dan ingin membalas jasa, Tyara Arriella terpaksa harus menerima tawaran pernikahan dari ibu seorang pria yang mempunyai keterbelakangan mental, guna menyembuhkan penyakitnya tersebut. Disetiap fase kesembuhannya, sang suami mempu...