delapan;

8.2K 567 6
                                    

Amanda menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal dengan canggung. Ia menatap takut guru yang di berdiri di depannya. Rambut yang jarang-jarang berwana hitam mulai putih, kacamata bulat besar, kumis tebal, mata tajam ini memandang Amanda, membuat Amanda bergerak tak nyaman

"Eum.. anu" ucap Amanda masih sambil menggaruk-garuk kepalanya mencari alasan "Kesiangan, pak" tangannya menepuk dahinya sendiri, bodoh! kenapa gue jujur, harusnya, 'kan gue bilang alasan yang lain.

"Kesiangan? itu alasan jaman kapan?" jawab Pak Santoso--guru mata pelajaran matematika yang kebetulan sedang berjaga piket hari ini

"Eh? jaman apa ya pak? saya gak tau," jawab Amanda polos, gadis itu benar-benar tidak mengerti apa yang gurunya omongkan

"Malah ngawur! jarang-jarang loh kamu telat, kenapa sekarang telat?"

"Nah, jarang, 'kan pak? berarti sekali-kali boleh dong ya?"

"Enak aja! gak gitu juga! temen seperjuangan kamu aja udah masuk sekolah dari tadi,"

Mendengar perkataan Pak Santoso membuat Amanda cemberut, secara tak langsung Pak Santoso mengucapkan nama Dannis tadi, pasalnya ketika Amanda diperjalan menuju sekolah ia mengutuk nama Dannis karena meninggalkannya,

"Bengong lagi! masuk sana," usir Pak Santoso membuat Amanda berdecak kesal, lalu kabur sebelum diomeli oleh Pak Santoso lagi

Kaki jenjangnya melangkah dengan cepat, matanya dengan teliti melihat satu per satu kelas, ia suka melihat adik-adik kelasnya yang sedang belajar dengan serius itu alasan kenapa Amanda suka sekali mengintip kelas-kelas anak kelas 10.

Amanda mulai melangkah menaiki undak-undakan tangga sambil bersenandung kecil. Terdengar suara bising sekumpulan laki-laki, suara tawa membahan diiringi suara langkah kaki yang berlari, "Awas!"

Bruk.

"Aduh!" Amanda mengutuk siapa pun yang menabraknya tadi, uh, bokongnya sukses menyentuh lantai tangga sekolah, untung saja Amanda tidak terguling sampai ke bawah tangga, wajahnya memerah, siap menumpahkan segala amarahnya "Kalau lari itu pakai mata dong! gak liat apa kalau ada orang di tangga?!"

"Sori-sori. Gue lagi buru-buru,"

Amanda menerima uluran tangan dari Sean. Dengan kesal ia kembali merapikan seragamnya, mengutuk kenapa harus Sean yang menabraknya, dan lagi, ia sudah mengeluarkan segala sumpah serapah di depannya, di depan Sean!

Apa yang harus Amanda perbuat?Ah, masa bodo. Ia sudah terlanjur marah-marah didepannya,

"Hhh.. sakit tau!" ujar Amanda

"'Kan, gue udah minta maaf" ucap Sean kewalahan

"Ya! lain kali ati-ati dong! kalau gue jatuh abis itu guling-guling ampe kebawah gimana?"

Entah ini pengaruh PMS Amanda atau tidak, ia betul-betul kesal kepada Sean yang menabraknya walaupun secara tak sengaja. Sebelum mendengar jawaban Sean, Amanda langsung pergi meninggalkannya dengan kaki dihentak-hentakkan

"Bang, bakso satu gak pedes ya!" Amanda tersenyum berseri-seri, bagaimana tidak? bel istirahat yang dari tadi ia tunggu-tunggu akhirnya bunyi juga dan ia langsung menyeret Dannis ke kantin untuk menemaninya memuaskan perutnya. Cewek itu benar-benar lapar sekarang

Dannis menyantap nasi goreng komplitnya dengan acuh, mungkin ia lapar juga seperti Amanda. "Kenapa lo ninggalin gue sih tadi pagi?" tanya Amanda

"Lha, 'kan udah gue kasih tau alesannya di kelas tadi. Gue kira lo berangkat sama Kak Sherin" jawab Dannis enteng.

Tak berapa lama kemudian pesanan Amanda datang, setelahnya Amanda mengucapkan terima kasih kepada sang penjual. Ia menatap Dannis kesal, padahal kan maksud Amanda menanyakan pertanyaan itu lagi karena Amanda ingin mendengar alasan yang jelas dan benar tidak seperti di kelas tadi,

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang